Pasar Ternak Muara Panas

Panduan Perjalanan Menuju Pasar Ternak Muara Panas Solok, Tempat Jual Beli Sapi Terbesar di Sumbar

Bagi yang ingin mengetahui bagaimana proses jual beli ternak di Kabupaten Solok, Sumatera Barat dapat mengunjungi Pasar Ternak Muara Panas.

|
Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Nandito Putra
Sejumlah pengunjung pasar ternak tengah melihat-lihat sapi di pasar ternak Muara Panas, Kabupaten Solok, Senin (19/6/2023). 

TRIBUNPADANG.COM - Bagi yang ingin mengetahui bagaimana proses jual beli sapi dapat mengunjungi Pasar Ternak Muara Panas di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Pasar Ternak Muara Panas buka setiap Senin dari pagi hingga pukul enam sore.

Perjalanan menuju Pasar Ternak Muara Panas, jika menggunakan sepeda motor dari Kota Solok memerlukan waktu sekitar 20 menit.

Perjalanan melewati jalan lintas Padang-Solok, tepatnya di depan kantor Wali Nagari Koto Baru, akan menemukan simpang empat dengan plang petunjuk jalan yang mengarah ke Muara Panas.

Setelah melewati simpang tersebut, lanjutkan perjalanan lurus sekitar satu kilometer hingga menemui simpang tiga yang membentuk huruf Y.

Pada simpang ini, ambil belok kanan untuk melanjutkan perjalanan.

Teruslah melaju lurus dari simpang tersebut sampai menemui simpang tiga lainnya yang terdapat tugu pembebasan PRRI di tengahnya.

Di depan tugu tersebut, terdapat kantor Wali Nagari Muara Panas yang menandakan telah berada di dekat pasar.

Dari simpang tugu tersebut, ambil belok kanan dan ikuti jalan tersebut hingga sampai di Pasar Ternak Muara Panas.

Baca juga: Sepekan Jelang Idul Adha, Jual Beli Sapi di Pasar Ternak Muara Panas Solok Mulai Meningkat

Pasar Ternak Muara Panas menempati lahan seluas setengah lapangan sepak bola. Sapi-sapi yang siap dijual terpaut pada sebuah pipa besi yang menempel ke bak dari beton yang berfungsi sebagai wadah rumput.

Beberapa wadah rumput tersebut dibangun memanjang di tengah lapangan terbuka dengan jarak masing-masing lebih kurang tiga meter.

Sapi yang diikat ke bak penampung rumput itu diposisikan saling berhadapan di kedua sisinya. Bak-bak rumput itu dipisahkan oleh ruas jalan tempat calon pembeli dan pemilik sapi berinteraksi dan lalu-lalang.

Berjalan di antara bak beton itu serupa melewati lorong dengan buntut sapi di kedua kanan kiri jalan beton.

Jalan di antara bak rumput itu dibikin lebih tinggi dari lantai tempat sapi ditautkan. Ia juga dipisahkan oleh selokan pembuangan kotoran dan air kencing sapi.

Baca juga: Mengunjungi Hiruk Pikuk Pasar Ternak Muara Panas Solok, Pasar yang Sudah Eksis Sejak Era Kolonial

John Chandra (65) adalah petugas administrasi pasar ternak. Ia bekerja mengumpulkan retribusi dari pedagang yang ingin menjual hewan ternak di sini.

John berkantor tepat di pintu masuk pasar ternak. Bangunan lusuh dengan daun pintu yang telah lepas itu menyerupai loket penjualan karcis bus.

Di depan meja kerjanya, terdapat kaca dengan lubang kecil tempat menyodorkan kartu retribusi. Satu ekor sapi yang masuk ke pasar dikenai biaya retribusi Rp12 ribu.

Jhon bilang penjual sapi di pasar ternak Muara Panas datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat, seperti Sijunjung, Padang Panjang, Painan, dan Pariaman.

Rata-rata tiap pedagang membawa 6 hingga 10 ekor sapi setiap pekannya.

Baca juga: Tips Memilih Hewan Kurban yang Baik Langsung dari Penjual Ternak Senior di Muara Panas Solok

Ternak-ternak yang dibawa dari berbagai daerah itu mulai masuk pasar sebelum subuh. Beberapa pedagang juga ada yang tiba saat tengah malam, atau sehari sebelum pasar beroperasi.

“Kalau pedagang dari Solok, itu bisa 10 ekor sapi yang mereka bawa ke sini,” ujar Jhon.

Ia mengatakan pasar ternak Muara Panas termasuk yang terbesar di Sumatera Barat. Pasar ini bisa menampung 1.000 hingga 1.200 ekor sapi. 

Menjelang hari raya kurban adalah momen tersibuk. Pasar ternak akan ramai pengunjung. Namun jumlah pengunjung kalah banyak dengan sapi-sapi yang siap dijual.

Jhon mengatakan sejak pekan lalu jumlah sapi yang ada di pasar ternak Muara Panas tembus 1.000 ekor. “Hari biasa hanya sekitar 500-an ekor,” katanya.

Sosok Rustam, salah seorang penjual sapi di pasar ternak Muara Panas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (19/6/2023).
Sosok Rustam, salah seorang penjual sapi di pasar ternak Muara Panas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Senin (19/6/2023). (TribunPadang.com/Nandito Putra)

Rustam (69) adalah salah seorang pedagang sapi asal Nagari Bukik Sileh yang berada di kaki Gunung Talang. Kali ini ia membawa 10 ekor sapi simental yang siap diperjualbelikan.

“Alhamdulillah sejak tadi pagi sudah laku satu ekor. Sapi simental untuk kurban. Laku 26 juta,” katanya.

Proses tawar menawar harga di pasar ternak memakai sistem marosok. Marosok adalah cara tradisional untuk mengetahui berapa harga sapi yang dijual pedagang.

Pembeli dan pedagang akan saling bersalaman di bawah kain atau baju sehingga tidak diketahui orang lain. Besaran harga sapi ditentukan berdasarkan bahasa isyarat dari jumlah jari yang digenggam.

Rustam mengatakan harga sapi ditentukan berdasarkan pakem yang sudah disepakati. Ia menjelaskan masing-masing jari punya nilai tersendiri.

“Marosok ini bertujuan agar penjual yang lain tidak tahu berapa harga sapi kita, sehingga nantinya tidak terjadi persaingan harga. Kalau tidak, bisa terjadi perang harga dan antar pedagang bisa berselisih,” kata Rustam.

Selain mangkal di Pasar Muara Panas, Rustam juga rutin menjual sapi di Pasar Palangki, Kabupaten Sijunjung. Di Palangki, pasar ternak buka setiap Sabtu.

“Rata-rata yang di sini juga berjualan di Palangki. Jadi antar sesama pedagang sapi ini sudah akrab dan saling mengetahui,” katanya lagi.

Calon pembeli dan penjual sapi di pasar ternak Muara Panas sedang marosok atau bernegosiasi soal harga menggunakan bahasa isyarat di balik kain sarung, Senin (19/6/2023).
Calon pembeli dan penjual sapi di pasar ternak Muara Panas sedang marosok atau bernegosiasi soal harga menggunakan bahasa isyarat di balik kain sarung, Senin (19/6/2023). (TribunPadang.com/Nandito Putra)

Aktivitas jual beli di pasar ternak Muara Panas berakhir pukul enam menjelang magrib.

Setelah itu, hingga malam hari, para pedagang akan berangsur-angsur pergi meninggalkan pasar dan membawa sapi-sapi mereka ke rumah masing-masing atau pergi ke pasar ternak lainnya yang ada di Sumatera Barat.

Rafhel (29), juga menjual sapi di pasar ternak Muara Panas. Ia datang dari Painan, Pesisir Selatan dengan dua pikap yang mengangkut tujuh ekor sapi.

Karena jaraknya yang lumayan jauh, setelah ini Rafhel berencana tidak akan langsung balik ke Painan.

Ia bilang akan mendatangi pasar ternak lainnya yang buka hari Selasa, yaitu di Koto Baru, Kabupaten Tanah Datar.

Kemudian pada hari Kamis, Rafhel akan menuju pasar ternak Nagari Cubadak di Limo Kaum, juga di Tanah Datar.

“Target hari raya Idul Adha ini ingin menjual 7 ekor sapi. Sampai hari ini baru dua ekor yang laku,” katanya.

Rafhel mengatakan kalau stok sapi yang dibawanya habis, ia akan segera membeli sapi dari pedagang lain, dan akan menjualnya kembali.

Hari pasar tidak hanya dirayakan oleh pedagang sapi, tetapi juga oleh pemilik warung kopi yang menyediakan sarapan pagi hingga nasi.

Sejak subuh, kata Rusmi, para pedagang ataupun calon pembeli sudah mulai menyesaki warung miliknya.

Warung Rusmi berada di pinggir pasar, hanya beberapa langkah dari tempat sapi diikat. Rusmi menyediakan kopi, ketupat gulai, teh telur dan rokok.

Meski sesekali tercium bau tahi sapi dari warung Rusmi, toh para pengunjung tetap menikmati kopi dan gorengan yang tersedia di atas meja. Lama-lama duduk di warung itu, akhirnya hidung terbiasa juga.

(TribunPadang.com/Nandito Putra)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved