Kota Padang

Laut di Padang Kian Memprihatinkan: Nelayan Menjala Sampah, Bukan Ikan

Sampah plastik mendominasi di jala nelayan elo pukek di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Kondisi seperti ini sudah berlangsung sej

Penulis: Nandito Putra | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Nandito Putra
Nelayan memungut ikan hasil elo pukek dan memisahkannya dari plastik yang juga ikut terjerat di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (23/10/2022). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sampah plastik mendominasi di jala nelayan elo pukek di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak lama.

"Setiap hari selalu dapat lebih banyak sampah daripada ikan," kata Erman, salah seorang nelayan yang ikut menarik pukat, Minggu (23/10/2022) pagi.

Maelo pukek adalah metode menangkap ikan tradisional yang masih eksis di Kota Padang.

Pemerintah bahkan menjadikannya destinasi wisata di Purus, sebuah perkampungan nelayan di Kecamatan Padang Barat.

Baca juga: Pemko Padang Targetkan 3 Bulan Batang Arau Bersih dari Sampah dan Bangkai Kapal

Aktivitas maelo pukek ini tiap hari ramai dikunjungi warga. Terlebih di hari Minggu, para nelayan dikerumuni oleh khalayak.

Pengunjung yang datang kebanyakan hanya sekadar menjadikan elo pukek sebagai tontonan.

Tetapi juga ada yang datang untuk belanja ikan hasil elo pukek nelayan Purus.

Tribunpadang.com mewawancarai beberapa orang warga Kota Padang yang hadir melihat para nelayan di Pantai Purus melakukan aktivitas maelo pukek.

Salah satunya Syifa Rahmawati, kesan pertama yang ia lihat adalah jala nelayan yang dipenuhi sampah plastik. 

Baca juga: Puluhan Bangkai Kapal yang Sudah Menahun Karam Jadi Penyebab Sampah Tersangkut di Batang Arau Padang

Pelajar kelas 11 di salah satu SMA di Kota Padang ini datang ke Pantai Purus, Minggu (23/10/2022) bersama teman sekolahnya.

Syifa mulanya hanya sekadar lewat sambil bersepeda. Tapi, ia mengaku sudah sejak lama penasaran dengan kegiatan maelo pukek.

"Sering lihat kalau pagi-pagi ada orang narik-narik tali, tapi baru sekarang kesempatan bisa lihat," ungkapnya.

Ia merasa prihatin dengan usaha nelayan yang tak sebanding dengan ikan yang berhasil ditangkap. 

"Itu sampah semua, padahal kelihatannya berat sekali harus menarik jala dari laut," ujar Syifa.

Baca juga: Tidak Hanya Menangkap Ikan, Nelayan di Padang Juga Kumpulkan Sampah Untuk Ditukar Jadi Uang

Saat diminta pendapat soal maraknya sampah plastik, Syifa mengaku kalau dia masih sering beli minuman atau makanan berkemasan plastik.

"Hampir tiap hari aku jajan yang ada plastiknya, di rumah juga, kalau dihitung-hitung ada tiga kantong sampah plastik yang dihasilkan," katanya.

Syifa bilang, laut seharusnya bersih dari sampah. Karena kalau kotor, ikan-ikan bisa tercemar plastik.

Pengetahuan itu Syifa peroleh dari postingan di media sosial.

Sampah di Pantai Padang hasil nelayan elo pukek.
Hasil tangkapan nelayan elo pukek di Pantai Purus, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu (23/10/2022) yang didominasi oleh sampah.

"Aku pernah lihat kalau ikan yang kita makan itu ada plastiknya," tuturnya.

"Awalnya aku ga percaya ada plastik di dalam ikan. Mana mungkin, tapi sekarang sepertinya beneran," Syifa melanjutkan.

Pengunjung lainnya yang juga melihat aktivitas elo pukek adalah Rifki, 25 tahun. 

Seperti Syifa, pegawai di salah satu bank swasta ini juga menyoroti banyaknya sampah yang terjerat jala nelayan.

Menurut Rifki, sampah plastik di laut itu datang dari sungai.

"Kalau orang buang sampah ke laut saya belum pernah lihat, tapi di sungai sering," katanya.

Saat ditanyai soal tercemarnya laut Padang, Rifki mengharapkan peran pemerintah yang lebih aktif lagi.

"Kepada masyarakat juga harus diedukasi supaya tidak buang sampah ke sungai," ujar Rifki.

Ikan berganti plastik

Berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2016 lalu, lautan diperkirakan akan mengandung 1 ton plastik pada setiap 3 ton ikan di tahun 2025.

Kemudian, pada tahun 2050 akan lebih banyak plastik daripada ikan di lautan. 

Setidaknya, pada 2015, ada 2,5 miliar ton sampah yang dihasilkan oleh 192 negara di dunia. 

Dari jumlah itu, sebanyak 275 juta metrik ton lainnya adalah sampah plastik, dan 8  juta metrik ton dari sampah plastik tersebut mencemari lautan.

Lalu bagaimana dengan laut Indonesia? 

Erman, 64 tahun, tidak tahu dari mana asalnya plastik yang kerap menyangkut di jalanya saat menangkap ikan. 

Sampah plastik kerap membikin waktunya jadi terbuang karena harus melepaskannya satu-satu dari jala.

"Sangat terganggu sekali, kadang sampah kaleng juga ada dan merobek jala," kata nelayan yang berasal dari Purus, Kota Padang ini, Minggu (23/10/2022)

Hasil tangkapan ikan di dekat pesisir pantai Padang pun juga sudah berkurang.

Sebab, kata Erman, makin dekat ke pantai, sampah makin banyak.

"Jadi kita sekarang harus agak jauh ke tengah, tambah biaya lagi untuk minyak," katanya.

"Tapi sudah jauh saya ke tengah, masih juga ada sampah," lanjutnya.

Apa yang dialami oleh nelayan seperti Erman tercatat dalam penelitian oleh LIPI, kini Badan Riset Nasional (BRIN), pada 2018 lalu.

Mengambil sampel kondisi laut di 18 lokasi di seluruh Indonesia, penelitian ini menyebut jumlah sampah yang berakhir di laut Indonesia adalah 0,59 juta ton per tahun. 

Berdasarkan data dari KLHK, pada tahun 2020 diperkirakan total jumlah sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton, 9,53 juta ton di antaranya adalah sampah plastik. 

Dari total timbulan sampah plastik ini hanya 10-15 persen yang didaur ulang.

Sisanya, 60-70 persen ditimbun di TPA, 15-30 persen belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama perairan. 

Sekitar 50 persen dari total sampah plastik adalah kresek sekali pakai yang sangat sulit dikelola dan jumlahnya terus bertambah. (TribunPadang.com/Nandito Putra)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved