Masyarakat Air Bangis Demo

Kembali Bermalam di Masjid Raya Sumbar Usai Demo, Warga Pasbar Kedinginan hingga Dilarikan ke RS

Warga Air Bangis Pasaman Barat merasai kedinginan usai menggelar aksi hingga sore jelang malam pada Selasa (1/8/2023).

Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Rahmadi
TribunPadang.com/Wahyu Bahar
Kondisi di Masjid Raya Sumatera Barat, warga Air Bangis Pasaman Barat kedinginan akibat hujan mengguyur Kota Padang, Selasa (1/8/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Warga Air Bangis Pasaman Barat kedinginan usai menggelar aksi hingga sore jelang malam pada Selasa (1/8/2023).

Mereka kini berteduh dan beristirahat di lantai dasar Masjid Raya Sumatera Barat.

Ada yang jatuh sakit hingga dilarikan ke rumah sakit, baik sore saat aksi, maupun malam saat berada di Masjid Raya Sumbar.

Saat TribunPadang.com di lokasi, seorang anak tampak digendong orang tuanya, karena jatuh sakit dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Sebagian warga terlelap di ubin masjid, sebagian lagi ada yang istirahat di keset masjid.

Baca juga: Gubernur Sumbar Pilih Hadiri Acara PKS Saat Warga Pasbar Demo Ingin Bertemu, Jaraknya Cuma 850 Meter

Salah seorang warga Air Bangis, Ibrahim (59). mengatakan, banyak diantara warga yang tak punya baju ganti lagi.

"Baju ganti tak ada lagi. Banyak yang masuk angin dan kecapean," kata Ibrahim.

Warga lainnya, Ariswan (40) harus menahan dingin saat ini, ia tak punya baju ganti. Saat ini ia mengenakan pakaian yang lembab.

Ariswan masih bersyukur ada sehelai sarung yang bisa ia pakai.

"Ga ada lagi pakaian, yang dipakai sekarang basah, saya cuma bawa dua, baju yang kemarin juga basah karena dibawa mandi, handuk tak ada," ujarnya.

Saat ditemui, ia hanya duduk di keset sembari mengasuh anaknya yang masih balita.

Baca juga: Memohon agar Mahyeldi Temui Mereka, Warga Air Bangis: Kami Ingin Bertemu Gubernur, Bukan Perwakilan

Selain butuh pakaian, Ariswan juga butuh selimut untuk malam ini, agar ia dan keluarga tak kedinginan.

"Harapan kami ke pemerintah, semoga kami dibebaskan untuk bertani dan berkebun di kampung, Gubernur harus segera menemui kami," kata dia.

Darusman (25) juga mengalami hal yang sama, ia tak punya pakaian lagi, beruntung ia dipinjami baju oleh saudaranya.

"Kami kedinginan, kemarin tidur tak ada alas, hanya dilantai, lalu sore tadi juga hujan," kata Darusman.

Ia menuturkan, anak bayinya juga kerap menangis karena masuk angin.

Tetap Beraksi di Bawah Guyuran Hujan

Di bawah guyuran hujan, ribuan warga Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat masih bertahan di depan Kantor Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (1/8/2023) sore.

Warga masih bertahan hingga sore ini karena menunggu Gubernur Sumbar Mahyeldi untuk menemui mereka.

Sebagian warga tampak mengenakan jas hujan, sementara yang lainnya tetap bertahan meski berbasah-basahan.

Hujan yang semakin deras tak membuat warga surut. Terpal plastik dibentangkan agar sebagian warga bisa berteduh.

Sore ini, perwakilan warga meminta perwakilan dari pejabat Pemprov Sumbar untuk memberikan kepastian kapan Mahyeldi menemui mereka.

"Pantang pulang sebelum menang," ucap seorang orator dari BEM Sumatera Barat yang ikut mengawal unjuk rasa warga ini.

Baca juga: Warga Air Bangis Pasbar Lanjutkan Demo Kantor Gubernur Sumbar di Tengah Guyuran Hujan Lebat

"Sebenarnya, sejak 2016 lalu kami sudah letih berurusan dengan ini, hingga puncaknya beberapa waktu lalu ada warga yang ditangkap, seorang tauke sawit yang membeli sawit dari warga setempat, sedangkan itu hasil perkebunan masyarakat, bukan buah curian," ujar salah seorang perwakilan warga, Suharto (41), Selasa (1/8/2023).

Sudah 2 Hari

Diketahui, unjuk rasa di kantor Gubernur Sumbar ini sudah berlangsung selama dua hari.

Masyarakat Air Bangis beramai-ramai berteriak agar Gubernur membebaskan lahan mereka dari skema hutan tanaman rakyat yang dinilai merugikan mereka.

"Tuntutannya kami inggin dibebaskan mencari mata pencaharian kami, tanpa diintimidasi, tidak ditakut-takuti, selesaikan konflik lahan dan bebasan rekan kami yang ditangkap," ujar Kordinator lapangan aksi damai masyarakat Air Bangis, Haris Ritonga (36), Selasa (31/7/2023).

Menurut Haris, permasalahan di negerinya sudah berlangsung lama. Ia bersama sekitar 4.000 jiwa lainnya tinggal di hutan kawasan secara turun-temurun sejak 1970-an.

Baca juga: Gusniar Tempuh 300 Km Naik Pikap dari Air Bangis untuk Temui Gubernur Sumbar, Semoga Kami Didengar

Namun tiba-tiba saja, pada tahun 2016, muncul Program Hak Tanaman Rakyat (HTR) di perkebunan mereka tersebut.

"Sejak itu, muncul masalah bertubi-tubi, puncaknya kemarin, masyarakat yang sedang panen ditangkap," kata Haris, Selasa (31/7/2023).

Haris menambahkan masyarakat sekarang takut panen sawit, sementara bertani sawit satu-satunya mata pencaharian.

"Efek dominonya banyak, ribuan jiwa terdampak, anak sekolah akan berhenti, dimana kami mau mencari makan," ujarnya.

Selain itu, masyarakat diharuskan menjual ke koperasi yang ditentukan, dengan harga yang lebih murah.

Haris juga meminta agar dua rekan mereka yang ditangkap segera dibebaskan.

Baca juga: Demo Hari ke-2 Warga Air Bangis Jalan Kaki Seusai Nginap di Masjid Raya Sumbar, Ingin Jumpa Gubernur

"Yang masih ditahan dua orang, di meja hijau ada empat orang," katanya.

Ia menambahkan, jika masyarakat yang tinggal di hutan kawasan bermasalah, harusnya diselesaikan secara baik-baik bukan malah ditangkap.

"Masyarakat ingin diberi ketenangan dalam bekerja, melanjutkan hidup, untuk generasi muda juga," katanya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved