Kisah Tugu Pasa Banda Buek Versi Warga : Urang-urang Bagak, atau Para Pemberani Menghadapi Penjajah

Pasar Bandar Buat yang berada di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), hingga kini memiliki andil dalam sejarah per

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI
Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh.  

Kepala Seksi Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Marshalleh Adaz mengemukakan Pasar Bandar Buat sendiri merupakan satu-satunya pasar yang aktif di sekitar Kota Padang saat pasukan Belanda menyerang sendi-sendi ekonomi Kota Padang pasca kemerdekaan.

"Bicara tugu pasar Banda buek (bandar buat) pasca kemerdekaan tidak bisa kita lepaskan dari kondisi kota Padang secara keseluruhan," kata Marshalleh Adaz, yang juga ketua PPCB Kota Padang.

Sejauh ini menurutnya, Pasar Banda Buat atau Buek memiliki peranan sangat penting setelah kemerdekaan Indonesia untuk Kota Padang.

"Pasar ini menjadi penunjang perekonomian Kota Padang pasca kemerdekaan setelah Belanda kembali ke Indonesia," paparnya.

Baca juga: Pedagang Tetap Ingin Jualan di Kawasan Tugu Gempa, Petugas Satpol PP Padang Tertibkan PKL

Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh. 
Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh.  (TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI)

Baca juga: Tim Pkm FIB Unand Sosialisasi Program Terpadu, Bangun Kampung Wisata Sejarah Lobang Japang di Padang

Terlebih pada saat kedatangan Belanda kembali ke Kota Padang, imbuhnya kekuatan asing itu sempat melumpuhkan Kota Padang hampir secara keseluruhan.

"Orang lebih mengutamakan keselamatan jiwa dari pada memikirkan kepentingan lainnya hanya orang yang terus berjuang dan berani melawan kedigdayaan Belanda yang tinggal di dalam Kota pada saat itu," ucap Adaz.

Dikatakan, keberadaan Pasar raya Padang yang merupakan penunjang utama ekonomi Kota Padang pada saat itu saja tidak bisa beroperasi dengan semestinya.

Kondisi di Pasar Raya Padang saat itu, sebagian besar memilih untuk menutup tokonya, masing-masing mengingat serbuan militer Belanda.

Ancaman yang diberikan Belanda pada masa itu memang benar nyatanya terlihat, hanya pedagang minuman dan makanan ringan yang berani membuka toko pada masa itu.

"Pedagang minuman dan makanan ringan ini juga bisa angkat kaki jika keadaan tidak aman," beber Adaz.

Pasar Banda buek yang berada di luar kota Padang pada saat seperti itu jadi penunjang penting perekonomian masyarakat Kota Padang.

Karenanya, imbuh Adaz, bagi para pedagang dari arah Solok, pesisir selatan, Pauh limo dan Kuranji setiap hari Selasa dan Sabtu akan melakukan jual beli di pasar bandar buat.

"Selasa dan Sabtu itu adalah hari balai pasar Banda buek, selain berdagang tempat ini juga merupakan tempat beredarnya informasi perjuangan serta rencana gerilya agar tidak dicurigai Belanda," sambungnya.

Peran penting pasar bandar buat pada masa itu tidak bisa dielakkan, karena dari sini para pejuang bisa bertukar informasi.

Terlebih pada saat itu Belanda memang ingin kembali merenggut kemerdekaan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved