Citizen Journalism

PsyCap: Modal Psikologis Sebagai Sumber Daya Dalam Mendukung Kinerja

Strategi utama yang penting bagi organisasi adalah meningkatkan atau memperkuat modal psikologis karyawan, atau diistilahkan dengan PsyCap.

Editor: Emil Mahmud
Foto: Dok/Harif Amali Rivai
Penulis Opini Harif Amali Rivai, Dosen dan Guru Besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas. (Dok. Pribadi) 

Oleh : Harif Amali Rivai (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas)

PERKEMBNGAN bisnis yang sangat pesat seiring dengan perkembangan tingkat persaingan yang semakin ketat. Keinginan berkompetisi telah melanda semua sektor bisnis baik industri yang menghasilkan produk nyata maupun jasa (service), termasuk sektor perdagangan, pendidikan, kesehatan, manufaktur, dan yang lainnya.

Tuntutan persaingan yang semakin ketat. Model persaingan tidak hanya dalam produk yang dihasilkan tetapi juga persaingan dalam Sumber Daya  Manusia (SDM). Pandangan moderen tentang SDM saat ini dipandang tidak hanya sebagai faktor produksi tetapi juga sebagai aset yang strategis dalam organisasi atau perusahaan, sehingga perlu untuk merancang strategi yang mampu memberikan keunggulan bagi organisasi atau perusahaan dari perspektif karyawan.

Strategi utama yang penting bagi organisasi adalah meningkatkan atau memperkuat modal psikologis karyawan, atau diistilahkan dengan PsyCap (Psychological Capital).

PsyCap mencerminkan kemampuan karyawan untuk bertahan dalam organisasi atau perusahaan pada era yang penuh persaingan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis positif karyawan yang akan yang mendorong individu untuk berperilaku positif, mengatasi kesulitan, serta menampilkan performa
terbaiknya. 

Baca juga: RS Unand Terima 46 Orang Peserta Program Pemagangan Nasional

Konsep PsyCap ini diperkenalkan oleh peneliti bidang Organizational Behavior pada awal abad ke-20. Luthans dan Youssef (2004) memperkenalkan  konsep PsyCap untuk meningkatkan kekuatan sumber daya manusia dan kapasitas psikologis individu. 

PsyCap berperan penting dalam mendorong sikap kerja positif seperti kepuasan kerja, keseimbangan kehidupan kerja (Work Life Balance), komitmen terhadap institusi, meningkatkan retensi pekerjaan, dan yang lainnya.

Karyawan yang memiliki PsyCap tinggi maka cenderung akan bertindak menggunakannya sebagai alat atau sumber daya untuk menghadapi berbagai tantangan, kesulitan, dan tekanan di tempat kerja, yang nantinya akan berdampak pada produktifitas tim dan individu. 

PsyCap dapat didefinisikan sebagai keadaan perkembangan psikologis positif individu yang terdiri dari empat sumber psikologis positif, yaitu harapan, efikasi diri, resiliensi, dan optimisme.

Pertama, yaitu Harapan, yang bukan sekadar keinginan, tetapi keyakinan yang disertai strategi untuk mencapainya. Individu dengan tingkat harapan tinggi tidak mudah menyerah ketika menghadapi hambatan, mereka akan mencari jalan alternatif. Dalam konteks kerja, karyawan dengan harapan tinggi cenderung memiliki tujuan yang jelas, inisiatif kuat, dan kreativitas dalam memecahkan masalah. 

Misalnya, seorang staf pemasaran yang gagal mencapai target tidak akan langsung menyerah, melainkan mencoba strategi promosi lain atau mencari segmen pasar baru.

Kedua, yaitu Efikasi diri adalah kepercayaan individu terhadap kemampuannya menyelesaikan tugas tertentu. Menurut Albert Bandura, efikasi diri memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, dan bereaksi terhadap tantangan. 

Karyawan dengan efikasi tinggi akan lebih termotivasi, tekun, dan percaya diri dalam menghadapi kesulitan. Mereka juga cenderung menunjukkan inisiatif tinggi dan performa unggul karena yakin bisa mengendalikan hasil melalui usaha mereka sendiri.

Ketiga, yaitu Resiliensi, membantu individu untuk bangkit dari kegagalan atau tekanan dan menjadikannya sebagai pengalaman belajar. Dalam situasi kerja yang dinamis, seperti perubahan kebijakan, tuntutan target, atau konflik antar rekan, resiliensi berperan penting untuk menjaga keseimbangan emosi.

Keempat, yaitu Optimisme, mendorong individu untuk melihat sisi positif dari setiap situasi. Optimisme yang realistis bukan berarti mengabaikan kesulitan, melainkan percaya bahwa setiap tantangan dapat diatasi dengan usaha yang tepat. Karyawan yang optimis lebih produktif karena energi mental mereka tidak terkuras oleh pikiran negatif. 

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved