Citizen Journalism

Opini: Faktor Penyebab Tergerusnya Penggunaan Bahasa Minangkabau, dan Upaya Menjaga Eksistensi

BAHASA bukan hanya alat komunikasi, tapi juga identitas budaya. Dalam konteks masyarakat Minangkabau, bahasa Minang tak sekadar medium berbicara, teta

Editor: Emil Mahmud
MAGANG FIB UNAND/WAHYU SEPTIO A
PAKAIAN TRADISIONAL MINANGKABAU Sekelompok remaja yang berpose menggunakan baju atau pakaian adat tradisional Minangkabau, setelah tampil memainkan alat musik dan tari tradisional di acara wisuda di salah satu kampus di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar, baru-baru ini. 

Ketiga, relatif kurangnya pengajaran formal

Di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa daerah mulai ditinggalkan atau hanya diberikan secara opsional, tanpa metode yang menarik. 

Keempat, migrasi dan urbanisasi

Banyak keluarga Minang yang tinggal di kota besar atau merantau, akhirnya lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia di rumah agar anak-anak bisa lebih "menyesuaikan diri" dengan lingkungan.

Sejauh ini, dengan tergerusnya bahasa Minang berarti juga mengikis identitas budaya Minangkabau. Banyak istilah adat dan relasi kekerabatan yang sulit diterjemahkan ke bahasa lain.

Misalnya, sistem matrilineal dalam keluarga Minang memiliki istilah khas seperti "mamak", "kamanakan", "sumando", yang jika hilang pemahaman bahasanya, maka akan merusak makna relasi sosial dalam masyarakat adat. 

Selain itu, banyak pepatah dan petitih Minang yang kaya akan filosofi hidup, tidak bisa dipahami tanpa memahami bahasa aslinya. Misalnya: "Alam takambang jadi guru" (Alam yang terbentang luas menjadi sumber pelajaran hidup), dan "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" (Adat bersendikan syariat, dan syariat bersendikan Alqur'an). Kalimat-kalimat ini bukan sekadar ucapan, tapi nilai hidup yang sulit dipahami jika hanya diterjemahkan secara literal.

Beberapa langkah strategis perlu dilakukan untuk menjaga eksistensi Bahasa Minangkabau

Pertama, revitalisasi bahasa melalui media sosial

Membuat konten-konten kreatif di TikTok, Instagram, dan YouTube dengan Bahasa Minang yang dibungkus dengan gaya kekinian. 

Kedua, pendidikan bahasa daerah sejak dini

Sekolah-sekolah di Sumatera Barat dapat memasukkan bahasa Minang sebagai pelajaran wajib dengan metode yang menarik dan interaktif. 

Ketiga, kampanye budaya di ranah dan rantau

Komunitas Minang di perantauan dapat membuat kegiatan budaya yang mendorong penggunaan bahasa Minang, seperti festival bahasa, kelas daring, atau podcast.

Keempat, peran keluarga

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved