Gunung Marapi Erupsi

Semakin Tinggi dan Tebal, Kolom Abu Erupsi Gunung Marapi Capai Ketinggian 800 Meter Pagi Ini

Kolom abu erupsi di Gunung Marapi Sumbar kian meninggi dan menebal, Rabu (11/1/2023). Hari ini sekira pukul 08.25 pagi, tercatat sebagai ...

Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Fuadi Zikri
Istimewa
Visual puncak Gunung Marapi pada Rabu (11/1/2023). Kolom abu akibat erupsi di Gunung Marapi Sumbar kian meninggi dan menebal. 

TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Kolom abu erupsi di Gunung Marapi Sumbar kian meninggi dan menebal, Rabu (11/1/2023).

Hari ini sekira pukul 08.25 pagi, tercatat sebagai erupsi yang terbesar di Gunung Marapi sejak awal kemunculannya pada lima hari lalu.

"Erupsi pukul 08.25 WIB tadi adalah letusan yang terbesar sejak awal muncul pada Sabtu kemarin," ungkap petugas Pos Pengamatan Gunung Marapi, Ahmad Rifandi.

Berdasarkan datanya, erupsi pada pukul 08.25 WIB tadi mengakibatkan kolom abu teramati hingga 800 meter di puncak Gunung Marapi.

Lalu, kolom abu akibat erupsi itu juga terlihat berwarna kelabu dengan intensitas tebal, condong ke arah Timur Laut dan Tenggara.

Baca juga: Bukan 2017, Erupsi Terakhir Gunung Marapi Ternyata 2018, Semburan Abu 4 Km dari Puncak

Erupsi itu juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 8 mm dan durasinya hingga 2 menit lebih.

Dibanding lima hari terakhir, erupsi di Gunung Marapi itu belum pernah mencapai ketinggian kolom abu hingga 800 meter serupa tadi pagi.

Berdasarkan data dari PGA Marapi, tinggi kolom abu akibat erupsi di Gunung Marapi sejak lima hari lalu itu, hanya berkisar di 100 hingga 400 meter.

Diberitakan sebelumnya, erupsi di Gunung Marapi ternyata masuk kategori letusan freatik.

Letusan freatik dikenal juga dengan depresurisasi, atau letusan yang digerakkan oleh uap air.

Baca juga: Erupsi Gunung Marapi Sumbar Tercatat Sudah 100 Kali hingga Hari ke-4, Belum Tahu Kapan akan Berhenti

Informasi tersebut dikatakan oleh Kepala Pos Pengamatan Gunung Marapi, Teguh Purnomo kepada TribunPadang.com, Selasa (10/1/2023).

"Erupsi di Gunung Marapi secara sifatnya itu masuk kategori erupsi freatik. Sebab, terjadi akibat gerakan uap air ketika di dalam kawah," jelas Teguh.

"Uap air itu terjadi ketika air di dalam kawah dipanaskan oleh magma dan batuan material panas di dasar kawah," tambah Teguh.

Analogi sederhananya itu, kata Teguh, diibaratkan serupa air yang dipanaskan di dalam teko.

Serupa itu juga sifat dari Gunung Marapi, hal itu ditinjau dari penelitian hingga pengamatan yang dilakukan kepada Gunung Marapi sejak lama.

Baca juga: Erupsi Gunung Marapi Sumbar Tercatat Sudah 100 Kali hingga Hari ke-4, Belum Tahu Kapan akan Berhenti

"Jadi, kita ibaratkan serupa air dalam teko, lalu kita panaskan dan semakin panas bakal muncul uap dan penutup teko akan terbuka," terang Teguh.

Teguh menyampaikan, Gunung Marapi hampir sama dengan analogi itu, jadi karena kadar air dalam kawah yang dalam itu ada terjadi gesekan panas, lalu yang muncul keluar itu uapnya.

Uapnya itulah, kata Teguh, disebut dengan erupsi yang sedang dialami oleh Gunung Marapi sejak Sabtu (7/1/2023) lalu.

Kendati demikian, Teguh menyebut, tak semua gunung serupa degan Gunung Marapi itu sifatnya. Ada juga gunung yang berbahaya seperti lava yang mengalir.

"Di satu sisi, Gunung Marapi bisa disebut jika terjadi letusan yang masih dalam batas wajar itu, tak menimbulkan bahaya yang signifikan serupa gunung api yang lain," jelas Teguh. (TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved