Kisah Yunika Fernandes, Berhenti Jadi Karyawan Pilih Buka Usaha Songket Tenun Minang
Mundur sebagai karyawan di sebuah rumah sakit swasta Riau, Yunika Fernandes pilih kembangkan usaha tenun untuk merawat kerajinan tenun.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
Menggunakan mesin tersebut, perempuan lulusan SMAN 3 Baso itu, menilai proses pengerjaannya lebih cepat dari mesin yang banyak dipakai penenun Sumbar yaitu tenun gedongan.
Terlebih ia ingin lebih fokus membuat kain tenun sebagai bahan dasar baju, sehingga tidak terlalu banyak motif yang digunakan.
Baca juga: Geliat UMKM Rendang Sumbar, Perlahan Tembus Pasar Internasional
Kerajinan tenun miliknya diberi nama Songket Tenun Minang (STM). Tahap awal STM menargetkan konsumen dari pasar online.
Perempuan tamatan SMK Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi itu, menggunakan media sosial Facebook sebagai tempat penjualan.
Usahanya ini cukup berhasil, pesanan demi pesanan berdatangan. Ia bisa menjual produknya ke seluruh Indonesia bahkan ke Amerika, Singapura dan Malaysia.
Melihat respon positif pasar ini ia mulai membuka galeri di jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Kabupaten Agam, tahun 2022.
Galeri itu ia buka setelah menjalin kerjasama dengan sejumlah tour travel dan Pemda setempat.
Baca juga: Manfaatkan Rempah Berlimpah di Padang Panjang, Yozi Zulfasari Kembangkan Usaha Jamu Bundo Kanduang
Memberi Inovasi Kekinian Pada Tenun
Sebagai pengusaha tenun yang masih muda, Ika ingin menciptakan kain tenun dengan sejumlah inovasi kekinian.
Ia mengaku lebih fokus pada pembuatan kain tenun untuk bahan dasar baju. Sehingga ia memilih benang katun untuk bahan baku.
"Kalau biasanya benang emas, kami memakai benang katun agar nyaman digunakan konsumen," jelasnya.
Sedangkan untuk motif ia masih menggunakan motif Melayu, hanya saja dengan sejumlah sentuhan khas Songket Tenun Minang. Motif di kain tenunnya juga tidak full seperti produk tenun lainnya, hanya di beberapa titik saja.
Motif itu seperti bintang pecah enam, bunga pecah enam, gagang sirih dan ragam motif khas Minangkabau.
"Warnanya juga kami buat lebih kekinian agar bisa menjangkau anak muda," terangnya.
Selain tenun, produk yang ia produksi ada mukenah, main untuk baju kurung, selendang, tas, songket, kebaya dan ragam aksesoris lainnya. Harga produk di STM mulai dari Rp 25 ribu hingga belasan juta rupiah.
Baca juga: Paris Chips, Sebarkan Spirit Cinta Cemilan Lokal Pariaman pada Generasi Kekinian

Cerita Ida Ardjunas di Agam, Berawal Diajak hingga Dua Kali Beri Bantuan Sembako dengan Uang Pribadi |
![]() |
---|
Masyarakat di Gadut Agam yang Belum dapat Bantuan dari Pemerintah Terima Sembako Gratis |
![]() |
---|
Kisah Ida Ardjunas Berikan Sembako ke Masyarakat di Gadut Agam dengan Menyisihkan Uang Pribadi |
![]() |
---|
Warga Agam Wajib Tahu! Ini Daftar 16 Kecamatan Lengkap dengan Jumlah Penduduk |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.