BERITA POPULER SUMBAR
3 Berita Populer Sumbar: Pemuda Asal Payakumbuh Raih Penghargaan dari UNESCO, Tradisi Serak Gulo
Berikut ini 3 berita Populer Sumbar yang telah tayang selama 24 jam terakhir di Tribun Padang.
Terhitung, ia sudah tamat SMA sekitar tiga tahun lamanya.
"Saya rencana ingin kuliah di Institute Teknologi Tangerang Selatan atau Universitas Guna Dharma, di bidang IT," terangnya.
"Rencananya tahun ini atau tahun besok (2026), tapi saya berharap dapat beasiswa," pungkasnya.
Tak hanya sampai di situ, Adit juga berencana masuk di bagian cyber TNI.
Bukan tanpa alasan, keinginan masuk ke cyber TNI ujar Adit dikarenakan banyak alat canggih di instansi tersebut.
Selain itu, di instansi militer Indonesia itu, juga mencari pelaku cyber security.
Di sisi lain, di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, ancaman kejahatan juga banyak dan semakin beragam.
Niat itulah yang menguatkan Adit untuk mengejar cita-citanya hingga ke jenjang pendidikan tinggi dan menginginkan bekerja di instansi ternama.
Baca juga: Mendag Tinjau Harga Pangan di Pasar Raya Padang, Wawako Maigus Nasir Dampingi
"Di situ saya memikirkan menarik, dan peluangnya di cyber security juga tinggi," tambahnya.
Pilih Dunia Cyber Security daripada Bermain Game Online
Di balik sosok Aditya Alfiki, terdapat seorang ayah yang berhasil mendidik anaknya hingga mampu membuat keluarganya bangga.
Dia bernama Dedi Hendri.
Sosok yang mampu mengarahkan anaknya ke jalan kebaikan, bukan ke arah kriminalitas.
Dedi mengaku sudah membiarkan anaknya bermain warung internet semasa Sekolah Dasar (SD).
Baca juga: Harga Tiket Persijap vs Semen Padang FC Mulai Rp60 Ribu untuk Laga 20 November 2025
Namun, Dedi selalu membatasi jam Aditya bermain.
Bahkan ia juga mengecek ke warnet, kegiatan apa yang ia lakukan di sana.
"Anak saya sudah hobi main warnet sejak SD, tidak melarangnya, malah menyuruh, namun dibatasi waktu bermainnya hanya dua jam," ungkap Dedi saat dikonfirmasi Tribunpadang.com.
Dedi mengaku, Aditya tidak bermain game online seperti anak-anak pada umumnya ketika berada di warnet.
Fakta yang ditemukan oleh Dedi, anaknya hanya mengulik mengenai cyber security.
Takut anaknya terjerumus ke arah kriminal, Dedi lantas memperingatkan agar berada di jalan kebenaran.
"Saya ingatkan, jika itu hobinya, jangan berbuat kriminal, tapi kebaikan, dan dia menyetujuinya," sebut Dedi.
Tak sampai di situ, bahkan Dedi memfasilitasi anaknya peralatan teknologi seperti laptop dan jaringan mumpuni di rumahnya.
Tujuannya jelas, agar anaknya bisa dikontrol dan tidak merugikan pihak warnet, karena Aditya sering menguasai jaringan ketika di sana.
"Pemilik warnet melapor kepada saya, jaringan lelet dan pelanggan lain heboh karena anak saya, mereka meminta anak saya tidak usah bermain di sana lagi. Untuk itu, saya belikan ia laptop dan pasang wifi di rumah, agar bisa melanjutkan hobinya," terangnya.
Sementara itu, di sisi lain, Dedi mengaku bangga dengan anaknya.
Sebab, anaknya bisa mengharumkan nama keluarga hingga kota kelahirannya yaitu Payakumbuh.
"Jujur saya merasa bangga karena anak saya bisa meraih prestasi, tapi selalu saya ingatkan untuk selalu di jalan kebenaran," tambahnya.
2.Tradisi Serak Gulo yang secara rutin digelar oleh komunitas Muslim keturunan India Tamil di Padang, khususnya di kawasan Padang Selatan yang merupakan tempat kediaman masyarakat multi etnis, telah menjadi simbol kuat keberagaman dan toleransi.
Bertahan hingga puluhan tahun, tradisi berbagi gula ini bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan cerminan nilai-nilai luhur yang berhasil melampaui batas suku, ras, dan agama.
Antropolog dari Universitas Andalas, Prof Zainal Arifin, memberikan pandangannya tentang fenomena budaya yang menarik ini, menegaskan bahwa Serak Gulo telah berhasil membuktikan semangat multikulturalisme di Kota Padang.
“Saya melihat tradisi Serak Gulo ini berakar kuat pada nilai-nilai yang dibawa dari tanah leluhur mereka, India Selatan, yaitu keyakinan untuk selalu mau berbagi antar sesama,” ujarnya, Selasa (18/11/2025).
Nilai budaya utama yang mereka bawa adalah keyakinan bahwa mereka harus mau berbagi.
Hal ini diwujudkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas rezeki dan keselamatan, sekaligus didasari keyakinan bahwa dengan memberi, mereka juga akan menerima balasan yang sama kepada diri mereka.
Pada awalnya, tradisi ini juga berfungsi sebagai cara pemimpin komunitas perantau India di Padang untuk memperkuat kesatuan internal dan material yang dibagikan tidak terbatas pada gula, melainkan material apa saja, terutama makanan sehari-hari.
“Namun, seiring waktu, gula yang manis akhirnya dipilih menjadi material utama karena dianggap sebagai simbol perekat yang mampu menyatukan sesama, serta melambangkan ketulusan dari dalam diri untuk berbagi,” ujarnya.
Nilai ketulusan dan berbagi inilah yang kemudian dipertahankan dan ditularkan saat komunitas mereka mulai berbaur dengan etnis lain, mulai dari Minang, Tionghoa, Batak, hingga Jawa di Padang Selatan.
Menjawab pertanyaan mengenai adanya proses akulturasi kebudayaan, Zainal Arifin menegaskan hal tersebut adalah keniscayaan dalam setiap realitas sosial budaya.
“Secara teoritis, tidak ada tradisi yang tidak mengalami perubahan mengikuti ruang dan waktu,” tambahnya.
Secara ruang, ketika tradisi dibawa ke wilayah berbeda seperti Padang, ia akan mengalami susupan atau pengaruh dari budaya sekitar dan akan berubah menyesuaikan lingkungan baru yang dihadapinya.
Begitu juga dengan waktu, tradisi akan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan fungsional para pelakunya, sehingga berbeda generasi sangat mungkin akan mengalami perubahan.
“Artinya, Serak Gulo yang hari ini kita saksikan di Padang adalah produk akulturasi yang telah disesuaikan agar tetap relevan dan fungsional di tengah masyarakat multietnis,” tuturnya.
Zainal Arifin melihat keberhasilan Serak Gulo bertahan dan melibatkan masyarakat multi etnis secara luas sebagai bukti nyata bahwa semangat keberagaman atau multikultural di Padang telah tercapai.
Nilai-nilai budaya yang dibawa oleh komunitas India Tamil membuktikan bahwa nilai-nilai tersebut bukan hanya untuk kepentingan komunitasnya saja, tetapi juga untuk sesama dari semua etnis.
Hal ini disebabkan karena dalam keyakinan Muslim India Tamil, Serak Gulo adalah wujud syukur dan kesucian diri untuk selalu berbagi, tanpa memandang ras, agama, dan suku bangsa.
Oleh sebab itu, tradisi Serak Gulo sejak awal memang menunjukkan semangat kebersamaan yang bersifat multikultural.
Mengenai isu sensitif seperti labelisasi non-Pancasila atau intoleran yang terkadang dilabelkan ke Sumatera Barat, Zainal Arifin berpandangan bahwa tradisi ini secara tidak langsung dapat menepis isu tersebut.
Komunitas Muslim India hanya menjalankan tradisi warisan nenek moyang mereka.
“Namun, bila Pancasilais dimaknai sebagai wujud pengakuan akan keragaman, maka tradisi ini bisa dikatakan sebagai nilai bernuansa Pancasilais,” tuturnya.
Begitu juga bila intoleran dimaknai sebagai ketidakpedulian dengan orang lain di sekitarnya, maka tradisi Serak Gulo ini adalah tradisi yang sangat toleran.
Ia menekankan bahwa nilai luhur saling berbagi ini selayaknya tetap dipertahankan dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah.
Komunitas India sudah menunjukkan dampak positif dari keyakinan dan arti pentingnya saling berbagi ini, tidak saja untuk komunitasnya sendiri, tetapi juga untuk komunitas lain di sekitarnya.
Oleh sebab itu, dukungan pemerintah daerah dalam mensupport tradisi ini menjadi sangat penting, tidak saja dalam bentuk dukungan sarana prasarana yang dibutuhkan, termasuk material (gula) yang menjadi media pengikat persatuan ini.
Bahkan, ia menyarankan agar pemerintah daerah bisa mengembangkan tradisi ini ke depan, tidak hanya membantu masyarakat dalam bentuk gula sebagai media utamanya, tetapi juga bisa dikembangkan dalam bentuk material lain seperti sembako dan bahan pangan lainnya.
Hal ini akan semakin menguatkan fungsi sosial tradisi Serak Gulo sebagai jembatan solidaritas antar umat di Padang.
Secara keseluruhan, Prof Zainal Arifin menambahkan bahwa tradisi Serak Gulo adalah tradisi berbasis keyakinan diri sebagai makhluk manusia yang selalu harus bersyukur dengan pemberian Tuhan.
Semangat memberi dalam tradisi ini pada awalnya hingga sekarang memang ditujukan pada semua umat, tanpa membedakan kelompok etnis.
Ketika tradisi ini dibawa ke daerah rantau, tradisi ini juga dijadikan sebagai bentuk pengikat solidaritas sesama anggota komunitas keturunan India di Kota Padang, Sebagai bentuk penguatan identitas sesama India perantau, dan sebagai bentuk penguatan solidaritas antar komunitas sebagai komunitas yang minoritas.
3.Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, mendampingi Menteri Perdagangan (Mendag) RI, Budi Santoso, meninjau kondisi harga dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok di Pasar Raya Padang, Selasa (18/11/2025).
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda pemerintah pusat untuk memastikan stok bahan pokok tetap aman dan harga berada pada level stabil menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Setibanya di Pasar Raya Blok III, Mendag Budi Santoso langsung memantau sejumlah komoditas utama seperti cabai, bawang merah dan putih, telur, beras, minyak goreng, serta kebutuhan pokok lainnya.
Turut hadir Gubernur Sumbar, Mahyeldi, sejumlah pimpinan OPD Pemprov Sumbar dan Pemko Padang, serta unsur terkait lainnya.
“Kita mengapresiasi harga bahan pokok di Pasar Raya Padang yang relatif stabil, seperti cabai, telur, bawang, beras hingga minyak goreng. Semoga kestabilan ini tetap terjaga hingga memasuki libur Nataru,” ujar Mendag.
Selain mengecek harga, Mendag juga memuji suasana Pasar Raya Padang yang dinilainya ramai, kondusif, dan menunjukkan aktivitas perdagangan yang bergairah.
Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, menyampaikan apresiasi atas kunjungan Mendag. Menurutnya, kehadiran Menteri Perdagangan memberikan dorongan bagi pedagang sekaligus memperkuat sektor perdagangan daerah.
“Terima kasih kepada Pak Menteri yang telah hadir langsung meninjau dan memberikan motivasi kepada pedagang di Pasar Raya Padang. Semoga kunjungan ini membawa angin segar bagi geliat perekonomian kota kita,” ujar Maigus.(*)
| 3 Berita Populer Sumbar: Kebakaran di Bukittinggi, Operasi Zebra Singgalang 2025, Potensi Banjir Rob |
|
|---|
| 3 Berita Populer Sumbar: Kisah Roni ODGJ, Operasi Zebra Singgalang, Kapal dari Sibolga Patah As |
|
|---|
| 3 Berita Populer Sumbar: Daftar UMP, Angka Pengangguran Naik, Peringatan Dini Gelombang Tinggi |
|
|---|
| 4 BERITA POPULER SUMBAR: Bunga Bangkai Raksasa Mekar di Agam, Kasus Campak Disorot Pakar Epidemiolog |
|
|---|
| 4 BERITA POPULER SUMBAR: Dugaan Korupsi APBDes di Mentawai, Mutasi 7 Pejabat Eselon II Bukittinggi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/padang/foto/bank/originals/Aditia-Alfiki-pemuda-asal-Kota-Payakumbuh-18112025.jpg)