Local Experience

Dulu Ada 2 Orang Seperti Saya tapi Sekarang Sudah Meninggal

Tradisi Minang yang Terancam Punah, Feri Lestarikan Saluang dan Bansi Lewat Kaki Lima di Pasar Atas Bukittinggi

Penulis: Muhammad Iqbal | Editor: afrizal
TribunPadang.com/MuhammadIqbal
SALUANG- Pedagang sekaligus seniman, Feri saat memainkan alat musik tiup tradisional Minangkabau ‘bansi’ di Jalan Minangkabau, Pasar Atas, Kota Bukittinggi, Sabtu (1/11/2025). Perajin sekaligus penjual saluang dan bansi di Bukittinggi semakin langka. Feri tetap bertahan menjaga tradisi pembuatan saluang dan bansi walau dari lapak kaki lima di Pasar Atas, Bukittinggi 

Di sisi lain, selain menjual, niat mulia Feri untuk melestarikan alat musik tradisional Minangkabau agar tak ditelan zaman.

“Kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi? Kita juga pandai membuatnya dan memainkannya," katanya lirih sambil memperlihatkan saluang yang sudah ia buat.

Berjuang di Masa Pandemi

Awal usaha saluang dan bansi Feri tidaklah mudah. 

Pandemi Covid-19 sempat menjadi ujian berat. 

Pembeli sepi, pasar ditutup, dan banyak pedagang menyerah.

Namun Feri tak kehabisan akal, berbekal penjualam online sudah mulai marak ketika itu, ia lantas mencobanya.

“Bagaimana kita berjualan karena Covid, bahkan pasar juga sepi karena ada PPKM dan penjualan online. Memang sepi karena online, kita tidak menyalahkan, kenapa tidak ikut?" ujarnya sembari tersenyum ceria.

Penjualan online itulah yang menutupi ongkos produksi saluang dan bansi.

Bahkan, banyak para pembeli berdatangan dari luar daerah Sumatera Barat.

Merasa menemukan jalan, Feri terus mempromosikan dagangannya dengan melakukan siaran langsung atau live di media sosial

"Saat jualan online kan saya hanya di rumah, saya coba live streaming, ternyata banyak yang tertarik, bahkan banyak permintaan dari Medan, Riau hingga Sulawesi," pungkasnya.

“Ada yang pesan saluang dengan ukiran nama, ada juga yang minta gambar wajah di badan saluangnya,” cerita Feri sambil memperlihatkan salah satu hasil buatannya yang berhiaskan ukiran rangkiang khas Minangkabau.

Dari rumahnya di Puhun Tembok, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi, ia menampilkan proses pembuatan saluang dan bansi dari awal sampai selesai kepada para pelanggan.

Permintaan mulai beragam, mulai dari ukiran hingga alat musik tiup bernama Saluang Batak, asal Sumatera Utara.

“Awalnya canggung, tapi lama-lama banyak yang nonton. Saya sebut usaha ini ‘di atas langit’, karena semuanya lewat internet,” ujarnya terkekeh.

Satu-Satunya Penjual Kaki Lima Saluang di Bukittinggi

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved