Kisah Yunika Fernandes, Berhenti Jadi Karyawan Pilih Buka Usaha Songket Tenun Minang

Mundur sebagai karyawan di sebuah rumah sakit swasta Riau, Yunika Fernandes pilih kembangkan usaha tenun untuk merawat kerajinan tenun.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Yunika Fernandes pemilik galeri Songket Tenun Minang (STM) di Jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Agam, sedang menunjukan produk deta yang sudah siap, Kamis (29/6/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Mundur sebagai karyawan di sebuah rumah sakit swasta Riau, Yunika Fernandes pilih kembangkan usaha tenun untuk merawat kerajinan tenun.

Pilihan ini ia ambil saat masih bekerja tahun 2018, awalnya ia memilih berhenti jadi karyawan karena ingin lebih dekat dengan keluarga untuk membesarkan dua buah hatinya.

Setelah berhenti, ia mulai memikirkan usaha yang bisa membuatnya lebih dekat dengan anak.

Pada proses ini, perempuan yang lahir dan besar di Balai Gurah, IV Koto Agam, Kabupaten Agam Sumatera Barat, teringat akan usaha keluarganya yaitu sulaman dan bordir.

Usaha kerajinan Sulaman memang sangat terkenal di IV Koto Agam termasuk di tempatnya tinggal.

Baca juga: Unik, Uang Sekolah TK dan Paud Mutiara di Kota Padang Dibayar Pakai Sampah Plastik

Yurika Fernandes pemilik galeri Songket Tenun Minang (STM) di Jalan Bukitt
Yunika Fernandes pemilik galeri Songket Tenun Minang (STM) di Jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Agam, sedang menunjukan produk tenun yang sudah siap, Kamis (29/6/2023).

Melihat hal itu ia menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan usaha tersebut di tahun 2019.

"Saya melihat peluangnya sangat besar di kerajinan ini (Sulaman, Bordir, tenun dan songket) sehingga saya putuskan terjun," terangnya saat ditemui di galerinya di jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Kamis (29/6/2023).

Ibu dua anak itu coba memberi sentuhan khas pada sulaman tersebut dan memasarkannya melalui media sosial.

Seiring waktu, ia mulai melirik songket dan baru melakukan pengembangan pada tenun sekira tahun 2021.

Di kerajinan tenun ia melihat banyak hal, melalui informasi yang ia peroleh dulunya Kabupaten Agam merupakan sentra tenun, tapi tidak ada catatan sejarahnya dan penggiatnya hingga sekarang.

"Saya bertekad untuk mengembalikan sentra tenun itu, semoga bisa jadi kenyataan," terangĀ  perempuan berusia 31 tahun itu.

Baca juga: Mengenal Bank Sampah Sakinah, Belasan Tahun Menyulap Sampah Plastik di Kota Padang

seorang karyawan Galeri Songket Tenun Minang (STM) di Jalan Bukittinggi - Payaku
Seorang karyawan Galeri Songket Tenun Minang (STM) di Jalan Bukittinggi - Payakumbuh Km 10 Ampek Angkek, Agam, sedang membuat kain tenun dengan menggunakan tenun sentak, Kamis (29/6/2023).

Agar tekad itu terwujud ia mulai memantapkan diri jadi pengrajin tenun. Ika (sapaan akrabnya) mulai perlahan belajar menenun.

Akhirnya sekarang ia sudah bisa menenun, bahkan ia mengklaim hasil tenunannya jauh lebih baik dari para penenun yang lebih dulu mencebur.

Perempuan yang sempat membuka bisnis pet shop dan butik di tahun 2012 itu, coba fokus pada pembuatan kain tenun.

Dalam proses produksi kain tenunnya, Ika menggunakan mesin tenun sentak atau lebih dikenal Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved