Universitas Andalas

Unand Punya Ruang Buku Karya Dosen, Ditargetkan Jadi Referensi untuk Ilmu Pengetahuan

Jurnalis Senior dan Pegiat Literasi Firdaus Abie, memberikan apresiasi dan masukan atas kehadiran Ruang Buku Karya Dosen Unand.

Penulis: rilis biz | Editor: Emil Mahmud
Istimewa
Jurnalis Senior dan Pegiat Literasi Firdaus Abie, memberikan apresiasi dan masukan atas kehadiran Ruang Buku Karya Dosen Unand. Ruang buku tersebut diresmikan Rektor Unand Prof Yuliandri, di Perpustakaan Unand lantai III Kampus Unand Limau Manih, Padang, Jumat (19/5/2023) siang. 

ADA rasa sedih, jika ruangan sudah bagus, sejuk dan repsentatif, buku-bukunya banyak dan lengkap, namun tidak dikunjungi orang, serta bukunya tidak dibaca orang. Maka, ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolanya.

Pernyataan itu disampaikan oleh Pegiat Literasi, Firdaus Abie, saat peresmian Ruang Buku Karya Dosen Unand oleh Rektor Unand Prof Yuliandri, di Perpustakaan Unand lantai III Kampus Unand Limau Manih, Padang, Jumat (19/5/2023) siang. 

“Jika perlu, ada kebijakan khusus yang bisa “memaksa” dalam arti positif, agar mahasiswa membaca dan menjadikan buku karya dosennya sebagai referensi untuk tugas dan kebutuhan pendidikan mereka,” kata Firdaus Abie.

Menurut Jurnalis senior, apresiasi dan masukan atas kehadiran Ruang Buku Karya Dosen Unand. Apresiasi dan sumbangan pikiran tersebut disampaikan ketika diminta memberikan sambutan, saat peresmian Ruang Buku Karya Dosen Unand.

Firdaus Abie tidak sendiri, sementara itu turut memberikan pandangan dua orang guru besar yang aktif menulis dan menghasilkan banyak buku, Prof Asrinaldi dan Prof Dr dr Yusrawati.

Lebih lanjut kata Firdaus Abie, ada pekerjaan yang lebih besar dan tantangan berat bagi pengelola perpustakaan dan ruangan tersebut.

Tantangan itu, pertama, katanya, bagaimana ruangan yang sudah luar biasa representatif tersebut dikunjungi dosen dan mahasiswa. Buku-bukunya dibaca, ilmunya didalami dan dijadikan referensi untuk ilmu pengetahuan.

Buku Literasi
Pegiat Literasi, Firdaus Abie saat menyerahkan buku karyanya kepada Rektor Universitas Andalas (Unand) Prof Yuliandri, di Perpustakaan Unand lantai III Kampus Unand Limau Manih, Padang, Jumat (19/5/2023) siang.

Jika ruangan sudah bagus, sejuk dan repsentatif, buku-bukunya banyak dan lengkap, namun tidak dikunjungi orang, bukunya tidak dibaca orang, sedih juga rasanya. Maka ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolanya.

“Jika perlu, ada kebijakan khusus yang bisa “memaksa” dalam arti positif, agar mahasiswa membaca dan menjadikan buku karya dosennya sebagai referensi untuk tugas dan kebutuhan pendidikan mereka,” kata Firdaus Abie yang sudah memberikan materi pelatihan menulis kreatif dan menulis jurnalistik kepada belasan ribu pelajar, mahasiswa, guru, humas dan wartawan di Sumbar, Riau dan Kepri.

Terkait semakin sempitnya ruang perpustakaan untuk memuat buku-buku lainnya, seperti diungkapkan Ketua LPPM Unand Dr Uyung Gatot S Dinata, karena diperkirakan ada 1.000 sampai 1.500 judul buku karya dosen Unand setiap tahun, Firdaus Abie mengusulkan agar buku-buku tersebut disebar di sejumlah tempat strategis lainnya di kampus.

“Setidaknya, buku-buku tersebut ditempatkan berdasarkan segmentasi materi. Ditempatkan di ruangan sejenis, disetiapkan fakultas. Disesuaikan dengan materi bukunya. Kalau buku-buku senyawa dengan kedokteran, maka ada Ruang Buku Karya Dosen Unand di Fakultas Kedokteran. Dibuka juga Ruang Buku Karya Dosen Unand di Fakultas Teknik, buku-bukunya tentang teknik, begitu juga yang lainnya” kata Firdaus Abie sembari menyebutkan, bisa juga didesain Ruang Buku Karya Dosen Unand secara digital.

Di sisi lain, penulis novel berbahasa Minang dan saat ini mempersiapkan kumpulan Cerpen berbahasa Minang, juga memunculkan ide. Setelah ada Ruang Buku Karya Dosen Unand, hendaknya juga Ruang Buku Karya Mahasiswa Unand. Tak sekadar ruangan saja, tetapi pihak Unand juga difasilitasi mahasiswa untuk menghasilkan karya-karya kreatif dalam bentuk buku.

Apalagi, kata Firdaus Abie yang juga menyerahkan lima judul buku (tiga karyanya, dua karya siswa binaannya) untuk Perpustakaan Unand, dirinya pernah mewawancarai Wakil Rektor III Unand Ir Insannul Kamil, M.Eng, Ph.D. Nanuk –sapaan akrab Insannul Kamil– menyebutkan, jangan mengaku mahasiswa jika tak bisa menulis. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Salah satu kewajiban mahasiswa adalah menulis. Tidak bisa tidak. Setiap mata kuliah, pasti ada tugas yang terkait dengan dunia kepenulisan.

“Jika Ruang Buku Karya Mahasiswa Unand terwujud, akan memberikan dorongan luar biasa kepada mahasiswa untuk unjuk karya intelektualnya, sehingga bermuara kepada peningkatan kualitas diri mahasiswa tersebut,” kata Firdaus Abie yang pernah menjadi Pemred Padang Ekspres, Pemred dan Manager Program Padang TV, Pemred dan Direktur Rakyat Sumbar.

Bagi Firdaus Abie, buku sangat penting dan sangat bermanfaat. Setidaknya ia melihat dari dua sisi. Pertama, usia intelektual buku jauh lebih panjang dari usia penulisnya, sehingga buku menjadi pusaka dan harta yang tak ternilai harganya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved