Banjir di Padang Pariaman

Derita Warga Kampuang Galapuang Padang Pariaman: Banjir Menahun, Solusi Pemerintah Tak Ada

Di bawah terik matahari siang pukul 12.00 WIB, Al Fajri berdiri di depan rumahnya yang masih dipenuhi lumpur

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Al Fajri bersama keluarganya membersihkan lumpur yang menghinggapi rumahnya pasca terendam banjir di Kampuang Galapuang, Padang Pariaman, Sabtu (5/10/2024).  

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN – Di bawah terik matahari siang pukul 12.00 WIB, Al Fajri berdiri di depan rumahnya yang masih dipenuhi lumpur. Dengan cangkul di tangan dan keringat yang mengalir di wajahnya, dia tampak lelah namun tetap bekerja tanpa henti.

Rumahnya di Kampuang Galapuang, Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) baru saja surut dari banjir yang sudah tidak asing lagi bagi keluarganya.

Al Fajri bersama keluarganya sibuk membersihkan lumpur yang menghinggapi rumahnya pasca terendam banjir setinggi 100 cm lebih, Sabtu (5/10/2024). 

Bermodal cangkul dan sekop Al Fajri bersama beberapa orang keluarganya mengeluarkan lumpur dari dalam rumah.

Terlihat adik perempuannya menggeser lumpur tanah itu dengan sekop ke bagian luar, lalu, Al Fajri membawanya ke laur perladangan.

Baca juga: BPBD Padang Pariaman Soroti Pentingnya Normalisasi Sungai usai Dua Kali Terendam Banjir pada 2024 

Al Fajri bersama keluarganya membersihkan lumpur di rumahnya pasca terendam banjir di Kampuang Galapuang, Padang Pariaman, Sabtu (5/10/2024). 
Al Fajri bersama keluarganya membersihkan lumpur di rumahnya pasca terendam banjir di Kampuang Galapuang, Padang Pariaman, Sabtu (5/10/2024).  (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Meski ari masih menggenangi perladangan rumahnya, Al Fajri sudah mengangsur pula menjemur baju dan kursi di sekitar genangan itu.

Bermandi keringat di bawah cuaca terik, Al Fajri membersihkan rumahnya dengan duka suka, berharap bisa kembali tidur dengan nyenyak di dalam rumah.

"Kemaren (Jumat) air naik ba'da maghrib, setelah hujan sejak siang. Kami sempat mengungsi ke mushola karena rumah sudah terendam," ujarnya memulai cerita, kemudian berhenti mengayunkan cangkulnya.

Sembari menumpangkan kedua tangannya di cangkul, Al Fajri menyebut ini sudah banjir ke sekian yang ia alami di tahun 2024.

Lelaki berbadan gempal itu, menyebut banjir hampir setiap bulan terjadi di kediamannya, hanya ketinggiannya saja yang berbeda-beda.

Baca juga: Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi, Ombudsman: Korban Tagih Janji-Janji Pemerintah

Warga membersihkan lumpur pasca terendam banjir di Kampuang Galapuang, Padang Pariaman, Sabtu (5/10/2024). 
Warga membersihkan lumpur pasca terendam banjir di Kampuang Galapuang, Padang Pariaman, Sabtu (5/10/2024).  (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

"Kalau yang sampai ke jalan, minimal enam kali setahun. Selebihnya hanya menggenang di jalan saja," ujarnya.

Air sampai kejalan bisa menggenang setinggi dada orang dewasa, kondisi itu terjadi jika hujan terjadi hampir merata di sekitaran Padang Pariaman.

Pernyataannya tersebut, menjelaskan bahwa pekerjaan yang ia lakukan siang ini adalah pekerjaan rutin setiap tahunnya.

Sudah menahun melakukan rutinitas serupa ini, Al Fajri menilai tidak pernah ada solusi konkrit dari pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

Ia menilai kejadian setiap tahun ini seharusnya sudah menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk mencarikan solusi. "Tapi sampai sekarang hanya pendataan dan pendataan terus yang dilakukan pemerintah saat banjir terjadi," tuturnya menghela nafas panjang.

Baca juga: Hujan Sejak Siang, Banjir Rendam Sejumlah Wilayah di Padang Pariaman

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved