Kota Pariaman
Pariaman Jadi Pusat Konservasi Penyu, 800 Tukik Dilepas ke Laut Sepanjang 2025
Keindahan pantai di Kota Pariaman, Sumatera Barat mengemban peran vital dalam upaya konservasi penyu.
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Keindahan pantai di Kota Pariaman, Sumatera Barat mengemban peran vital dalam upaya konservasi penyu.
Sejak awal tahun 2025, UPTD Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, DKP Sumatra Barat, telah berhasil melepas lebih dari 800 ekor tukik atau anak penyu ke laut.
Jumlah ini melampaui ekspektasi dan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga kelestarian biota laut yang dilindungi ini.
Kepala UPTD, Wandi Afrizal, mengungkapkan bahwa pelepasan tukik merupakan kegiatan rutin tahunan yang tidak terikat target kuantitatif.
Misi utama mereka adalah menyelamatkan telur penyu dari ancaman di alam liar dan memberikan kesempatan hidup bagi tukik.
Baca juga: Pariaman Sahkan Perubahan APBD 2025, Proyek Pembangunan Segera Dijalankan
Prosesnya dimulai dengan partisipasi aktif masyarakat.
Wandi menjelaskan bahwa konservasi penyu menerapkan sistem adopsi, di mana masyarakat yang menemukan dan menyerahkan telur penyu ke konservasi akan menerima uang transportasi sebesar Rp3.150 per butir.
Upaya konservasi di Pariaman tidak hanya tentang pelepasan tukik, tetapi juga tentang edukasi.
Sayangnya, masih banyak warga yang mengonsumsi telur penyu karena percaya mitos yang tidak berdasar.
Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Ruseimy, menegaskan bahwa keyakinan ini keliru.
Baca juga: Wagub Sumbar Nilai Lele dan Penyu Mampu Jaga Laju Ekonomi dan Konservasi di Pariaman
"Padahal dari segi kesehatan telur penyu kurang baik untuk kesehatan, lebih baik telur ayam, itik dan telur lainnya," ungkapnya.
Konservasi penyu di Pariaman hadir sebagai garda terdepan untuk melawan mitos tersebut.
Wandi Afrizal menyatakan, pihaknya ingin ke depan masyarakat sadar kalau penyu itu harus dibiarkan saja lestari di alamnya tanpa ada gangguan sama sekali.
Meskipun saat ini pelepasan tukik menjadi daya tarik wisata dengan biaya partisipasi Rp5 ribu per ekor, pihak konservasi berencana untuk menerapkan pendekatan yang lebih konservatif.
Hal ini menunjukkan komitmen serius untuk memprioritaskan kelangsungan hidup penyu di atas kepentingan komersial.
Pelepasan 800-an tukik di Pariaman bukan hanya sekadar angka, melainkan secercah harapan bagi keberlanjutan penyu di perairan Sumatra Barat.
Upaya ini menjadi pengingat bahwa konservasi adalah tanggung jawab bersama, di mana kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci utama untuk menjaga kelestarian alam.
Pariaman Sahkan Perubahan APBD 2025, Proyek Pembangunan Segera Dijalankan |
![]() |
---|
Wagub Sumbar Nilai Lele dan Penyu Mampu Jaga Laju Ekonomi dan Konservasi di Pariaman |
![]() |
---|
Bantuan Seragam Gratis dari Pemko Pariaman, Ringankan Beban Orang Tua dan Pacu Ekonomi Lokal |
![]() |
---|
Cindy Sebut Beras Asal Sumbar Miliki Kualitas Premium, Namun Produksi Pertanian Menurun |
![]() |
---|
Pemko Pariaman Pilih Optimalisasi, Capaian PBB P2 Capai Rp1,4 Miliar per Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.