Serak Gulo 2025

Persiapan Warga Keturunan India Jelang Tradisi 'Serak Gulo' yang Melibatkan Etnis Lainnya

Faradillah baru menerima permintaan saudaranya sekitar 200 kilo gula, berbeda dari tahun sebelumnya yang bisa mencapai 400 kilo.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Panji Rahmat
TRADISI SERAK GULO- Seorang warga keturunan india Faradillah Yunus (47), sedang membungkus gula pasir di Pasa Batipuah, Pasa Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, Jumat (14/11/2025). Gula ini berasal dari hasil penyisihan rezeki warga yang dipercayakan padanya untuk dibagikan saat hari puncak tradisi serak gulo pekan depan.  

Ringkasan Berita:
  • Warga membungkus gula pasir dengan menggunakan kain perca warna-warni dalam persiapan tradisi "Serak Gulo" pada Sabtu (22/11/2025).
  • Tradisi itu digelar di Masjid Muhammadan Pasar Batipuh, Kelurahan Pasar Gadang, Padang Selatan, Kota Padang.
  • Meski sudah sisa sepekan jelang kegiatan puncak Serak Gulo, Faradillah baru menerima permintaan saudaranya sekitar 200 kilo gula, berbeda dari tahun sebelumnya yang bisa mencapai 400 kilo.

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Sejak pagi Fardillah Yunus (47) dan kakaknya Nurjahan Yunus (56) sudah sibuk mengisi dan mengikat gula pasir dalam kain perca warna-warni yang sudah mereka jahit sejak pekan lalu, Jumat, (14/11/2025).

Kegiatan ini sudah mereka lakukan sejak awal pekan ini, setelah mengumpulkan niatan para keluarga yang menyisihkan sedikit rezekinya untuk terlibat dalam tradisi "Serak Gulo" (berbagi gula pasir) pekan depan.

Tradisi Serak Gulo merupakan tradisi keluarga muslim dari etnis India yang ada di Kota Padang, Sumatera Barat.

Kegiatan itu bakal digelar di Masjid Muhammadan Pasar Batipuh, Kelurahan Pasar Gadang, Padang Selatan, Kota Padang, pada Sabtu (22/11/2025.

Baca juga: Tradisi Serak Gulo Kota Padang Resmi Diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional

Sembari menuangkan gula dari karung goni yang sisa seperempat bagian, Faradillah menerangkan bahwa gula yang sedang ia bungkus, merupakan pesanan dari keluarganya, keturunan India yang sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia.

“Kalau ini titipan dari saudara yang ada di Kota Padang, Solok, Tambilahan, Pekanbaru, Sungai Penuh. Ini jumlahnya masih sedikit, biasanya saudara dari Aceh, Medan Bandung, Surabaya dan lainnya juga ikut," ujar Faradillah, kepada TribunPadang.com, sambil membungkus gula.

Namun, titipan gula pasir dari saudara lainnya tersebut belum ada konfirmasi lanjunya. "Makanya yang ada dulu saya bungkus,” ujarnya.

Proses pembungkusan ini ia lakukan setiap hari saat sedang senggang, sambil menjalani rutinitas sehari-hari.

Baca juga: Kemendikbud Ristek Tetapkan 21 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Sumbar, Ada Tradisi Serak Gulo

Pembungkusan ini berlangsung dengan memasukkan gula ke dalam kain perca warna-warni yang sudah disiapkannya dengan ukuran yang tidak merata.

“Beratnya sekitar 1 ons sampai 2 ons saja. Soalnya dulu besar-besar tapi malah bikin sakit masyarakat yang terkena, karena tidak siap menangkap. Makanya disesuaikan untuk kenyamanan dan keamanan juga,” tuturnya.

Meski sudah sisa sepekan jelang kegiatan puncak Serak Gulo, Faradillah baru menerima permintaan saudaranya sekitar 200 kilo gula, berbeda dari tahun sebelumnya yang bisa mencapai 400 kilo.

Ia menaksir, jumlah yang ada saat ini biasanya akan bertambah menjelang hari pelaksanaan tradisi Serak Gulo, tapi melihat rentang waktu yang ada ia memperkirakan tambahannya hanya 200 kilo lagi, total 400 kilo nantinya gula yang akan keluar dari rumahnya saat hari puncak.

Baca juga: Kembangkan Kota Tua Padang, Wawako Maigus Benchmarking ke Kota Lama Semarang Jawa Tengah

Selain keluarga keturunan India, sumbangan gula untuk tradisi ini sejatinya beberapa tahun terakhir sudah ikuti oleh masyarakat etnis lain, seperti Minangkabau dan Tionghoa yang sudah bertahun-tahun berbaur dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kawasan Padang Selatan.

Bahkan sumbangan gula ini tidak hanya muncul dari orang tua, remaja bahkan anak-anak juga ikut menyisihkan rezeki mereka untuk tradisi ini, meski jumlahnya tidak besar.

“Kadang ada juga anak sekolah singgah, bilang kalau mau ikut serta dengan niatan lebih dimudahkan mendapat ilmu. Mereka bisanya menyisihkan uang belanja hariannya, besarannya seperempat kilo gula. Kalau anak-anak itu saya suruh aja bungkus sendiri, sekalian proses regenerasi juga,” ujarnya.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved