Serak Gulo 2025

Serak Gulo 2025, Tradisi Warisan India Muslim yang Hidup di Padang Sejak 450 Tahun Lalu

Sejak pagi, Jumat (14/11/2025), rumah Faradillah Yunus (47) dan kakaknya, Nurjahan Yunus (56), di kawasan Pasar Gadang

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TRADISI SERAK GULO- Seorang warga keturunan India Faradillah Yunus (47), sedang membungkus gula pasir di Pasa Batipuah, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). Gula ini berasal dari hasil penyisihan rezeki warga yang dipercayakan padanya untuk dibagikan saat hari puncak tradisi serak gulo pekan depan.  

TRIBUNPADANG.COM - Sejak pagi, Jumat (14/11/2025), rumah Faradillah Yunus (47) dan kakaknya, Nurjahan Yunus (56), di kawasan Pasar Gadang, Padang Selatan, tampak sibuk.

Keduanya tengah mengisi dan mengikat gula pasir ke dalam kain perca warna-warni yang sudah mereka jahit sejak pekan lalu.

Aktivitas ini rutin dilakukan menjelang tradisi “Serak Gulo”, agenda budaya tahunan masyarakat keturunan India Muslim di Kota Padang.

Baca juga: Pemko Padang Siapkan 1 Ton Gula untuk Tradisi Serak Gulo 2025

Persiapan yang mereka lakukan sejak awal pekan tersebut merupakan bentuk partisipasi keluarga besar yang tersebar di berbagai daerah.

Mereka turut menyisihkan rezeki untuk dibagikan pada rangkaian Serak Gulo yang akan digelar di Masjid Muhammadan, Pasar Batipuh, Sabtu (22/11/2025).

SERAK GULO PADANG - Warga saat persiapan tradisi serak gulo di Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025).
SERAK GULO PADANG - Faradillah melakukan persiapan tradisi serak gulo di Pasa Batipuh, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Pesanan Gula dari Berbagai Daerah

Sambil menuangkan gula dari karung goni, Faradillah bercerita bahwa sebagian gula yang ia bungkus merupakan titipan keluarga keturunan India dari berbagai kota.

“Ini pesanan saudara di Padang, Solok, Tambilahan, Pekanbaru, Sungai Penuh. Biasanya yang dari Aceh, Medan, Bandung, Surabaya juga ikut,” ujar Faradillah.

Tahun ini, ia baru menerima sekitar 200 kilogram gula, lebih sedikit dari tahun sebelumnya yang mencapai 400 kilogram.

Namun ia memperkirakan jumlah tersebut akan bertambah menjelang hari pelaksanaan.

Pembungkusan dilakukan secara bertahap di sela aktivitas harian. Gula yang dibungkus menggunakan kain perca berwarna memiliki berat sekitar 1—2 ons.

“Dulu ukurannya besar, tapi banyak yang kesakitan saat menangkapnya. Jadi sekarang dibuat ringan demi kenyamanan,” jelasnya.

Baca juga: Tradisi Serak Gulo, Penawar Rindu Keturunan India di Kota Padang 

Tradisi yang Dirawat Lintas Etnis

Selain warga keturunan India, tradisi Serak Gulo kini turut didukung masyarakat Minangkabau dan Tionghoa.

Sumbangan gula bahkan datang dari anak-anak sekolah yang ingin ikut berbagi.

“Biasanya mereka menyisihkan uang jajan, dapat seperempat kilo gula. Anak-anak itu saya minta bungkus sendiri, biar ada regenerasi,” kata Faradillah.

Total gula yang akan dibagikan pada puncak acara bisa mencapai beberapa ton. Proses pengemasan biasanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi perempuan juga dapat melakukannya selama dalam keadaan suci.

Baca juga: Tradisi Serak Gulo Kota Padang Resmi Diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional

Tradisi Berusia Ratusan Tahun

Serak Gulo telah berlangsung sejak lebih dari 450 tahun lalu. Tradisi ini berasal dari Nagore, Naggapattinam, Tamil Nadu, India Selatan, sebagai bentuk ajaran Syekh Shanul Hamid, seorang ulama sufi yang dikenal sering berbagi makanan manis.

Di Padang, tradisi ini dirawat oleh komunitas keturunan India di sekitar Masjid Muhammadan, masjid tertua di Kota Padang.

Bagi Faradillah, tradisi ini tidak hanya ritual budaya, tetapi juga bagian dari kenangan masa kecilnya.

“Dulu sandal putus, kaki terjepit, sampai kena lemparan gula. Tapi semua itu justru membuat tradisi ini berarti,” ujarnya.

Serak Gulo digelar 40 hari setelah peringatan Maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani atau menuju 1 Jumadil Akhir.

Baca juga: Ratusan Warga Meriahkan Tradisi Serak Gulo di Padang, Kedepan Diusulkan jadi Even Lebih Besar

Silaturahmi yang Menyatukan Keluarga

Setiap tahun, setelah Maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Faradillah menghubungi kerabatnya di Sumbar, Riau, Jambi, Aceh hingga Surabaya untuk mengingatkan bahwa tradisi Serak Gulo akan digelar.

“Nanti ada yang pesan satu kilo sampai satu karung. Kalau sudah selesai dibungkus, saya kabari mereka,” ujarnya.

Momen ini juga menjadi ajang pulang kampung bagi banyak keluarga.

Menyambut kerabat, Faradillah menyiapkan rumah dan membuat kue khas seperti menjelang Idul Fitri.

Setelah acara puncak, keluarga berkumpul menikmati air asam dan emping sambil melepas rindu.

“Tradisi ini penawar rindu kami. Sekaligus menyambut Ramadan yang tinggal beberapa bulan,” ucapnya.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Tetapkan 21 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Sumbar, Ada Tradisi Serak Gulo

Dukungan Pemerintah Kota Padang

Pemerintah Kota Padang tahun ini menyiapkan satu ton gula untuk mendukung pelaksanaan Serak Gulo sebagai agenda pariwisata daerah.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Yudi Indra Sani, mengatakan bahwa tradisi tersebut menjadi daya tarik yang memperkuat keberagaman dan ekonomi masyarakat.

“Kami siapkan satu ton gula dan bazar kuliner multi etnis selama dua hari. UMKM juga terlibat untuk mendukung kegiatan ini,” ujarnya.

Pihaknya menargetkan ribuan wisatawan hadir dalam gelaran Serak Gulo yang kini telah menjadi daya tarik budaya unggulan di Kota Padang.

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved