Kota Padang
Laut di Padang Kian Memprihatinkan: Nelayan Menjala Sampah, Bukan Ikan
Sampah plastik mendominasi di jala nelayan elo pukek di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Kondisi seperti ini sudah berlangsung sej
Penulis: Nandito Putra | Editor: Fuadi Zikri
Setidaknya, pada 2015, ada 2,5 miliar ton sampah yang dihasilkan oleh 192 negara di dunia.
Dari jumlah itu, sebanyak 275 juta metrik ton lainnya adalah sampah plastik, dan 8 juta metrik ton dari sampah plastik tersebut mencemari lautan.
Lalu bagaimana dengan laut Indonesia?
Erman, 64 tahun, tidak tahu dari mana asalnya plastik yang kerap menyangkut di jalanya saat menangkap ikan.
Sampah plastik kerap membikin waktunya jadi terbuang karena harus melepaskannya satu-satu dari jala.
"Sangat terganggu sekali, kadang sampah kaleng juga ada dan merobek jala," kata nelayan yang berasal dari Purus, Kota Padang ini, Minggu (23/10/2022)
Hasil tangkapan ikan di dekat pesisir pantai Padang pun juga sudah berkurang.
Sebab, kata Erman, makin dekat ke pantai, sampah makin banyak.
"Jadi kita sekarang harus agak jauh ke tengah, tambah biaya lagi untuk minyak," katanya.
"Tapi sudah jauh saya ke tengah, masih juga ada sampah," lanjutnya.
Apa yang dialami oleh nelayan seperti Erman tercatat dalam penelitian oleh LIPI, kini Badan Riset Nasional (BRIN), pada 2018 lalu.
Mengambil sampel kondisi laut di 18 lokasi di seluruh Indonesia, penelitian ini menyebut jumlah sampah yang berakhir di laut Indonesia adalah 0,59 juta ton per tahun.
Berdasarkan data dari KLHK, pada tahun 2020 diperkirakan total jumlah sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton, 9,53 juta ton di antaranya adalah sampah plastik.
Dari total timbulan sampah plastik ini hanya 10-15 persen yang didaur ulang.
Sisanya, 60-70 persen ditimbun di TPA, 15-30 persen belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama perairan.
Sekitar 50 persen dari total sampah plastik adalah kresek sekali pakai yang sangat sulit dikelola dan jumlahnya terus bertambah. (TribunPadang.com/Nandito Putra)