Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

12 Kisah Korban Banjir Bandang Lahar Dingin Sumbar, Kehilangan Rumah hingga Anggota Keluarga

12 kisah korban banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar). Kehilangan harta benda, hingga nyawa

Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Kondisi permukiman penduduk di Kapolo Koto, Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (14/5/2024), pasca banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024). 

"Adik sama anak saya berhasil dibantu diselamatkan oleh warga, tapi ibu dan keponakan saya tidak berhasil terselamatkan dan terbawa banjir," ujarnya.

"Sekira pukul 01.00 WIB jasad ibu saya ditemukan oleh tim gabungan, sementara itu keponakan saya ditemukan sekira pukul 08.00 WIB paginya," sambungnya.

Baca juga: Trauma Anak Karmila Pascabanjir Lahar Dingin Marapi Sumbar, Mengigau Manggil Nama Keponakan sang Ibu

Kini, adik dan anaknya tengah menjalani perawatan di puskesmas karena mengalami luka-luka.

"Anak saya sangat trauma, tadi dari rumah sakit sudah dibawa pulang. Tapi di posko ia selalu mengigau saat istirahat dengan memanggil nama  keponakan saya, jadi ia dibawa lagi ke puskesmas untuk perawatan," ujarnya.

"Jenazah ibu dan keponakan saya juga sudah langsung disemayamkan pagi tadi," sambungnya.

Ia berharap agar bencana banjir tidak kembali terjadi dan pemerintah segera cepat tanggap terkait antisipasi dan tindak lanjut penanganan dan pencegahan banjir.

2. Nispawati Selamat Berkat Karung Pasir yang Dipasang Depan Rumah

Nispawati (45), selamat di tengah arus deras banjir lahar dingin Gunung Marapi Sumbar.

Ia mengungkapkan momen mencekam saat air tiba-tiba menerjang rumahnya di Nagari Bukik Batabuah.

Banjir lahar dingin Gunung Marapi Sumbar telah mulai deras sejak waktu Magrib.

"Pas ketika saya selesai salat Magrib di rumah, air sudah mulai deras. Sudah ada juga warga yang memperingatkan agar berhati-hati," ujarnya, Minggu (12/5/2024).

Baca juga: Cerita Nispawati Selamat di Tengah Arus Deras Banjir Lahar Dingin Marapi Sumbar

Tidak berselang lama, banjir semakin deras dan mulai meluap hingga ke jalan sehingga ia bersama keluarga terpaksa bertahan di dalam rumah.

"Kami tidak bisa keluar, kami terpaksa berdiam diri di rumah sambil melihat-lihat keluar apakah air akan masuk atau menerjang rumah kami," katanya.

Nasib berpihak pada Nispawati. Ia dan keluarga selamat karena sudah mengantisipasi sebelum banjir datang.

"Untungnya karung pasir yang kami pasang sebelumnya di depan rumah menghalangi air dan material lainnya masuk ke dalam rumah, karena sebelumnya rumah saya juga terdampak banjir bandang sebelumnya," lanjutnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved