Polemik Tambak Udang

Penambak Udang Menebar Benur, Nelayan Padang Pariaman Memanen Limbah

Keindahan pesisir Pantai Padang Pariaman dalam bebera tahun belakang terus terampas akibat pembukaan tambak udang yang masif.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Pengelola tambak udang indra gunawan mengamati kondisi tambaknya yang kosong pasca gagal panen di Tapakis Padang Pariaman. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Keindahan pesisir Pantai Padang Pariaman dalam bebera tahun belakang terus terampas akibat pembukaan tambak udang yang masif.

Biasanya di sepanjang pesisir pantai di jalan alternatif Bandara Internasional Minangkabau (BIM) - Lubuk Basung via Ulakan Padang Pariaman, pengendara disuguhi hamparan laut biru, namun sekarang malah tambak udang.

Berdasarkan rilis WALHI Sumbar Januari 2023, dari Analisis citra satelit terdapat lebih dari 300 petak tambak udang di sempadan pantai (kurang dari 100 meter) yang tersebar di Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman.

Sudahlah merusak pemandangan pengendara yang melintas, WALHI Sumbar menyebut tambak udang juga mengganggu biota laut dan ekosistem mangrove.

Hal ini dirasakan oleh nelayan di kawasan Manggopoh, Ulakan Padang Pariaman, Sumatera Barat Jamaris, sejak enam tahun terakhir.

Persisnya ketika tambak udang yang berada di sempadan pantai mulai beroperasi. Membuat para para penambak membuang limbahnya langsung ke laut.

Baca juga: Pekerja Migran Indonesia Meninggal di Korea Selatan, Lokasi di Tambak Udang

Akibat dari limbah ini secara kasat mata menurut pria berusia 62 tahun itu, warna air berubah hitam kemerahan.

"Limbah itu sangat berbahaya, buktinya ikan menghilang di sekitaran limbah. Baru kelihatan lagi di jarak 200 - 500 meter dari bibir pantai," ujarnya, Kamis (25/1/2024).

Kondisi ini membuat Jamaris harus menempuh jalan lebih jauh untuk mencari ikan, sehingga memakan biaya lebih besar.

Puluhan tahun menjadi nelayan, Jamaris mengaku hanya membeli minyak dua liter sehari dan sekarang 5 sampai 7 liter sehari.

Biaya yang lebih besar itu tidak sebanding dengan pendapatannya, karena kondisi di tengah laut ia harus berebut dengan kapal besar.

Baca juga: Massa Pertanyakan Tambak Udang di Padang Pariaman, Ketua DPRD: Izinnya Itu, Ada di Tangan Provinsi

Tidak hanya mata pencarian nelayan terdampak limbah tambak ini, pukat tepi yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat juga hilang dalam sekejap.

"Pokoknya sejak ada tambak tidak pernah lagi ada pukat tepi, soalnya tidak lagi ada ikan di pinggir," tegasnya.

Nelayan lainnya Tahar (64), mengatakan limbah tambak udang ini sangat berbahaya, karena dibuang langsung ke laut.

Hal ini ia ketahui karena terlihat pipa-pipa berukuran besar membelah pantai sejauh 20 sampai 50 meter.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved