Berita Populer Sumbar

4 BERITA POPULER SUMBAR: Produksi Padi Merosot, BMKG Ingatkan Cuaca Buruk bagi Kapal ke Mentawai

Kondisi gelombang di perairan ini masih labil sepanjang November 2025, meski kapal wisata dan penyeberangan masih bisa beroperasi.

Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Nandito Putra
PRODUKSI PADI SUMBAR - Ilustrasi panen padi. Produksi padi di dua daerah sentra pertanian Sumatera Barat, yakni Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota, tercatat mengalami penurunan signifikan pada tahun 2025. 

Dari sisi luas panen, kedua kabupaten juga mengalami penurunan yang cukup nyata.

Baca juga: Hampir Sepekan Tak Melaut Akibat Cuaca Buruk, Nelayan Purus Padang Berharap Bantuan Pemerintah

Tanah Datar mengalami penurunan luas panen dari 32.569 hektare pada 2024 menjadi 28.052 hektare pada 2025, atau berkurang sekitar 4.517 hektare.

Sementara itu, luas panen di Lima Puluh Kota berkurang dari 30.598 hektare menjadi 25.087 hektare, atau turun 18,01 persen.

Secara keseluruhan, BPS mencatat bahwa luas panen padi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 284.514 hektare, turun 3,65 persen dibandingkan tahun 2024.

Meski demikian, total produksi padi provinsi secara keseluruhan justru naik tipis 0,98 persen, menjadi 1.369.786 ton GKG.

Tanah Datar dan Lima Puluh Kota menjadi dua daerah yang mencatat penurunan tertinggi di antara wilayah sentra produksi padi Sumatera Barat.

Penurunan ini kontras dengan capaian beberapa daerah lain seperti Kabupaten Solok, Solok Selatan, dan Pasaman Barat yang justru mengalami peningkatan produksi cukup besar.

Berdasarkan pola panen, BPS mencatat puncak panen padi di Sumatera Barat masih terjadi pada Maret 2025, dengan total luas panen mencapai 32.645 hektare.

Namun, dibandingkan Maret 2024, angka ini menurun sekitar 11,39 persen.

Data tersebut menunjukkan adanya pergeseran pada pola panen dan potensi penurunan di beberapa wilayah utama, termasuk Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, yang menjadi kontributor penting produksi padi di Sumatera Barat.

Ada 12 daerah mengalami penurunan produksi, yaitu:

Pesisir Selatan: turun 2,20 persen (dari 169.098 ton menjadi 165.386 ton).
Sijunjung: turun 1,26 persen (dari 58.514 ton menjadi 57.778 ton).
Tanah Datar: turun 7,83 persen (dari 155.918 ton menjadi 143.708 ton).
Agam: turun 0,34 % (dari 143.981 ton menjadi 143.489 ton).
Lima Puluh Kota: turun 15,47 % (dari 133.347 ton menjadi 112.722 ton).
Dharmasraya: turun 2,37 % (dari 46.801 ton menjadi 45.692 ton).
Kota Padang: turun 17,12 % (dari 49.183 ton menjadi 40.760 ton).
Kota Solok: turun 11,06 % (dari 12.149 ton menjadi 10.805 ton).
Kota Sawahlunto: turun 10,17 % (dari 11.130 ton menjadi 9.998 ton).
Kota Bukittinggi: turun 15,72 % (dari 3.774 ton menjadi 3.181 ton).
Kota Payakumbuh: turun 12,41 % (dari 23.768 ton menjadi 20.819 ton).
Kota Pariaman: turun 26,81 % (dari 15.824 ton menjadi 11.582 ton).
(*) 

2. BMKG Ingatkan Wisatawan Cuaca Buruk, Laut Mentawai Masih Berisiko untuk Kapal Kecil

Gelombang tinggi di kawasan Pantai Puruih, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (4/7/2022)
Gelombang tinggi di kawasan Pantai Puruih, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, Senin (4/7/2022) (TribunPadang.com/Rezi Azwar)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Teluk Bayur memperingatkan wisatawan agar tetap waspada saat berlayar ke laut Mentawai.

Kondisi gelombang di perairan ini masih labil sepanjang November 2025, meski kapal wisata dan penyeberangan masih bisa beroperasi.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved