Keracunan MBG di Agam

Bupati Agam Akui 7 Dapur MBG Tak Layak Beroperasi, Putuskan Tutup Sementara Usai 110 Orang Keracunan

Pemerintah Kabupaten Agam mengakui tujuh dari sembilan dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman
KERACUNAN MBG AGAM: Bupati Agam, Benni Warlis saat diwawancarai, Kamis (2/10/2025). Pemerintah Kabupaten Agam mengakui tujuh dari sembilan dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak memiliki izin lengkap. 

TRIBUNPADANG.COM, AGAM – Pemerintah Kabupaten Agam mengakui tujuh dari sembilan dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak memiliki izin lengkap.

Namun, langkah penghentian distribusi makanan baru diputuskan setelah kasus keracunan MBG di Agam menelan 110 korban.

Bupati Agam, Benni Warlis, menegaskan dapur Sentra Penyedia Pangan Gizi (SPPG) yang menjadi sumber kejadian keracunan belum memenuhi izin dan standar kelayakan yang seharusnya dipatuhi.

“SPPG tersebut yang menyebabkan keracunan kemarin belum memiliki izin lengkap dan standar kesehatan yang memadai. Dokumen Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) juga belum, bahkan standar sanitasi dapurnya tidak terpenuhi. Ini jelas membahayakan,” kata Benni, Kamis (2/10/2025).

Menurutnya, lemahnya kelayakan operasional di dapur MBG tersebut menyebabkan kualitas makanan tidak terkontrol.

Baca juga: Kasus Keracunan MBG di Agam, Bupati Ungkap Dapur SPPG Tidak Layak dan Perizinan Belum Lengkap

“Kalau ini dibiarkan, akan muncul kasus serupa. Karena itu, kami hentikan sementara operasional dapur tersebut hingga persyaratan dipenuhi,” tegasnya.

Bupati mengungkapkan, saat ini terdapat sembilan SPPG di Kabupaten Agam, namun hanya dua di antaranya yang memiliki izin lengkap.

“Artinya, masih ada tujuh dapur yang belum memenuhi standar, terutama izin SLHS dan kelayakan sanitasi. Harusnya tidak boleh beroperasi sebelum lengkap. Karena itu kami minta agar yang tujuh ini ditutup sementara hingga syarat-syaratnya terpenuhi,” jelasnya.

Benni menyebut, berdasarkan laporan terakhir dari Kementerian Kesehatan, jumlah warga yang terdampak mencapai 110 orang, mayoritas berasal dari TK, SD, dan PAUD yang menerima distribusi makanan dari SPPG tersebut.

“Ya, barusan saya terima data dari Kemenkes, jumlahnya 110 orang. Rata-rata yang terdampak itu anak-anak sekolah dasar, TK, dan PAUD. Ada yang masih dirawat, tapi sebagian besar sudah dipulangkan. Kondisi mereka relatif membaik,” ujarnya.

Baca juga: Jadwal Acara GTV Jumat 3 Oktober 2025, Saksikan Film, Kartun, hingga Program Hiburan Menarik

Karena kasus ini dinilai serius, Pemkab Agam menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus keracunan MBG.

“Status KLB sudah kita berlakukan, supaya langkah penanganan lebih cepat, baik dari sisi pembiayaan maupun koordinasi lintas instansi,” tambahnya.

Terkait operasional, Pemkab Agam menegaskan bahwa distribusi makanan MBG dari sembilan SPPG yang ada untuk sementara dihentikan.

“Hari ini sudah saya laporkan semua, dan saya minta agar distribusi makanan dihentikan dulu. Ini menyangkut keselamatan anak-anak kita. Tidak boleh ada kompromi,” kata Benni.

Meski demikian, ia menegaskan Pemkab tidak menutup permanen, melainkan memberi kesempatan bagi SPPG untuk melengkapi izin dan memperbaiki standar.

Baca juga: Jadwal Acara GTV Jumat 3 Oktober 2025, Saksikan Film, Kartun, hingga Program Hiburan Menarik

“Kalau izin sudah lengkap, baru boleh beroperasi lagi. Kami juga siap jemput bola, membantu proses administrasi supaya cepat selesai. Tujuannya agar program MBG tetap berjalan, tapi dengan dapur yang aman dan legal,” jelasnya.

Benni juga mengungkapkan Pemkab Agam akan menyurati pihak terkait, termasuk Balai Besar POM, untuk memastikan pengawasan lebih ketat terhadap dapur MBG.

“Hari ini pernyataan saya sebenarnya sudah lebih daripada surat. Tapi tentu secara legal akan kita tindaklanjuti dengan surat resmi, agar semua jelas dan tertib,” katanya.

Korban Ungkap Kejanggalan

Keracunan massal diduga akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Agam, Sumatera Barat kembali memakan korban.

Seorang siswi penerima program mengungkapkan kejanggalan pada menu nasi goreng yang ia santap.

Siswa tersebut bernama Hanifa, ia merupakan penerima program MBG sejak awal September 2025.

Selama menikmati program siswa kelas 1 SMP tersebut sudah merasakan banyak hal aneh dari makanan yang disajikan.

Ia mengaku sempat mendapatkan ayam yang masih berdarah, nasi asin dan bahkan beberapa lauk yang sudah mengeluarkan bau tidak enak.

Baca juga: Media Inggris Sebut Nasib Ruben Amorim di Man United Terjawab Setelah 1 November 2025 Mendatang

“Kadang saya makan, atau saya sisihkan. Mubazir rasanya kalau tidak di makan. Meski tidak ada paksaan,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).

Meski sudah menunjukkan tanda-tanda hal yang ditakutkan hanifa terjadi juga pada Rabu (1/10/2025).

Ia menyantap menu nasi goreng dengan telur dadar hari itu, saat akan memakannya, hanifa sudah curiga dengan warna telur dadar yang sudah menghitam.

“Warna telurnya agak menghitam, tapi saya yakin itu bukan gosong,” ujarnya.

Kendati demikian, karena tidak ada rasa yang aneh ia tetap melahapnya hingga habis.

Alhasil pada malam hingga pagi ini (Kamis) hanifa mengalami muntah pusing dan demam, hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Baca juga: Chord Lagu Minang Sakapa Cinto - Vicky Koga & Putri Jelia: Disaksikan Langik Biru Kapa Cinto Balayia

Korban Masih Jalani Perawatan

Sebanyak 24 korban keracunan MBG masih menjalani perawatan di RSUD Lubuk Basung hingga Kamis (2/10/2025).

Para pasien sebelumnya mengalami gejala setelah menyantap nasi goreng dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam.

Direktur RSUD Lubuk Basung, dr. Riko Krisman, menyebutkan rumah sakit sempat menangani 27 pasien. Namun, tiga di antaranya sudah dipulangkan karena kondisi sudah stabil.

"Hingga Kamis (2/10/2025), kami masih merawat 24 pasien di RSUD Lubuk Basung. Sebelumnya, kami sempat merawat total 27 korban, namun tiga di antaranya sudah kami izinkan pulang karena kondisi mereka sudah membaik," ujar dr. Riko Krisman.

Pasien yang dirawat, menurut Riko, adalah bagian dari total 86 kasus yang mengalami gejala keracunan di Nagari Manggopoh dan Kampung Tangah, mencakup pelajar, guru, dan anggota keluarga siswa.

Baca juga: Pria di Sarilamak Lima Puluh Kota Diringkus Polisi Gegara Simpan Dua Paket Ganja dalam Kotak Rokok

"Keluhan utama yang dialami para korban umumnya adalah pusing dan mual setelah mengonsumsi nasi goreng yang merupakan bagian dari program MBG," jelasnya.

Saat ini, seluruh pasien yang tersisa di RSUD Lubuk Basung masih menjalani perawatan intensif.

Meskipun demikian, Riko menegaskan bahwa kondisi klinis para pasien secara umum telah menunjukkan perbaikan signifikan.

"Kami berupaya keras memberikan penanganan medis terbaik agar pasien-pasien ini segera pulih sepenuhnya. Kami berharap dalam waktu dekat, mereka semua bisa kembali sehat dan berkumpul lagi bersama keluarga," tutup Riko.

Selain di RSUD Lubuk Basung, korban keracunan juga tersebar di fasilitas kesehatan lain, di RSIA Rizki Bunda dan Satu orang Puskesmas Manggopoh.

Untuk sementara, operasional Dapur SPPG telah dihentikan sambil menunggu hasil koordinasi dan rapat dengan Badan Gizi Nasional (BGN) yang dijadwalkan berlangsung di Padang. 

Baca juga: Keracunan Masal MBG di Agam Usai Santap Nasi Goreng, Siswa Muntah Pusing hingga Sesak Napas

Nasi Goreng Pembawa Petaka

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru berjalan sebulan dan disambut dengan antusiasme tinggi oleh para siswa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kini menjadi sumber petaka.

Hingga Kamis (2/10/2025) pagi, total 63 siswa dan guru telah menjadi korban keracunan, menjalani perawatan di Puskesmas Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung, Agam.

"Karena nasi goreng, siswa antusias memakannya, tapi ternyata kejadiannya seperti ini," tutur Kepala Sekolah MTs Muhammadiyah Manggopoh, Yuli Sakban, dengan nada kecewa.

Antusiasme siswa bukan tanpa alasan, Program MBG yang baru dimulai 1 September 2025 itu membawa harapan akan asupan makanan yang menyenangkan dan bergizi. 

Baca juga: Pengakuan Orang Tua Korban Keracunan MBG di Agam, Sepulang Sekolah Anak Langsung Muntah 

Menu di hari nahas itu, Rabu (1/10/2025), adalah nasi goreng yang disajikan bersama telur dadar dan jeruk. 

Makanan yang digemari anak-anak ini membuat 85 siswa di MTs Muhammadiyah Manggopoh melahapnya tanpa curiga, sebagaimana juga yang terjadi di SDN 09 Balai Satu dan SMPN 2 Manggopoh.

Selama sebulan penuh, menurut Yuli, tidak ada keluhan sama sekali. 

Siswa bahkan tampak bersemangat. Namun, suasana ceria itu runtuh hanya dalam semalam.

Baca juga: Update MotoGP Indonesia 2025: Marquez Mendekati Rekor Rossi Tuntaskan Mandalika setelah Motegi

KERACUNAN MBG- Korban keracunan diduga akibat mengkonsumsi program Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus berdatangan ke Puskesmas Manggopoh, Agam, Sumbar, Kamis (2/10/2025). Korban ini terus berdatangan sejak pukul 08.00 WIB. Mereka yang dibawa terdiri dari siswa SD dan SMP.
KERACUNAN MBG- Korban keracunan diduga akibat mengkonsumsi program Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus berdatangan ke Puskesmas Manggopoh, Agam, Sumbar, Kamis (2/10/2025). Korban ini terus berdatangan sejak pukul 08.00 WIB. Mereka yang dibawa terdiri dari siswa SD dan SMP. (TribunPadang.com/RahmatPanji)

Menu itu, ternyata membuat para siswa harus menjalani perawatan di Puskesmas Manggopoh sejak pukul 17.00 WIB, pada Rabu (1/10/2025).

Bahkan sejak pukul 08.00 WIB pagi hari ini (Kamis), terus berdatangan ke Puskesmas Manggopoh didampingi orang tua dan guru, mengeluhkan gejala yang sama, pusing, mual, dan demam. 

Tujuh siswa pertama yang datang di pagi hari adalah gelombang kedua korban.

Baca juga: Total Korban Keracunan Massal MBG di Agam, Sudah 63 Orang Dirawat di Puskesmas Manggopoh

Gelombang pertama, yang mencapai 56 orang, sudah dirawat sejak sore hingga dini hari. 

Total korban pun melonjak menjadi 63, empat di antaranya harus dirujuk ke RSUD Lubuk Basung karena kondisi yang lebih serius.

"Persis satu bulan sejak program diterima, ternyata berdampak pada sejumlah siswa," kata Yuli. 

Ia harus bergegas membawa tiga siswanya ke puskesmas, sementara satu siswa lain dibawa pulang oleh orang tuanya. 

Gejala yang dialami siswa sangat mengkhawatirkan, muntah, pusing, demam, hingga sesak napas.

Akibat insiden ini, program MBG dari dapur yang sama telah dihentikan sementara waktu.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved