Serak Gulo 2025
Tradisi Serak Gulo, Penawar Rindu Keturunan India di Kota Padang
ejauh ini memang belum ada penawar rindu terbaik selain pertemuan, melalui tradisi serak gulo
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
Ringkasan Berita:
- Tradisi serak gulo kembali digelar warga keturunan India di Padang.
- Keluarga yang tersebar di berbagai daerah pulang kampung untuk ikut prosesi.
- Persiapan gula dilakukan turun-temurun di Masjid Muhammadan, pusat tradisi ini.
- Momen serak gulo jadi penghubung rindu dan pemersatu keluarga.
TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Sejauh ini memang belum ada penawar rindu terbaik selain pertemuan, melalui tradisi serak gulo, masyarakat keturunan India di Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang coba mewujudkan.
Tradisi serak gulo ini menurut sejumlah sumber sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, bermula di perkampungan kecil Nagore, Naggapattinam daerah Tamil Nadhu India Selatan, 450 tahun silam.
Tradisi ini merupakan kebiasaan dari Syekh Shanul Hamid, ulama sufi India yang dikenal sebagai Waliyullah yang memegang peranan penting dalam penyebaran agama islam pada masa itu.
Di Kota Padang tradisi ini dirawat oleh warga keturunan India, yang sering disebut kampung keling oleh masyarakat setempat dengan lokasi di Masjid Muhammadan yang notabene masjid tertua di Kota Padang.
Diantaranya warga keturunan yang ambil peran dalam pelestarian budaya ini Faradillah Yunus (47), yang sudah menikmati tradisi ini sejak lahir.
Baca juga: Bagnaia Takkan Salahkan Motor dan Kesulitan Angkat Performa Ducati Semenjak Marc Marquez Absen
Bahkan, banyak kenangan yang masih membaluti ingatannya akan tradisi ini, mulai dari sendal putus, kaki terhimpit hingga terkena bungkusan gula saat hari puncak.
“Semuanya membekas dan terus hidup dalam ingatan saya. Malah kejadian itu yang membuat tradisi ini mampu bertahan hingga sekarang,” ujarnya ditemui, saat sedang membungkus gula untuk persiapan tradisi serak gulo pekan depan, Sabtu (22/11/2025).
Tujuan utama dalam tradisi ini yang diturunkan oleh orang tuanya adalah bentuk rasa syukur masyarakat india keturunan atas rezeki yang diterima sepanjang tahun.
Secara tidak langsung tradisi kni adalah bentuk sedekah oleh umat islam, namun dalam bentuk pembagian gula, sekaligus memperingati wafatnya Syekh Shanul Hamid yang dikenal suka berbagi gula atau makanan manis semasa hidupnya.
Tradisi ini berlangsung pasca maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani, atau 40 hari sebelum maulid Syekh Shanul Hamid yang bertepatan pada tanggal 1 Jumadil Akhir kalender hijriah.
Baca juga: Pemko Bukittinggi Salurkan bantuan pangan Periode Oktober-November dengan Tambahan Minyak Goreng
“Urutan Prosesnya berlangsung dengan mengumpulkan gula, membungkusnya hingga membagikannya,” ujar Faradillah.
Namun, dalam proses itu hidup rasa kebersamaan dan silaturahmi antar masyarakat keturunan India yang sudah berpencar hampir ke seluruh penjuru Indonesia.
Faradillah mengaku jika sudah selesai Maulud Syekh Abdul Qadir Al Jailani, ia akan menghubungi saudaranya mulai dari Sumbar, Riau, Jambi, Aceh hingga Surabaya.
Tujuan utama komunikasi itu untuk mengingatkan saudaranya bahwa tradisi serak gulo akan berlangsung, supaya mereka bisa menyisihkan rezekinya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/di-Pasa-Batipuh-Pasa-Gadang-Padang-Selatsas.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.