Kabupaten Agam
Sungai di Batu Taba Agam Alami Pendangkalan, Warga Cemas Ancaman Galodo dan Minta Pengerukan
Tokoh masyarakat Jorong Cangkiang, Rizal Sutan Mangkuto (37), mengungkapkan kondisi sungai kian parah akibat tertimbun material lahar dingin.
Penulis: Fajar Alfaridho Herman | Editor: Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Pendangkalan sungai di Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) kembali memicu kekhawatiran warga.
Sungai yang menjadi aliran utama lahar dingin Gunung Marapi ini kini dinilai tidak mampu menampung debit air besar saat hujan lebat.
Tokoh masyarakat Jorong Cangkiang, Rizal Sutan Mangkuto (37), mengungkapkan kondisi sungai kian parah akibat tertimbun material lahar dingin.
“Di beberapa titik, tinggi tebing sungai hanya sekitar 30 cm. Ini sangat mengkhawatirkan,” ujarnya, Sabtu (26/7/2025).
Baca juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, Pesisir Selatan Dilanda Longsor, Banjir, Jalan Terban dan Pohon Tumbang
Ia menjelaskan, erosi di tebing sungai telah menggerus area persawahan yang berada di atasnya.
Akibat pendangkalan ini, warga khawatir aliran air justru meluap ke pemukiman saat hujan deras, memicu banjir bandang atau galodo.
“Sekarang sungai benar-benar tidak siap menampung air dalam jumlah besar. Kita takut bencana kembali terjadi,” tambahnya.
Sebelumnya, pengerukan sudah dilakukan pada 2024 usai bencana galodo besar.
Baca juga: Pelajar Pasaman Barat Tewas Diduga Tersengat Aliran Listrik dari Pagar Kawat di Kebun Warga
Namun, kondisi terkini memerlukan pengerukan ulang karena sedimentasi material semakin parah.
Sebagai bentuk antisipasi, Rizal mendesak pemerintah segera bertindak.
“Kami harap pengerukan dilakukan lagi. Dibanding lokasi lain, pendangkalan di sini jauh lebih parah,” tegasnya.
Kekhawatiran warga semakin memuncak setelah debit sungai mendadak meningkat pada Jumat (25/7/2025) sekitar pukul 19.30 WIB.
Baca juga: Pemkab Solok Selatan Pastikan Pekerjaan Progul Satu Kecamatan Satu Ekskavator Berjalan Baik
Warga takut bencana besar seperti 11 Mei 2024 terulang kembali, ketika sedikitnya 60 rumah terendam banjir dan puluhan hektar lahan pertanian tertimbun material.
Saat ini, sedikitnya sembilan bangunan termasuk satu pondok pesantren berada sangat dekat dengan bibir sungai.
Sementara itu perkampungan terdekat hanya berjarak 50 hingga 100 meter dan pernah terdampak parah pada galodo sebelumnya.
“Pengerukan sungai yang dangkal ini harus segera dilakukan sebelum terlambat,” pungkasnya. (TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman)
Sudah Makan Korban, Kecelakaan Sering Terjadi Dekat Jembatan Darurat Bukik Batabuah Agam |
![]() |
---|
Pembangunan Jembatan di Bukik Batabuah Belum Ada Kepastian, Ketua LPMN Segera Bertemu Gubernur |
![]() |
---|
Warga Bukik Batabuah Kecewa Jembatan Permanen Tak Kunjung Dibangun Pasca Galodo di Agam |
![]() |
---|
Dinilai Vital, Wali Nagari Bukik Batabuah Agam Minta Jembatan Darurat Segera Dibangun Permanen |
![]() |
---|
Gubernur Sumbar Belum Tuntaskan Janji? Jembatan Darurat Akibat Galodo Masih Dipakai di Agam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.