Kota Pariaman

SKSG UI Gelar FGD, Teliti Pilar Budaya sebagai Strategi Ketahanan Kota Pariaman

Keberhasilan Kota Pariaman yang dipimpin Genius Umar pada pembangunan partisipasi publik diteliti

Editor: Rizka Desri Yusfita
Ist
SKSG UI - FGD SERIES 

TRIBUNPADANG.COM - Keberhasilan Kota Pariaman yang dipimpin Genius Umar pada pembangunan partisipasi publik diteliti Pusat Riset Kajian Nasional SKSG UI Melalui Pilar Budaya.

Genius Umar berhasil membuka 25 ruas jalan Non Budgetter sepanjang 50 KM, dan ini adalah bentuk pembangunan partisipasi publik dengan cara badoncek.

Cara ini merupakan seni memimpin Kota Pariaman dengan pendekatan budaya, yang mana badoncek atau sumbangan sebagai bentuk solidaritas atau partisipasi.

Hal tersebut dikemas dengan baik oleh Genius Umar dalam bentuk membangun jembatan hati antara perantau dengan orang kampung untuk membangun Kota Pariaman bersama-sama.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru, Pemko Pariaman Sasar Siswa SMA Sederajat Sosialisasikan Pemilu 2024

Dalam rangka menyusun strategi ketahanan kota yang berbasis pada budaya, Pemerintah Kota Pariaman kembali bekerjasama dengan Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia melaksanakan FGD untuk membahas pilar ketahanan budaya di Balaikota Pariaman, Selasa (27/6/2023).

Acara FGD dipimpin langsung Wali Kota Pariaman Prof. Dr. Genius Umar dan dihadiri Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya, tokoh adat dari Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau (LKAM) dan Bundo Kanduang serta para pekerja sosial, pelaku pariawisata dan tokoh muda.

Hadir menjadi narasumber dalam FGD Nanang Afrisal, Direktur Jaringan Kota Pusaka Indonesia dan Dr. Margaretha Hanita dari Pusat Riset Ketahanan Nasional (PRKN) SKSG Universitas Indonesia.

Selain itu turut hadir perwakilan dari PT Kereta Api DIVRE II Sumatera Barat dan Febby Dt Bangso, Ketua Umum Persatuan Dosen Pariwisata Indonesia.

Baca juga: KPU Pariaman akan Kunjungi SMA Sederajat Sosialisasi Pemilu 2024 pada Pemilih Pemula

Pilar ketahanan budaya dipilih menjadi salah satu tema serial FGD karena kota Pariaman sangat terkenal sebagai daerah yang memiliki budaya paling kuat di Sumatera Barat dan dipraktekkan dalam membangun kotanya hingga kini.

Salah satunya praktik pendekatan budaya digunakan untuk membangun 25 ruas jalan sepanjang 50 km tanpa menggunakan dana APBD maupun bantuan pemerintah.

Akan tetapi, melibatkan seluruh masyarakat yang tinggal di Pariaman maupun merantau secara gotong royong dengan tradisi budaya badoncek yang sangat kental dengan solidaritas, kerjasama dan gotong royong.

Eksistensi badoncek ini memang telah dipraktikkan turun temurun di Pariaman yang dilakukan ketika menghadapi masalah dan kegiatan yang memerlukan biaya, seperti perkawinan atau membangun rumah.

Baca juga: ASN Padang Pariaman Badoncek, Kumpulkan Rp 150 Juta Bantu Korban Terdampak Bencana di Lumajang

Tradisi yang biasanya dilakukan dalam lingkungan keluarga kini dipraktekkan secara konsisten di masa kepemimpinan Wali Kota Pariaman Prof Genius Umar sebagai bentuk pembangunan partisipasi masyarakat, dengan mengumpulkan sumbangan secara sukarela dan terbuka, di kampung ataupun di rantau.

Sumbangan yang diberikan berbentuk uang atau materi sesuai dengan kebutuhan.

Besar kecilnya sumbangan bergantung pada hubungan keluarga dan kemampuan masing-masing.

Budaya ini sangat kuat berkontribusi dalam pembangunan Pariaman bahkan di masa sulit, contohnya di saat gempa.

Tradisi bandoncek terbukti mampu menggalang dana dan sumbangan dari para perantau di Jakarta dan berbagai kota besar lainnya untuk membangun kembali rumah-rumah penduduk yang rusak di Pariaman.

Sejak pandemi hingga kini sudah 41 rumah penduduk yang rusak dibangun secara badoncek kerjasama dengan Indo Jalito Peduli.

Baca juga: Badoncek Pembangunan Musala di Talao Pauh Pariaman, Uang Puluhan Juta Langsung Terkumpul

Selain badoncek, Kota Pariaman memang terkenal memiliki budaya yang tinggi.

Salah satunya budaya pesisir yang sangat terkenal yakni Budaya Tabuik yang diperingati setiap 1 Muharam dan menjadi daya tarik pariwisata setiap tahun dan menyedot wisatawan terbanyak hingga 250.000 orang yang datang , baik domestik maupun internasional di Sumatera Barat.

Badoncek dan Tabuik ini sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peluang pembangunan Kota Pariaman di sektor pariwisata berbasis sejarah budaya juga masih sangat besar, karena merupakan pintu gerbang masuknya Islam di Sumatera Barat dan juga memiliki cagar budaya tidak bergerak berupa Stasiun Kereta Api dibangun sejak 1901 dan masih beroperasi sampai sekarang.

Dalam diskusi, Nanang Asfarinal, Direktur Jaringan Kota Pusaka Indonesia menyampaikan bahwa Pariaman sangat layak menjadi kota pusaka dan bisa memetakan kembali kawasan lama yang bisa menjadi cagar budaya seperti stasiun, pasar, dan situs pelabuhan.

Kereta Pariaman Express dengan rute Padang-Pariaman hingga kini beroperasi 8 kali dan bisa menjadi primadona bagi pariwisata dan pembangunan. (*rls)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved