Pengangguran di Sumbar

Budaya Merantau Minangkabau Melemah, Angka Pengangguran Sumbar Naik

Budaya merantau yang selama ini menjadi ciri masyarakat Minangkabau dinilai melemah.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
SHUTTERSTOCK
PENGANGGURAN DI SUMBAR - Ilustrasi pengangguran. Erian Joni menjelaskan kelompok usia pencari kerja saat ini tidak lagi menjadikan merantau sebagai langkah utama dalam memasuki dunia kerja. 

Alhasil banyaknya perguruan tinggi memproduksi calon pekerja tidak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.

Baca juga: Wisman Malaysia Masih Dominasi, Kunjungan Asal Selandia Baru ke Sumbar Melonjak 74,07 Persen

Erian Joni menggarisbawahi bahwa jumlah angka penggangguran dari tamatan perguruan tinggi di Sumbar, sejatinya tidak hanya berasal dari masyarakat Sumbar.

Berdasarkan data yang dimilikinya, status Sumbar khusunya Kota Padang sebagai Kota Pendidikan sejauh ini banyak menarik minat pelajar dari provinsi lain untuk menuntut ilmu di sana, jumlahnya mencapai 30 persen.

Para pelajar dari luar Sumbar ini setelah tamat tidak langsung balik ke kampung halaman mereka masing-masing, tapi turut menambah jumlah angka penggangguran di sumbar dengan mendaftarkan diri sebagai pencari kerja di Dinas Ketenagakerjaan.

Terkikisnya Budaya Merantau

Di samping alasan-alasan yang nyata itu, Erian Joni melihat bahwa budaya merantau masyarakat khususnya usia pencari kerja di Sumbar saat ini terkikis.

Baginya semangat itu, sudah tidak berlaku lagi bagi anak muda sekarang, entah karena kemajuan zaman yang membuat anak muda lebih memilih menunggu lapangan pekerjaan melalui pencarian dan pendaftaran di media social.

Baca juga: Lonjakan Kunjungan Wisman ke Sumbar September 2025 Capai 18,05 Persen, Terbanyak dari Malaysia

Situasi itu membuat usia pencari kerja lebih memilih menunggu pekerjaan dan menambah antrean perkerjaan yang ada di Sumbar.

Padahal selama ini semanagat merantau bagi masyarakat Minangkabau adalah seleksi hidup, menambah pergaulan dan memperbanyak pengalaman untuk menjalani proses kehidupan.

“Inilah salah satu tipikal generasi Z, kebanyakan mereka rapuh, selektif dalam mencari pekerjaan dan ingin sukses secara instan,” ujarnya.

Situasi ini pula yang menurut Erian Joni membuat angka kriminalitas meningkat di sumbar, terutama kejahatan siber, seperti penipuan online, skiming, phising, hackhing hingga cyber stalking.

Bahkan banyak juga usia pencari kerja yang akhirnya mengakhiri hidup karena beragam persoalan terutama masalah pinjaman online, supaya bisa cepat kaya dan sukses.

Menurut Erian Joni cara pikir tersebut merupakan disorientasi yang saat ini berkembang di tengah masyarakat terutama para pencari kerja.(*)


 
 

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved