ODGJ di Padang Pariaman

Pemasungan ODGJ di Padang Pariaman Tindakan Fatal, Keluarga Pilih Jalan Cepat yang Ganggu Pemulihan

Pemasungan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Padang Pariaman, Sumatera Barat kembali terungkap dan memicu perhatian

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
tribunnews.com
ODGJ PADANG PARIAMAN - Ilustrasi seorang mengalami depresi ODGJ. Pemasungan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Padang Pariaman, Sumatera Barat kembali terungkap dan memicu perhatian karena keluarga memilih langkah cepat saat menghadapi perilaku pasien. 

Ringkasan Berita:
  • Psikolog mengungkap pemasungan ODGJ di Padang Pariaman masih terjadi karena keluarga memilih langkah cepat.
  • Minimnya tenaga jiwa membuat keluarga kesulitan mengelola perilaku pasien.
  • BPJS sebenarnya menanggung layanan psikiatri, namun banyak keluarga belum memanfaatkannya.
  • Psikolog menegaskan pemasungan justru menghambat pemulihan dan meningkatkan risiko trauma.

 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Pemasungan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Padang Pariaman, Sumatera Barat kembali terungkap dan memicu perhatian karena keluarga memilih langkah cepat saat menghadapi perilaku pasien.

Pemasungan ODGJ ini dijelaskan Psikolog Fitri Yanti sebagai tindakan yang menghambat proses pemulihan dan meningkatkan risiko trauma. Ia menegaskan pemasungan tidak memberi dampak perbaikan bagi pasien.

Menurut Fitri Yanti, seorang Psikolog dan Dosen di Universitas Fort De Kock Bukittinggi, pemasungan bukanlah solusi, melainkan bentuk restriksi ekstrem yang merusak.

“Dari sisi psikologi, pemasungan justru memperburuk kondisi mental dan fisik pasien karena menambah stres, mempertinggi risiko trauma, serta menghambat proses pemulihan,” tegas Fitri Yanti, Jumat (21/11/2025).

Ia menekankan bahwa tindakan ini secara fundamental bertentangan dengan prinsip penanganan kesehatan jiwa yang seharusnya humanis, berbasis pemulihan, dan didukung data ilmiah.

Baca juga: 20 Siswa Bolos Belajar Diamankan Satpol PP Padang di Tempat Biliar, Dua Orang Kedapatan Bawa Sajam

Ironisnya, tindakan pemasungan seringkali muncul bukan atas dasar kekejaman, melainkan karena keterbatasan dan kebingungan keluarga.

Fitri Yanti menjelaskan bahwa pemasungan menjadi pilihan terakhir karena beberapa faktor kritis yang masih mengakar di masyarakat.

Fitri Yanti melihat pemasungan yang terjadi di era modern ini hadir akibat akses layanan kesehatan jiwa terbatas.

Kondisi hari ini menurutnya jumlah psikolog dan psikiater terutama di daerah jauh dari pusat kota masih minim.

“Banyak stigma keluarga ODGJ bahwa biaya transportasi dan pengobatan mahal, padahal layanan psikiatri sebagian besar dapat ditanggung BPJS Kesehatan. Dengan catatan sesuai prosedur rujukan,” ujarnya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 3,5 Guncang Painan Pesisir Selatan Sore Ini, Terjadi pada Kedalaman 26 Km

Situasi tersebut membuat pihak keluarga bingung bagaimana cara mengelola perilaku agresif atau membahayakan pasien, sehingga memilih tindakan cepat untuk meredam risiko.

Alhasil, ketakutan sosial membuat keluarga memilih untuk mengamankan pasien dengan cara ekstrem agar tidak menimbulkan keresahan di lingkungan sekitar.

Kondisi pemasungan ini hanyalah puncak dari gunung es masalah kesehatan mental di Sumatera Barat.

Fitri Yanti menyoroti masih adanya tantangan struktural yang masih memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved