Serak Gulo 2025
Serak Gulo 2025, Tradisi Warisan India Muslim yang Hidup di Padang Sejak 450 Tahun Lalu
Sejak pagi, Jumat (14/11/2025), rumah Faradillah Yunus (47) dan kakaknya, Nurjahan Yunus (56), di kawasan Pasar Gadang
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
“Biasanya mereka menyisihkan uang jajan, dapat seperempat kilo gula. Anak-anak itu saya minta bungkus sendiri, biar ada regenerasi,” kata Faradillah.
Total gula yang akan dibagikan pada puncak acara bisa mencapai beberapa ton. Proses pengemasan biasanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi perempuan juga dapat melakukannya selama dalam keadaan suci.
Baca juga: Tradisi Serak Gulo Kota Padang Resmi Diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional
Tradisi Berusia Ratusan Tahun
Serak Gulo telah berlangsung sejak lebih dari 450 tahun lalu. Tradisi ini berasal dari Nagore, Naggapattinam, Tamil Nadu, India Selatan, sebagai bentuk ajaran Syekh Shanul Hamid, seorang ulama sufi yang dikenal sering berbagi makanan manis.
Di Padang, tradisi ini dirawat oleh komunitas keturunan India di sekitar Masjid Muhammadan, masjid tertua di Kota Padang.
Bagi Faradillah, tradisi ini tidak hanya ritual budaya, tetapi juga bagian dari kenangan masa kecilnya.
“Dulu sandal putus, kaki terjepit, sampai kena lemparan gula. Tapi semua itu justru membuat tradisi ini berarti,” ujarnya.
Serak Gulo digelar 40 hari setelah peringatan Maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani atau menuju 1 Jumadil Akhir.
Baca juga: Ratusan Warga Meriahkan Tradisi Serak Gulo di Padang, Kedepan Diusulkan jadi Even Lebih Besar
Silaturahmi yang Menyatukan Keluarga
Setiap tahun, setelah Maulid Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Faradillah menghubungi kerabatnya di Sumbar, Riau, Jambi, Aceh hingga Surabaya untuk mengingatkan bahwa tradisi Serak Gulo akan digelar.
“Nanti ada yang pesan satu kilo sampai satu karung. Kalau sudah selesai dibungkus, saya kabari mereka,” ujarnya.
Momen ini juga menjadi ajang pulang kampung bagi banyak keluarga.
Menyambut kerabat, Faradillah menyiapkan rumah dan membuat kue khas seperti menjelang Idul Fitri.
Setelah acara puncak, keluarga berkumpul menikmati air asam dan emping sambil melepas rindu.
“Tradisi ini penawar rindu kami. Sekaligus menyambut Ramadan yang tinggal beberapa bulan,” ucapnya.
Baca juga: Kemendikbud Ristek Tetapkan 21 Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Sumbar, Ada Tradisi Serak Gulo
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Tradisi-serak-gulo-14112025.jpg)