Kota Pariaman
Ladu Arai Pinang Ayang, dari Usaha Keluarga hingga Pekerjakan Masyarakat Setempat
Usaha ladu arai pinang di Kampung Makanan Ringan Kota Pariaman, banyak membawa perubahan bagi pelakunya, seperti Ayang (63). Ayang merupakan pemilik..
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Usaha ladu arai pinang di Kampung Makanan Ringan Kota Pariaman, banyak membawa perubahan bagi pelakunya, seperti Ayang (63).
Ayang merupakan pemilik usaha "Ladu Arai Pinang Ayang" di kampung makanan ringan, ia sudah berjualan sejak 23 tahun silam.
Ia memutuskan membuka usaha Ladu arai pinang untuk membesarkan 3 orang anaknya sejak tahun 2000.
Baca juga: Menyimak Sejarah Batik di Sumbar, Batik Sampan jadi Produksi Batik Pertama
"Setelah suami saya meninggal, saya coba membuat ladu arai pinang untuk menafkahi keluarga," kenangnya saat berbincang dengan TribunPadang.com, Selasa (30/5/2023).
Ayang memulai usaha ini dari produksi rumahan, melibatkan anak dan saudaranya. Pilihan menjual ladu Arai pinang kata Ayang memang karena banyak warga memiliki usaha yang sama.
Kampung perak ini memang identik dengan ladu arai pinang, sampai saat ini ke mana mata memandang di kawasan kampung perak pasti akan terlihat ladu arai pinang terpajang.
Hanya saja waktu pertama Ayang memutuskan berjualan ini, penjual ladu arai pinang masih bisa dihitung jari. "Kurang lebih awal itu ada 6 penjual termasuk saya," katanya sambil menghitung dalam hati.
Pada awalnya terang Ayang, ladu arai pinang miliknya menggunakan tepung beras yang ia tumbuk sendiri. Sebelum akhirnya ia memiliki mesin untuk membuatnya.
"Jadi kami ada mesin untuk membuat tepung beras itu, dulu yang mengoperasikan adik saya," katanya mengenang almarhum adiknya itu.
Baca juga: Mengenal Makanan Khas Sumatera Barat Arai Pinang, Gurih, Renyah dan Beraroma Minyak Kelapa
Sejak almarhum adiknya itu meninggal dan pertimbangan modal, kini Ladu Arai Pinang Ayang tidak lagi menggunakan tepung beras yang dibuat sendiri.
Selain menggunakan mesin sendiri, perkembangan Ladu Arai Pinang Ayang juga terjadi pada tahun 2004. Saat itu Ayang sudah mampu mempekerjakan satu orang untuk produksinya.
"Itu orangnya masih ada, orang pertama yang bantu saya," katanya menunjuk perempuan yang sedang memotong adonan.
Silang tahun berlalu anggota Ayang terus bertambah, total saat ini sudah ada 15 anggota yang membantunya untuk produksi. Anggota tersebut ia perdayakan dari warga setempat yang ingin bekerja.
Baca juga: Berawal di Zaman Orde Lama, Batik Sampan Pariaman Sempat Jadi Tempat Produksi Terbesar di Sumbar
Kebanyakan anggota Ayang terlihat adalah perempuan paruh baya. Karena anggotanya warga setempat dalam proses produksi mereka tidak hentinya bercerita sambil kerja.
Pertumbuhan anggota Ladu Arai Pinang Ayang setiap tahunnya, berbanding lurus dengan pertumbuhan harga jual ladu Arai pinang-nya.
Pariaman Jadi Pusat Konservasi Penyu, 800 Tukik Dilepas ke Laut Sepanjang 2025 |
![]() |
---|
Pariaman Sahkan Perubahan APBD 2025, Proyek Pembangunan Segera Dijalankan |
![]() |
---|
Wagub Sumbar Nilai Lele dan Penyu Mampu Jaga Laju Ekonomi dan Konservasi di Pariaman |
![]() |
---|
Bantuan Seragam Gratis dari Pemko Pariaman, Ringankan Beban Orang Tua dan Pacu Ekonomi Lokal |
![]() |
---|
Cindy Sebut Beras Asal Sumbar Miliki Kualitas Premium, Namun Produksi Pertanian Menurun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.