Penderitaan Seorang Bayi di Padang
KISAH PILU - Bayi Fajar Al Hadi Tergolek Lemah di RS Bhayangkara Padang, Butuh Uluran Tangan
Mata Ratna Sahara tampak sembab sesaat keluar dari ruang NICU RS Bhayangkara Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Bayi Fajar Al Hadi Butuh Uluran Tangan Tergolek Lemah di RS Bhayangkara Padang, Sumbar
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Mata Ratna Sahara tampak sembab sesaat keluar dari ruang NICU RS Bhayangkara Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Di ruangan itu, bayinya yang saat ini berusia 2 bulan satu hari dirawat dan berada di Inkubator NICU.
Fajar Al Hadi itulah nama yang diberikan pada buah hatinya yang kini dalam perawatan medis tersebut.
Bayinya tergolek lemah di ruang NICU dengan kondisi terpasang selang infus.
Padahal, usia bayinya masih usia mengemaskan dan sedang lucu-lucunya.
Namun, ia tak bisa bergelut dengan bayinya seperti ibu-ibu lainnya, justru setiap ia melihat dan teringat kondisi bayinya ia selalu meneteskan air mata.
Air mata seorang ibu melihat nasib anaknya yang semakin hari bobot tubuhnya semakin turun.
Ya, bayinya didiagnosa penyakit kekurangan hormon tiroid (gangguan tumbuh kembang) dan down sindrome sejak lahir.
Wanita yang setiap semester ganjil bekerja sebagai dosen luar biasa di STIE Galileo Batam ini tak menyangka anak ketiganya mengalami hal tersebut.
Pasalnya, sejak dalam kandungan tak pernah terdeteksi ada masalah dengan bayinya.
Bahkan semenjak lahir pada 11 Desember 2019 lalu, kata Ratna, bayinya lahir secara normal di Klinik Delima Medika atau Bidan Elly Vanbo.
Dua minggu sebelum kelahiran, tepatnya 27 November 2019, Ratna dan kedua anaknya berangkat ke Padang dari Batam.
Sehari sebelumnya, ia sempat melakukan USG di Batam dan melalui USG itu tidak bisa dipastikan adanya gangguan/kelainan bawaan pada anaknya selama di kandungan.
Ratna asli orang Padang. Awalnya, sempat tinggal di Tangerang untuk ikut dengan suami.
Kemudian mereka juga baru setahun lalu pindah ke Batam.
Di Batam mengajar di STIE Galileo Batam saat semester ganjil, dapat jadwal 4 SKS dengan Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia.
• Operasi Pasar di Kota Padang, Harga Bawang Putih Dijual Rp35.000 Per Kg
• Harga Bawang Putih Melambung Naik, Pedagang Keluhkan Daya Beli Jadi Berkurang
Saat makan di sebuah rumah makan (RM) di Padang dekat RS Bhayangkara, Ratna bercerita bahwa ia kaget dengan kondisi bayinya.
Saat lahir, Fajar dengan berat 3 Kg, tampak lucu dan menggemaskan.
Dia cukup aktif bahkan sudah bisa memiringkan badannya.
Namun, kini ia tak kuasa menahan air matanya.
Tidak terbayang di kepalanya bahwa bayi sekecil itu harus melalui sedemikian rupa.
Dia pun sempat meneteskan air mata seraya menceritakan kondisi bayinya.
Hingga, sempat terhenti menyuap nasi yang sudah berada di tangannya.
Dia pun hanya bisa parah. Gejolak hatinya keluar menjadi air mata, berharap akan kesembuhan buah hatinya.
"Saya teringat ketika bayi saya dimandikan. Badannya cenderung kurus tapi panjangnya bertambah. Dia memegang pergelangan tangan saya erat. Gak tega saya melihatnya," tuturnya sambil mengelap air matanya.
Selama mengandung, tidak ada gejala apapun yang dihadapi Ratna.
Bahkan saat melakukan pemeriksaan USG, bayinya dinyatakan sehat oleh dokter dan tidak terdeteksi apapun.
"Tentu saya kaget, kenapa dia bisa menderita penyakit itu karena dia lahir normal. Tapi, memang saat dilahirkan tangisannya relatif lambat," terang Ratna Sahara kepada TribunPadang.com, Kamis (13/2/2020).
Saat lahir pun, cerita Ratna, tidak ada tanda-tanda kelainan, karena bayi lahir seperti lazimnya bayi lain.
Bidan yang membantu proses kelahiran pun tak ada meminta untuk memperlakukan Fajar istimewa.
"Sewaktu lahir, memang sempat terdengar bisik-bisik perawat kalau anak saya menderita sindrome. Tapi tidak langsung dikatakannya kepada saya, hanya bisik-bisik," ucap Ratna.
Ratna penasaran dan mencari tahu penjelasan mengenai sindrome di internet berdasar ciri-ciri, dimana ia pecah ketuban dini.
Namun ia tak menemukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu.
Ia mengatakan, jika benar anaknya ditakdirkan menderita sindrome dia tetap sabar dan ikhlas karena itu amanah yang diberikan Mahakuasa.
Ratna bercerita, sebelum beranjak usia tiga minggu, Fajar memang agak susah meminum air susu ibu (ASI).
Namun setelah susu diperas dan terus dilatih menyusui, bayi tersebut sudah dapat menyusu dengan baik.
Meski demikian, kondisi bayinya kembali menurun, karena setiap diberi ASI, maka dia akan muntah, begitu seterusnya, sampai kondisinya drop.
"Saya mulai risau, berat badan tidak bertambah sementara dia seringkali menyusu. Ada yang menyarankan untuk memberinya susu bantu. Saya beli, setelah itu BAB Fajar keras, padahal sebelum itu tidak keras," ungkap Ratna Sahara.
• Kenaikan Harga Bawang Putih di Padang Disebut-sebut Terimbas Isu Virus Corona
• Pemko Padang Dapatkan 12,5 Ton Pasokan Bawang Putih, Siap Didistribusikan Melalui TTIC
• POPULER PADANG - Sejoli di Padang Nekat Gelapkan Motor| FAKTA Soal Viral Diduga Begal
Dengan raut wajah sendu, Ratna kembali melanjutkan ceritanya, pada usia 42 hari atau pada 23 Januari 2020, dirinya sekeluarga membawa Bayi Fajar ke dokter spesialis anak, dr. Dani Andespa, SPa di Apotik Kiki, Ulak Karang, Padang.
Saat itu, dokter mengatakan, bayi tersebut menderita down sindrome yang menyebabkan dia agak lambat merespon dibandingkan anak normal.
"Saya bertanya kepada dokter ketika itu, apa bedanya down sindrome dengan anak berkebutuhan khusus."
"Dokter mengatakan, anak-anak berkebutuhan khusus itu punya kelebihan, kalau orang tuanya bisa merawatnya dengan baik, malah memiliki kelebihan dari orang normal," kata Ratna mengulangi ucapan dokter.
Kata Ratna, dokter memberikan obat demam dan menyarankan susu Infantrini (susu penambah berat badan) dengan harapan berat tubuh bayi akan bergerak naik.
"Bobot bayi ketika itu hanya 2,2 kg. Untuk menaikkan berat badannya, disarankan minum susu tinggi kalori, harganya Rp254.000 isi 400 gram," terang Ratna.
Ternyata hal itu belum menjadi solusi dan belum ada perkembangan. Malah intensitas dan jumlah muntah bertambah.
Setiap kali diberi ASI dan juga susu, bayi terus muntah, tak hanya keluar dari mulut saja, tapi juga lewat hidung. Berat badannya tampak terus menurun.
"Pada usia 42 hari, beratnya turun 8 ons atau tersisa 2,2 kg. Ketika itu, dokter menyarankan minum susu penambah berat badan. Namun tak membantu. Justru makin sering muntah," ungkap Ratna.
Karena bayi menunjukkan keadaan yang kian memprihatinkan, maka pada Rabu, (5/2/2020) Ratna bersama adiknya membawa Fajar ke Rumah Sakit Bhayangkara dan berobat ke dokter spesialis anak di sana.
Berat Fajar saat itu hanya tersisa 1,9 kg, karena setiap ASI Atau minum susu bantu sesuai resep dokter, bayi selalu muntah.
Dokter menyarankan untuk cek labor dan hasilnya menunjukkan kalau Fajar mengalami gangguan hormon.
Yakni kekurangan hormon tiroid atau hormon tumbuh kembang.
"Tapi berdasarkan pengalaman orang tua yang anaknya begitu, juga berat badan turun tapi tidak turun dratis seperti Fajar," kata Ratna.
Dokter pun menyarankan untuk segera diopname di rumah sakit karena bayi Fajar sudah dehidrasi dan harus diinfus.
Namun, karena kekurangan biaya, Ratna belum melakukan saran dokter dan masih melakukan rawat jalan dengan memberikan obat sebagai terapi hormon.
"Suami saya hanya seorang pedagang barang second di Batam dengan penghasilan tidak menentu. Saya juga belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan, karena tidak ada biaya untuk membayar iuran perbulan," ungkap Ratna.
• Polresta Padang Giatkan Patroli ke Pemukiman Warga untuk Antisipasi Pencurian di Rumah Kosong
• Laporan Curanmor di Padang, 65 Persen Gara-gara Kunci Tertinggal di Sepeda Motor
Apalagi, kata Ratna, kini mendaftar BPJS harus sekeluarga.
Namun karena kondisi kesehatan Fajar terus menurun, meski kekurangan biaya dan Fajar tidak memiliki BPJS, makanya Rabu (12/2/2020) Ratna sekeluarga memberanikan diri untuk membawa Fajar ke Rumah Sakit Bhayangkara dan Fajar segera di opname di ruangan NICU.
Untuk penyembuhannya dibutuhkan banyak biaya yang diperkirakan Rp10.000.000 per hari.
Saat ini hidung Fajar masih dipasang selang makanan. Rabu ini hari keduanya.
"Fajar sedang tidur dan mulutnya diberi dot bayi. Sementara cairan masuk melalui selang makanan. Meski dipasang selang makanan, dia sangat aktif dan banyak gerak," ungkap Ratna.
Sebelum pasang selang makanan, kata Ratna, sebagiah tubuh Fajar pucat dan nafasnya sesak.
Kini sudah normal, namun fisiknya masih lemah dan masih tidur.
Kini, besar harapan Ratna dan keluarga, dapat diberi bantuan sehingga dapat meringankan biaya penyembuhan bayinya, Fajar.
Dia berharap, anaknya tersebut bisa segera sembuh dan menjalani hari-hari dengan ceria seperti anak lain pada umumnya
"Harapannya Fajar cepat sembuh. Fisiknya kembali lagi seperti sedia kala. Mohon doa dari teman-teman semua," tutur Ratna.
Bagi yang ingin memberi bantuan bisa melalui https://kitabisa.com/campaign/sembuhkanfajar. (*)