Stasiun Kereta Api Pertama yang Dibangun Belanda di Sumatera Barat 'Pulau Air' akan Diaktifkan Lagi
Pulau Air adalah stasiun kereta api pertama di Sumatera Barat yang dibangun pemerintah kolonial Belanda abad ke 19 silam.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto terbagi menjadi tiga zona.
Pertama, Zona A, Kota Tambang Sawahlunto.
Kedua, Zona B, fasilitas dan infrastruktur perkeretaapian.
Ketiga, Zona C, fasilitas penyimpanan Batubara di Emmahave.
Komponen bagian situs yang ditetapkan sebanyak 12 komponen, 49 objek dengan area 268, 15 hektare.
Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. (Kompas.com/Shutterstock)
Tiga kategori dalam daftar nominasi 2019
Destinasi yang berhasil masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO akan semakin dikenal.
Tak hanya itu, destinasi itu juga akan mendapat perlindungan dari UNESCO dan bisa dibilang sejajar dengan berbagai destinasi terkenal lain di dunia.
Sejak diresmikan pada 1978 silam, daftar Situs Warisan Dunia UNESCO mencakup berbagai destinasi terkenal seperti Taman Nasional Yellowstone di AS, Taj Mahal di India, Petra di Yordania, dan Kepulauan Galapagos di Ekuador.
Tahun 2019 ini, ada tiga kategori yang berbeda dalam daftar nominasi tersebut. Kategori pertama adalah situs alam.
Kategori kedua adalah situs budaya, dan yang ketiga ialah gabungan antara unsur budaya dan alam.
Destinasi mana yang akan masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO telah melalui evaluasi panjang dari para ahli lapangan.
Mereka dikirim untuk memeriksa destinasi dan menilai tindakan apa yang sedang dilakukan untuk melestarikannya.
Nantinya pada tanggal 10 Juli 2019, pengumuman destinasi mana yang masuk ke dalam daftar salah satunya akan dilakukan melalui akun Twitter resmi UNESCO.
Di antara 44 nominasi destinasi untuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO 2019 ini, salah satunya dari Indonesia.
Destinasi itu adalah Sawahlunto yang berada di Provinsi Sumatera Barat.
Menurut keterangan di situs web resmi UNESCO, Sawahlunto merupakan kota penambangan batubara tertua di Asia Tenggara.
Aktivitas penambangan batubara telah dilakukan di sana pada abad ke-19 saat Hindia Belanda berkuasa.
Penambanan batu bara telah mengubah Sawahlunto, dari wilayah terpencil menjadi dikenal dunia luar.
Berbagai infrastruktur mulai dibangun untuk mendukung aktivitas pertambangan, seperti jaringan kereta api ke pantai barat Sumatera, hingga Pelabuhan Emmahaven yang dikenal sebagai Teluk Bayur.
Operasi penambangan batu bara selama dua abad telah menjadikan Kota Sawahlunto kental dengan interaksi budaya timur dan barat.
Hal itu terlihat dari tata ruang kota yang unik. Hingga saat ini, masih ada beberapa peninggalan sejarah di sana.
Kota Sawahlunto akan melengkapi destinasi dari Indonesia yang masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sebelumnya, ada delapan destinasi dari Indonesia yang telah masuk daftar tersebut.
Kedelapan destinasi itu adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Situs Manusia Purba Sangiran, Taman Nasional Lorentz, Hutan Hujan Tropis Sumatera, dan Subak di Bali.(*)