Stasiun Kereta Api Pertama yang Dibangun Belanda di Sumatera Barat 'Pulau Air' akan Diaktifkan Lagi
Pulau Air adalah stasiun kereta api pertama di Sumatera Barat yang dibangun pemerintah kolonial Belanda abad ke 19 silam.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Stasiun kereta api pertama yang dibangun Belanda di Sumatera Barat Pulau Air akan diaktifkan kembali.
Bangunannya sudah kusam.
Cat putih luntur dan mengelupas.
Dinding sudah tak bersih lagi karena penuh coretan.
Papan penutup atap pun sudah rapuh dan jebol.
Itulah kondisi stasiun Pulau Air Padang saat TribunPadang.com mendatangi lokasi akhir Juni lalu.

Stasiun kereta api yang pernah berjaya di masanya.
Pulau Air adalah stasiun kereta api pertama di Sumatera Barat yang dibangun pemerintah kolonial Belanda abad ke 19 silam.
• Kisah Dokter Gigi Romi Syofpa Perjuangkan Haknya dari Atas Kursi Roda Setelah Kelulusan Dibatalkan
• UNESCO Tetapkan Kawasan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto Sumbar Jadi Situs Warisan Dunia
Kereta api adalah moda transportasi darat massal yang menjadi andalan saat itu.
Rel kereta api sangat banyak melintasi daerah di Sumatera Barat, walaupun seiring perjalanan waktu, rel-rel tersebut hanya menjadi saksi bisu.
Namun, kondisi stasiun tersebut perlahan akan mulai berubah.
Seiring rencana pemerintah mengaktifkan kembali stasiun kereta api Pulau Air.

Pemerintah sudah berencana mengaktifkan lagi Stasiun Pulau Air yang terletak di Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar Heri Noviardi saat ditemui di SMA Negeri 3 Padang, Senin (22/7/2019) menuturkan akan dikelola Departemen Perhubungan.
"Iya benar. Pengaktifan stasiun tersebut menggunakan dana dari pusat yang dikelola oleh Departemen Perhubungan.
• Bule Perancis yang Dipersunting Lelaki Minang, Ternyata semenjak Umur 12 Tahun Telah di Padang
• Panorama Pantai yang Eksotik untuk Swafoto di Persinggahan Batu Tagak, Bungus Kota Padang
Kalau di Sumbar namanya, Balai Perbaikan Jalan. Alokasi kita lebih kurang 70 miliar untuk jalan dan terminal," kata Heri Noviardi.
Saat TribunPadang.com berkunjung ke stasiun Pulau Air, tampak bangunan bekas stasiun pulau air masih berdiri kokoh.
Namun, bangunannya sudah kusam.
Cat putih luntur dan mengelupas.
Dinding sudah tak bersih lagi karena penuh coretan.
• Benteng Van der Capellen Batusangkar, Saksi Bisu Pendudukan Belanda di Tanah Datar
• Keunikan Pasar Kuliner Van der Capellen Batusangkar, Pengunjung Wajib Belanja Pakai Koin Capellen
Papan penutup atap sudah rapuh dan jebol.
Di depan bangunan, batang-batang besi panjang bekas rel kereta api yang sudah lama terbenam, kembali terlihat.

Seorang warga yang tinggal tepat di seberang bangunan stasiun Pulau Air Asril Alim (58) mengatakan dulu bangunan tersebut berdiri sangat kokok dan bersih.
"Tetapi setelah adanya penggusuran pada tahun 2000 an, bangunan jadi tidak terurus," kata Asril Alim.
Asril Aslim melanjutkan PT KAI baru saja melakukan pembersihan rel.
"Saya dengar kabar, 2019 ini sudah mulai pengerjaannya sehingga bisa segera digunakan. Kalau tidak dihidupkan kembali, kawasan ini akan menjadi kota mati," tutur Asril Aslim.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar Heri Noviardi, menuturkan stasiun kereta pertama yang dibangun Belanda di Sumatera Barat pada abad ke-19 itu, sudah siap untuk diaktifkan.
• Berusia Hampir 2 Abad, Surau Paseban Simpan 20 Naskah Kuno Peninggalan Ulama Besar Kota Padang
• Surau Tinggi Calau, Cagar Budaya di Sijunjung Simpan Ratusan Naskah Kuno
"Petugas sudah membersihkan area. Itu sudah selesai semua. Target kita kalau direalisasikan tahun sekarang, 2020 sudah bisa digunakan," katanya.
Heri Noviardi berharap semua yang direncanakan dalam rencana kegiatan pembangunan stasiun itu benar-benar terealisir.
"Tentu kita berharap betul karena alokasinya dana dari pusat," ujar Heri Noviardi.
Tambang Batu Bara Ombilin Jadi Situs Warisan Dunia
Sumatera Barat memang kaya dengan objek bersejarah.
Bahkan ada yang ditetapkan sebagai situs warisan dunia.
Baru-baru ini Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB ( UNESCO), menetapkan kawasan tambang batu bara Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai Situs Warisan dunia.
Kawasan tambang batu bara Ombilin Sawahlunto ditetapkan pada Sidang Komite Warisan Dunia UNESCO ke-43, di Azerbaijan, Baku, Sabtu (6/7/2019).
Direktur Jendral Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid melalui akun instagramnya, menyampaikan rasa bahagianya atas penetapan tersebut.
Pada keterangan postingan videonya, Hilmar Farid menyebut, bahwa penetapan tersebut tak terlepas dari kerja keras selama 7 tahun.
"Kabar gembira dari Azerbaijan, Baku. Sidang Komite Warisan Dunia UNESCO ke-43 menetapkan kawasan tambang Ombilin di Sawahlunto menjadi Warisan Dunia UNESCO. Kerja keras selama tujuh tahun akhirnya membuahkan hasil," tulisnya, Sabtu.
Dia menulis, penetapan ini perlu diikuti langkah konkret agar situs tersebut bisa terus lestari dan membawa manfaat bagi masyarakat luas.
"Selamat kepada tim yang mengawal pengusulan inskripsi ini. Selamat untuk Indonesia!" tulisnya lagi.
Dilansir dari kemendikbud.go.id, kawasan tambang batu bara Ombilin tersebut meliputi alur pengangkutan batu bara dari Sawahlunto dengan melewati 7 kabupaten dan kota.
Mulai dari Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.
Ada 12 pihak sebagai pengusul, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Perhubungan, Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, kota Padang Panjang, kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, PT Bukit Asam, dan PT Kereta Api Indonesia.
Pengusulan ini sudah dirintis sejak kota Sawahlunto tidak lagi aktif menjadi tambang batu bara.
Kemudian ditetapkan sebagai tentatif list tahun 2015.
Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto terbagi menjadi tiga zona.
Pertama, Zona A, Kota Tambang Sawahlunto.
Kedua, Zona B, fasilitas dan infrastruktur perkeretaapian.
Ketiga, Zona C, fasilitas penyimpanan Batubara di Emmahave.
Komponen bagian situs yang ditetapkan sebanyak 12 komponen, 49 objek dengan area 268, 15 hektare.
Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. (Kompas.com/Shutterstock)
Tiga kategori dalam daftar nominasi 2019
Destinasi yang berhasil masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO akan semakin dikenal.
Tak hanya itu, destinasi itu juga akan mendapat perlindungan dari UNESCO dan bisa dibilang sejajar dengan berbagai destinasi terkenal lain di dunia.
Sejak diresmikan pada 1978 silam, daftar Situs Warisan Dunia UNESCO mencakup berbagai destinasi terkenal seperti Taman Nasional Yellowstone di AS, Taj Mahal di India, Petra di Yordania, dan Kepulauan Galapagos di Ekuador.
Tahun 2019 ini, ada tiga kategori yang berbeda dalam daftar nominasi tersebut. Kategori pertama adalah situs alam.
Kategori kedua adalah situs budaya, dan yang ketiga ialah gabungan antara unsur budaya dan alam.
Destinasi mana yang akan masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO telah melalui evaluasi panjang dari para ahli lapangan.
Mereka dikirim untuk memeriksa destinasi dan menilai tindakan apa yang sedang dilakukan untuk melestarikannya.
Nantinya pada tanggal 10 Juli 2019, pengumuman destinasi mana yang masuk ke dalam daftar salah satunya akan dilakukan melalui akun Twitter resmi UNESCO.
Di antara 44 nominasi destinasi untuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO 2019 ini, salah satunya dari Indonesia.
Destinasi itu adalah Sawahlunto yang berada di Provinsi Sumatera Barat.
Menurut keterangan di situs web resmi UNESCO, Sawahlunto merupakan kota penambangan batubara tertua di Asia Tenggara.
Aktivitas penambangan batubara telah dilakukan di sana pada abad ke-19 saat Hindia Belanda berkuasa.
Penambanan batu bara telah mengubah Sawahlunto, dari wilayah terpencil menjadi dikenal dunia luar.
Berbagai infrastruktur mulai dibangun untuk mendukung aktivitas pertambangan, seperti jaringan kereta api ke pantai barat Sumatera, hingga Pelabuhan Emmahaven yang dikenal sebagai Teluk Bayur.
Operasi penambangan batu bara selama dua abad telah menjadikan Kota Sawahlunto kental dengan interaksi budaya timur dan barat.
Hal itu terlihat dari tata ruang kota yang unik. Hingga saat ini, masih ada beberapa peninggalan sejarah di sana.
Kota Sawahlunto akan melengkapi destinasi dari Indonesia yang masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Sebelumnya, ada delapan destinasi dari Indonesia yang telah masuk daftar tersebut.
Kedelapan destinasi itu adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Situs Manusia Purba Sangiran, Taman Nasional Lorentz, Hutan Hujan Tropis Sumatera, dan Subak di Bali.(*)