Kematian Gadis Penjual Gorengan

Tali Rafia Kunci Utama Penemuan Jenazah Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman Sumbar

Sudah satu pekan sejak penemuan jenazah Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan di Kecamatan 2*11 Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
Istimewa
TKP penemuan jenazah Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan yang meninggal dalam kondisi terkubur tanpa busana di Kecamatan 2*11 Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Sudah satu pekan sejak penemuan jenazah Nia Kurnia Sari, gadis penjual gorengan yang meninggal dalam kondisi terkubur tanpa busana di Kecamatan 2*11 Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (15/9/2024).

Sebelum jenazah gadis ini ditemukan, ia sempat dinyatakan hilang. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman telah melakukan proses pencarian sejak Jumat (6/9/2024), ketika pihak keluarga Nia melaporkan anaknya tidak kunjung pulang.

Pada hari kejadian, Nia melakukan rutinitas hariannya berjualan gorengan. 

Ia mulai berjualan sekitar pukul 16.00 WIB, membawa nampan, gorengan, plastik, dan payung karena cuaca mendung.

Sekitar pukul 16.30 WIB, hujan mulai mengguyur kawasan 2*11 Enam Lingkung Padang Pariaman

Biasanya, hujan tidak mengganggu rutinitas anak kedua dari empat bersaudara ini berjualan; ia akan tetap berkeliling menjajakan gorengan seperti biasa.

Baca juga: Polisi Temukan Barang Bukti Baru dalam Pengejaran Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan

Nia, yang berusia 18 tahun, telah menjual gorengan keliling sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Ia berjualan untuk menopang ekonomi keluarganya dan menabung agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Selain berjualan keliling sore hari, setiap pagi sejak SMP, Nia juga menjual gorengan di sekolah, kepada siswa lain dan guru.

Guru Nia di INS Kayu Tanam, Yulismar, mengenang muridnya sering harus menjalani hukuman karena terlambat datang ke sekolah akibat menunggu gorengan yang hendak dijual.

“Gorengan itu bukan dibuat oleh Nia. Ia ambil dari orang lain, terkadang orangnya terlambat memasak gorengan, sehingga Nia juga terlambat datang ke sekolah,” ujar Yulismar, mengingat perjuangan anak didiknya tersebut.

Meskipun para guru mengetahui alasan keterlambatan Nia, gadis yang pandai bela diri silat ini tetap merasa malu dan menjalankan hukuman seperti siswa lainnya dengan rasa bersalah.

Tidak hanya di sekolah, keterlambatan Nia juga sering terjadi saat ia berjualan sore hari. 

Biasanya, ia pulang berjualan sekitar pukul 18.00 WIB, atau paling lama pukul 18.30 WIB.

Baca juga: Tim Khusus Kejar Pelaku Kasus Nia Penjual Gorengan di Padangpariaman, Identitas Sudah Diketahui

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved