Anak Harimau Mati di Bukittinggi

Anak Harimau Mati di Bukittinggi, BKSDA: Bukan Satwa yang Diberikan Nama Oleh Titiek Soeharto

Menurut Khairi, anak harimau yang mati tersebut merupakan hasil perkawinan dari Bujang Mandeh (jantan) dan Yani (betina).

Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rezi Azwar
Wikimedia Commons via greeners.co
Ilustrasi Harimau Sumatera- Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat memastikan bahwa anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang baru saja mati di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi merupakan bayi yang baru saja lahir pada Rabu (24/6/2025) lalu. Menurut Khairi, anak harimau yang mati tersebut merupakan hasil perkawinan dari Bujang Mandeh (jantan) dan Yani (betina). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat memastikan bahwa anak harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang baru saja mati di Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi merupakan bayi yang baru saja lahir pada Rabu (24/6/2025) lalu.

Hal tersebut dipastikan oleh BKSDA Sumbar, setelah beredar kabar bahwa individu yang mati adalah anak harimau yang sebelumnya diberikan nama oleh anggota DPR RI, Titiek Soeharto saat kunjungan reses ke Sumbar beberapa waktu lalu.

"Anak harimau yang mati ini merupakan anak harimau yang baru saja lahir, bukan salah satu dari sepasang anak harimau yang sebelumnya diberikan nama oleh ibu Titiek," kata Kasubag TU BKSDA Sumbar, Khairi Ramadhan, Rabu (2/7/2025).

Menurut Khairi, anak harimau yang mati tersebut merupakan hasil perkawinan dari Bujang Mandeh (jantan) dan Yani (betina).

Baca juga: Dukung Kembangkan RSUP M Djamil, Pemko Padang Segera Atasi Masalah Banjir, PKL dan Kemacetan

"Anak harimau yang mati kemarin merupakan saudara dari sepasang anak harimau yang diberi nama Rezky dan Lestari oleh ibu Titiek kemarin, ayahnya sama tapi ibunya berbeda," ujarnya.

Berdasarkan data dari BKSDA, induk betina dari anak harimau tersebut juga sudah pernah melahirkan sebanyak dua kali, namun anaknya tidak ada yang bertahan.

"Data yang kita baca bahwa Yani ini sudah pernah dua kali melahirkan, berarti yang kali ini merupakan yang ketiga. Pertama pada bulan Agustus 2024 lalu, kedua Februari 2025 dan kemarin Juli 2025," katanya.

"Selama tiga kali periode kehamilan ini, kita melihat kalau Yani ini belum berhasil mengasuh anaknya, bahkan ada yang dilahirkan saat kondisi sudah meninggal," pungkasnya.

Baca juga: Anak Harimau Sumatera Mati di TMSBK Bukittinggi, Induknya Menolak Menyusui Akibat Stres & Dehidrasi

Sebelumnya diberitakan, duka menyelimuti dunia konservasi satwa liar di Sumatera Barat.

Dimana, seekor bayi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang baru berusia tujuh hari mati di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi.

Bayi harimau jantan ini merupakan anak dari induk betina bernama Yani dan pejantan bernama Bujang Mandeh.

Kematian terjadi pada Selasa (1/7/2025) pagi, setelah melalui serangkaian upaya penyelamatan intensif dari tim medis dan penjaga satwa.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Hartono, menyampaikan bahwa kematian bayi harimau ini telah melalui proses penanganan intensif sejak kelahirannya.

Baca juga: Tumpahan CPO Ganggu Jalur Padang-Solok, Polisi Tebar Serbuk Sekam dan Pengendara Dimohon Sabar

Bayi harimau tersebut lahir pada Rabu (24/6/2025) dan sempat menjadi harapan besar sebagai bagian dari upaya pelestarian Harimau Sumatera yang berstatus kritis (Critically Endangered).

"Begitu kami menerima laporan dari TMSBK Bukittinggi bahwa indukan harimau bernama Yani telah melahirkan satu ekor anak jantan, tim dokter dan keeper segera melakukan pemantauan ketat. Namun sejak awal, kondisi Yani terlihat sangat lelah dan belum langsung menyusui anaknya," ungkap Hartono.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved