Citizen Journalism

Pentas Teater Balai Bukittinggi “Biduk Berkeping” di GOR Lareh Nan Tobang, Tabek Patah, Batusangkar

Sebuah Bentuk Teater Egaliter: Pentas Teater Balai Bukittinggi “Biduk Berkeping” Karya Edi Suisno Sutradara Abdul Hanif di GOR Lareh Nan Tobang, Naga

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Ilustrasi: Sebuah Bentuk Teater Egaliter: Pentas Teater Balai Bukittinggi “Biduk Berkeping” Karya Edi Suisno Sutradara Abdul Hanif di GOR Lareh Nan Tobang, Nagari Tabek Patah, Batusangkar, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). 

Alhasil, membuat Rosmina jengkel dan marah, maka terjadilah pertengkaran hebat antara Yeti dan orang tuanya. Akhirnya dari pertengkaran tersebut, terbukalah kebobrokan Armen, kebobrokan tersebut memang diluar dugaan Rosmina dan Yusma sebagai istri Armen.

Sebenarnya semua kebobrokan itu sudah lama diketahui Anton anak bungsu Rosmina. Anton tidak mau membicarakan keboborokan Armen, hal itu disebabkan segala permintaannya kepada Armen selalu terpenuhi.

Satu di antaranya untuk membayarkan kredit motor dan berbagai macam peralatan elektronik yang mewah. Rosmina dan Yusma sangat kaget, karena sama sekali tidak menyangka, jika selama ini bahwa Armen yang terlihat baik, ternyata lebih bejat dan tidak bermoral, dia selama ini di tengah-tengah malam dengan leluasa memasuki kamar Yeti. Iya meminta imbalan untuk tidur seranjang atas kebaikannya yang selama ini telah banyak membantu Yeti.

Pentas drama realis yang sesak dengan konflik produksi komunitas Teater Balai Bukittinggi seperti ini, ditangan sutradara Abdul Hanif menjadi renyah dipresentasikan di depan publik penonton seputar Batusangkar.

Terbukti dengan hadirnya masyarakat penonton yang tidak kurang dari dua ratus orang memenuhi aula GOR (Gedung Olah Raga) Lareh Nan Tobang, Nagari Tabek Patah, Batusangkar Kabupaten Agam-Sumatera Barat.

Mereka turut menyaksikan pementasan, suasana tragedi komedi yang dibangun oleh sutradara, cukup memberikan hiburan edukatif dan bisa dipahami oleh seluruh penonton yang hadir.

Terlepas dari tidak dipungutnya tiket masuk untuk menikmati pementasan, namun secara pluktuasi jumlah publik penonton, kawasan Batusangkar ternyata memiliki masyarakat apresiatif terhadap pertunjukan drama modern.

Hal ini menjadi menarik untuk pengembangan produksi pementasan teater ke depan di Batusangkar Sumatera Barat. Produksi pentas drama “Biduk Berkeping” kali ini, Teater Balai Bukittinggi menampilkan beberapa aktor-aktor pilihan yang diantaranya; Syafira salsabila (bela) sebagai Rosmina, Casandra Dwiloved (decak) sebagai Yeti, Sulastri Wulandari (wulan) sebagai Yusma, Alfian Ramadan (puro) sebagai Armen, Ahmad Ridwan fajri (iwan) sebagai Agus, Raffi Razak (Rafi) sebagai Anton, dan Aulia Nadila (aul) sebagai sella. Pada pentas drama “Biduk Berkeping” ini penataan artistik ditangani oleh Ahmad ridwan Fajri serta penataan musik ditangani oleh Chepri Zulda.

Ditangan sutradara Abdul Hanif, pria kelahiran Bukittinggi, naskah drama “Biduk Berkeping” Karya Edi Suisno menjadi sajian pertunjukan yang cukup komunikatif dengan penonton. Respons penonton yang selalu semarak dari moment ke moment adegan, bisa dipahami karena penonton menikmati atmosphere pertunjukan dengan pengalaman batinnya.

Teater egaliter, yakni bentuk pertunjukan yang bisa menyatu dengan bagian pengalaman, kebiasaan, budaya dan perasaan penonton, sehingga bentuk pertunjukan terasa lebih akrab dengan masyarakat penontonnya. Hal tersebut telah dimiliki oleh produksi Teater Balai Bukittinggi di bawah pimpinan dan sutradara seorang Abdul Hanif.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved