Gunung Marapi Erupsi

Gunung Marapi di Sumatera Barat Makin Sering 'Batuk', Sudah 15 Kali Erupsi Sepanjang April 2025

Erupsi dengan kolom abu tertinggi tercatat pada 3 April 2025, yaitu 1.500 Meter

Penulis: Muhammad Iqbal | Editor: afrizal
PGA Bukittinggi
ERUPSI GUNUNG MARAPI: Visualisasi Gunung Marapi saat terjadi erupsi, Senin (25/4/2025) pukul 16:41 WIB sore. Intensitas erupsi Gunung Marapi beberapa pekan terakhir semakin tinggi. Sepanjang 1-25 April 2025, setidaknya tercatat 15 kali Gunung Marapi "batuk". 

TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI- Intensitas erupsi Gunung Marapi beberapa pekan terakhir semakin tinggi.

Sepanjang 1-25 April 2025, setidaknya tercatat 15 kali Gunung Marapi "batuk". 

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bukittinggi, Teguh Purnomo kepada Tribunpadang.com, Sabtu (26/4/2025) menuturkan, awal April, erupsi hampir terjadi tiap hari. 

Tanggal 1 April 2025 terjadi satu kali erupsi di Gunung Marapi. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Gunung Marapi Erupsi Lagi Jumat Sore, Sudah Dua Kali dalam Sehari

Namun tinggi kolom abu tidak teramati lantaran tertutup kabut.

Tanggal 2 dan 3 April 2025 juga kembali terjadi.

Intensitas dua hari itu meningkat dari hari sebelumnya, sama-sama 2 kali erupsi.

Berdasarkan data, tanggal 2 April 2025 erupsi Gunung Marapi menghasilkan kolom abu setinggi 350 Meter pada pukul 06:25 WIB, dan 1.000 Meter pukul 16:04 WIB.

Sementara untuk tanggal 3 April, erupsi pertama pukul 07:12 WIB dengan tinggi kolom abu 1.500 Meter. 

Pukul 18:04 WIB kembali terjadi letusan dengan kolom abu setinggi 400 meter. 

"Erupsi dengan kolom abu tertinggi tercatat pada 3 April 2025, yaitu 1.500 Meter," sebutnya.

Baca juga: Puluhan Warga Zona Merah Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Mulai Dievakuasi ke Lubuk Basung Agam

Berjarak selama 4 hari, erupsi kembali terjadi pada 7 April 2025 sebanyak 2 kali. 

Erupsi pertama pada pukul 18:01 WIB dengan tinggi kolom abu 500 Meter.

Erupsi kedua pada pukul 21:19 WIB, namun kolom abu tidak teramati lantaran tertutup kabut.

"Selanjutnya pada 9 April 2025 juga kembali erupsi pukul 21:38 WIB, tinggi kolom abu juga tertutup oleh kabut," terangnya.

Seminggu berlalu, pada 16 April 2025, kembali erupsi dengan kolom abu setinggi 800 Meter pada pukul 11:37 WIB.

"Tanggal 19 April juga erupsi, kolom abu setinggi 1.000 Meter. Lalu pada 21 April erupsi 2 kali, tinggi kolom abu pertama 500 Meter dan kedua tertutup oleh kabut," jelasnya.

"Sama dengan erupsi di tanggal 21, pada 22 April 2025 juga erupsi dan tinggi kolom abu tertutup oleh kabut," tambahnya.

Baca juga: Aktivitas Erupsi Gunung Marapi Tidak Ganggu Penerbangan Arus Balik di Bandara Minangkabau

Terakhir kata Teguh, pada Jumat (25/4/2025) kemarin kembali erupsi sebanyak 2 kali. Pertama pada pukul 13:13 WIB dengan kolom abu setinggi 800 Meter.

"Sedangkan erupsi kedua pada pukul 16:41 WIB, tinggi kolom abu hanya 350 Meter," tutur Teguh.

Mulai Relokasi

Sementara Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat mulai merelokasi sejumlah warga yang sebelumnya menjadi korban banjir lahar dingin dan rumahnya yang berada di zona merah aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi, Rabu (23/4/2025).

Pemerintah Kabupaten Agam diwakili oleh Camat IV Angkek, Rahmad Fajri, dan Wali Nagari Bukik Batabuah, Firdaus, yang melepas secara simbolis warga yang direlokasi.

Rahmad mengatakan untuk tahap awal, sebanyak 48 Kepala Keluarga (KK) dari Kecamatan Canduang dan Kecamatan IV Angkek.

Puluhan warga tersebut diberangkatkan dari Lapangan Sepak Bola Batu Taba, lokasi yang dijadikan titik kumpul sebelum menuju ke lokasi baru di Lubuk Basung.

Sebelum berangkat, Rahmad menyebutkan agar masyarakat yang direlokasi agar bisa segera menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

"Kita menekankan pentingnya adaptasi dan kebersamaan dalam membangun komunitas baru yang aman dan nyaman. Kita berharap warga yang direlokasi dapat membaur dengan masyarakat di tempat tinggalnya yang baru, ikuti aturan yang ada di lingkungan yang baru," katanya kepada wartawan.

Rahmad mengungkapkan bahwa warga yang direlokasi diberangkatkan menggunakan bus dan truk untuk mengangkut barang-barang pribadi.

"Teknisnya, mereka berangkat dengan barang-barangnya, warga dengan bus dan barang-barang dengan truk ke rumah masing-masing," ujarnya.

Ia menambahkan, bahwa seluruh proses relokasi difasilitasi oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Agam.

Pemerintah daerah menyediakan berbagai fasilitas dasar untuk mendukung proses pemindahan ini, mulai dari transportasi, penyiapan tempat tinggal hingga kebutuhan logistik dasar lainnya.

"Semuanya difasilitasi oleh Dinas Perkim Kabupaten Agam. Totalnya ada 48 KK, 39 dari Bukik Batabuah Kecamatan Canduang, 9 IV Angkek," tambahnya.

Sementara itu, Wali Nagari Bukik Batabuah, Firdaus, menyebut bahwa warganya yang terlibat dalam relokasi merupakan penduduk yang tinggal di area dengan risiko tinggi terhadap banjir bandang.

Ia menjelaskan bahwa rumah-rumah warga sebelumnya berada di sepanjang bantaran sungai yang telah dikategorikan sebagai zona merah.

"Masyarakat yang direlokasi ini adalah mereka yang tinggal di pinggiran sungai dengan radius 100 meter kiri kanan," jelasnya.

Program relokasi ini dilaksanakan berdasarkan evaluasi pemerintah terhadap risiko tinggi bencana alam di sejumlah wilayah di Kabupaten Agam, terutama yang berada di dekat sungai dan daerah rawan longsor atau bencana banjir bandang. 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved