Anak Harimau Mati di Bukittinggi

Anak Harimau Mati di Bukittinggi, BKSDA: Bukan Satwa yang Diberikan Nama Oleh Titiek Soeharto

Menurut Khairi, anak harimau yang mati tersebut merupakan hasil perkawinan dari Bujang Mandeh (jantan) dan Yani (betina).

Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rezi Azwar
Wikimedia Commons via greeners.co
Ilustrasi Harimau Sumatera- Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat memastikan bahwa anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang baru saja mati di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi merupakan bayi yang baru saja lahir pada Rabu (24/6/2025) lalu. Menurut Khairi, anak harimau yang mati tersebut merupakan hasil perkawinan dari Bujang Mandeh (jantan) dan Yani (betina). 

Meski pada awalnya menunjukkan gejala kelelahan usai melahirkan, Yani akhirnya mulai menunjukkan respon positif dan mulai menyusui anaknya menjelang siang hari. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama.

Menurut Hartono, pada hari Minggu (29 /6/2025), Yani kembali terlihat stres.

Ia menolak menyusui, dan kondisi lingkungan yang panas dan kering ikut memperburuk keadaan anak harimau yang masih sangat bergantung pada induknya.

"Cuaca ekstrem saat itu memang menjadi tantangan tambahan. Saat Yani stres dan tidak menyusui, anaknya tentu tidak mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkannya," kata Hartono.

Kondisi sempat membaik pada Senin (30/6)2025), ketika Yani kembali menyusui anaknya.

Namun krisis terjadi kembali pada Selasa (1/7/2025) dini hari, ketika Yani tampak gelisah dan kembali menolak menyusui.

Anak harimau terlihat lemah dan terbaring tanpa tenaga.

Tim dokter hewan kemudian segera melakukan tindakan penyelamatan darurat dengan mengevakuasi Yani ke klinik untuk perawatan intensif.

Baca juga: Kabau Sirah Gaet Hamdi Sula, Bek Serba Bisa yang Sebelumnya Membela Persekat Tegal

"Perawatan dilakukan secepat mungkin, dan kondisi Yani sendiri sedikit membaik setelah itu. Namun, kondisi si anak sudah sangat lemah," jelas Hartono.

Meski upaya maksimal telah dilakukan oleh tim dokter dan keeper, anak harimau tersebut tidak berhasil diselamatkan dan menghembuskan napas terakhir, pada Selasa pagi.

Pasca kematian, tim dokter melakukan nekropsi untuk mengetahui penyebab pasti. Hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya kelainan pada organ tubuh anak harimau.

Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan bahwa penyebab kematian adalah karena dehidrasi dan kurangnya asupan nutrisi akibat kegagalan menyusui dari induknya. (TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved