Persekusi Perempuan di Pessel

Pelita Padang Kritik Tindak Persekusi 2 Perempuan di Pessel: Agama Tak Mengajarkan Kekerasan

Organisasi keberagaman Pelita Padang ikut mengkritik keras persekusi kepada dua perempuan yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan

|
Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Rahmadi
Dok. Pribadi
Sosok Silmi Novita Nurman, Wakil Ketua Pelita Padang sekaligus Dosen UIN Imam Bonjol. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Organisasi keberagaman Pelita Padang ikut mengkritik keras persekusi kepada dua perempuan yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).

Persekusi yang dilakukan kepada dua perempuan di Pesisir Selatan itu, ternyata juga menambah rentetan kasus kekerasan seksual di Sumbar.

"Sekelompok laki-laki persekusi dan lakukan kekerasan seksual kepada dua perempuan pengunjung kafe di Pesisir Selatan, korban diintimidasi, ditendang, diseret dan bahkan diceburkan ke laut," kata Silmi Novita Nurman, Wakil Ketua Pelita Padang, Sabtu (15/4/2023).

Tindakan tidak manusiawi itu, kata Silmi, membuat rentetan kasus kekerasan terhadap perempuan yang beririsan dengan moralitas keagamaan semakin bertambah di Sumbar.

"Bahkan pelaku ini beramai-ramai menelanjangi korban dan memegang payudaranya. Aksi bejat ini pun direkam pelaku dan disebarnya," ungkap Dosen UIN Imam Bonjol Padang itu.

Baca juga: Soal Kasus Persekusi 2 Warganya, Bupati Pessel Imbau Masyarakat Tak Main Hakim Sendiri

Silmi menuturkan, persekusi yang dilakukan kepada dua perempuan di Pesisir Selatan itu, sudah di luar batas kemanusiaan. Tindakan pelaku, sama sekali tidak memanusiakan manusia.

Terlebih, dari data yang Pelita Padang himpun, kata Silmi, pelaku berdalih dan mengatasnamakan agama sebagai pembenaran untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan.

"Ini adalah perilaku yang sangat tidak bisa dibenarkan. Kami menyayangkan kejadian ini, seharusnya saat Ramadan ini menjadi ajang memperbanyak amal baik dengan semangat memanusiakan manusia," jelas Silmi.

Silmi mengatakan, tindakan persekusi yang dilakukan kepada dua perempuan di Pesisir Selatan itu, menurut pandangannya, akibat pemahaman agama yang sempit dan misoginis.

Hal itu pun menjadi faktor yang menyebabkan perempuan selalu jadi korban, sementara pihak laki-laki terkesan aman dari kekerasan yang terjadi di masyarakat.

Baca juga: 2 Warga Jadi Korban Persekusi, Bupati Pessel: akan Jadi Catatan Hitam & Berpengaruh pada Masa Depan

"Mengaratnya pandangan misoginis di masyarakat, membuat banyak orang sangat mudah memusuhi dan melecehkan perempuan," tegas Silmi.

"Perempuan sering dianggap sebagai sumber aib, fitnah dan layak direndahkan. Padahal, agama sejatinya tidak mengajarkan pemahaman seperti itu," tambah Silmi.

Silmi meminta, aparat kepolisian dapat menindak tegas para pelaku sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar korban bisa mendapatkan keadilan.

"Jangan hanya berakhir dengan kata maaf lalu kasus selesai. Pemerintah juga harus memberi jaminan pemulihan korban beserta keluarganya," pungkas Silmi.

Diketahui, dua orang perempuan yang mengalami tindakan bejat dari sekelompok pria, terjadi pada Sabtu (8/4/2023) sekira pukul 23.30 malam.

Baca juga: HUT ke-75 Jatuh di Bulan Ramadhan, Pemkab Pesisir Selatan Tak Gelar Perayaan Event atau Festival

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved