Berita Populer Sumbar

4 BERITA POPULER SUMBAR: Bunga Bangkai Raksasa Mekar di Agam, Kasus Campak Disorot Pakar Epidemiolog

Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).

Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Muhammad Iqbal
BUNGA BANGKAI MEKAR- Tour Guide, Heru Septian saat memberikan keterangan di lokasi mekarnya bunga bangkai di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kabupaten Agam, Kamis (13/11/2025). Sejumlah berita menarik TribunPadang.com dalam 24 jam terakhir, yang disajikan pada berita populer Sumatera Barat (Sumbar). 

"Pas awal mekar, kelopak bunganya berwarna kemerahan, kalau di hari ketiga ini sudah mulai kecoklatan di bagian ujungnya," ungkapnya.

"Sedangkan di bagian spaldix (pucuk), saat mekar berwarna kecoklatan, kalau sekarang sudah mulai menguning di bagian pucuk," sambungnya.

Heru menambahkan, untuk proses penyerbukan bunga bangkai sendiri sudah habis.

"Penyerbukannya itu terjadi pada hari pertama dan kedua, sedangkan hari ketiga ini sudah selesai," katanya.

Sementara itu, pantauan Tribunpadang.com di lapangan, bunga tersebut tidak lagi mengeluarkan bau (bangkai).

Baca juga: Bunga Bangkai di Palupuh Agam Pecahkan Rekor Dunia di Tahun 2022, Tinggi Capai 5 Meter

Namun, saat diarahkan oleh tour guide untuk meniup di bagian dalam bunga, bau bangkai tersebut bisa tercium.

Sedangkan dari sisi kelopak, Tribunpadang.com melihat warnanya merah maroon. Lalu di bagian ujung kelopak, beberapa sudah berwarwa kecoklatan.

Kelopaknya juga terlihat sudah menguncup ke bagian atas.

Lalu di bagian pucuk (spaldix) berwarna kekuningan dan kecoklatan di bagian pangkal, yang mengarah ke bagain kelopak bunga.(*)

2. Penyakit Campak Merebak di Sumbar, Epidemiolog  Soroti Rendahnya Peran Tenaga Kesehatan

Ilustrasi campak -
Ilustrasi campak - (Ilustrasi TribunPadang.com/Fuadi Zikri)

Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).

Sorotan ini muncul dari Prof Defriman Djafri, yang menilai masih kurangnya peran dari tenaga kesehatan dari fasilitas kesehatan yang ada dalam menggencarkan upaya imunisasi.

Ia menilai campak merupakan, penyakit yang dapat dicegah penyebaran, sehingga tidak perlu sampai suatu wilayah harus mendapatkan kejadian liar biasa.

Baca juga: HARGA HP Oppo Terbaru Kamis 13 November 2025: Oppo A98 5G, Oppo A76, Oppo A60

“Sejauh ini imunisasi dapat menjadi tameng yang kuat untuk penyakit campak, jadi kalau anak sudah mendapat imunisasi otomatis tidak ada kasus positif campak,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).

Prof Defriman sejatinya sudah memprediksi akan terjadi penurunan tingkat imunisasi ini sejak Covid 19.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved