Kisah Tugu Pasa Banda Buek Versi Warga : Urang-urang Bagak, atau Para Pemberani Menghadapi Penjajah

Pasar Bandar Buat yang berada di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), hingga kini memiliki andil dalam sejarah per

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI
Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh.  

"Karena sebelumnya kekuasaan mereka sempat terputus ketika menangnya jepang, Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Belanda dengan membonceng negara sekutu agar mereka tidak ketahuan," tuturnya.

Padahal sejak kedatangannya para pemuda dan pejuang Kota Padang sudah menyadari bahwa kedatangan mereka murni untuk kembali mengambil kekuasaan.

Bahkan secara terpisah melihat kedatangan Belanda ini para pejuang waktu itu sudah mulai melakukan serangan serta pencegatan pada pasukan sekutu dan Belanda.

Melalui rentetan cerita panjang ini kita bisa melakukan tilas balik terkait keberadaan tugu peristiwa berdarah pasar Banda Buek.

Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh. 
Tugu peristiwa Pasar Bandar Buat, yang kini masuk wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan (Luki), Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih terlihat berdiri kokoh.  (TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI)

Baca juga: Pedagang Pasar Bandar Buat Keluhkan Keadaan Pasar yang Sepi Pembeli

Kejadian Bermula 7 Januari 1947

Tembakan itu pada awalnya semata-mata dilakukan Belanda untuk melindungi barisan tentaranya yang hendak bergerak ke Ampang, Lubuk Begalung dan Pisang.

Menurutnya, Tentara Belanda melapaskan tembakan meriamnya ke arah beberapa sasaran di antaranya, ke Kampung Alai, Andalas, Anduring dan sekitarnya.

Keunggulan senjata dan strategi Belanda pada saat itu ternyata harus berhadapan dengan kegigihan dan semangat tinggi dari tentara dan pejuang Kota Padang.

Semangat itu terlihat tak kala ranjau darat yang di pasang para pejuang berhasil meledakan dua truck milik tentara Belanda beserta isinya.

"Belanda sempat tidak percaya melihat kejadian tersebut, sehingga besoknya pada 8 Januari 1947, sebanyak  4 pesawat Mustang Belanda dengan perlengkapan senapan mesin menyerang dari udara markas batalion gabungan di Indarung," tambahnya.

Tidak puas sampai di situ, 10 hari kemudian tepatnya pada tanggal 18 Januari 1947 tentara Belanda kembali dengan pesawat tempur dan menembak pasar bandar buat.

Saat itu pasar sedang ramai, karena hari balai yaitu pada hari Sabtu, para penjual dan pembeli pada hari itu saking ramainya sampai melimpah keluar pasar.

Hal ini disebabkan, karena terputusnya perdagangan di dalam Kota Padang sehingga pasar dari luar peminatnya makin meningkat.

"Pasar yang penuh sesak itu diberondong dengan tembakan dari udara oleh pasukan Belanda," ucapnya.

"Terlebih pada saat itu banyak wanita dan anak-anak, sehingga mereka panik dan lari tak tahu arah," kenangnya.

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved