Berita Populer Sumbar

4 BERITA POPULER SUMBAR: Bunga Bangkai Raksasa Mekar di Agam, Kasus Campak Disorot Pakar Epidemiolog

Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).

Editor: Rezi Azwar
TribunPadang.com/Muhammad Iqbal
BUNGA BANGKAI MEKAR- Tour Guide, Heru Septian saat memberikan keterangan di lokasi mekarnya bunga bangkai di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kabupaten Agam, Kamis (13/11/2025). Sejumlah berita menarik TribunPadang.com dalam 24 jam terakhir, yang disajikan pada berita populer Sumatera Barat (Sumbar). 
Ringkasan Berita:
  • Bunga bangkai raksasa mekar dengan sempurna di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam.
  • Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat, mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).
  • Polres Padang Pariaman tangkap pelaku pencurian dengan kekerasan yang sempat buron.
  • Polres Payakumbuh juga mengamankan pelaku pencuri cabai yang sebelum masuk daftar pencarian orang.

TRIBUNPADANG.COM - Sejumlah berita menarik TribunPadang.com dalam 24 jam terakhir, yang disajikan pada berita populer Sumatera Barat (Sumbar).

Ada berita terkait bunga bangkai raksasa mekar dengan sempurna di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam.

Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).

Sorotan ini muncul dari Prof Defriman Djafri, yang menilai masih kurangnya peran dari tenaga kesehatan dari fasilitas kesehatan yang ada dalam menggencarkan upaya imunisasi.

Baca juga: Cuaca 7 Kota di Sumbar 14 November 2025, Seluruh Wilayah Diprakirakan Berawan

Ia menilai campak merupakan, penyakit yang dapat dicegah penyebaran, sehingga tidak perlu sampai suatu wilayah harus mendapatkan kejadian luar biasa.

Kemudian, Polres Padang Pariaman tangkap pelaku pencurian dengan kekerasan yang sempat buron.

Polres Payakumbuh juga mengamankan pelaku pencuri cabai yang sebelum masuk daftar pencarian orang.

Baca juga: Dua Guru Bersyukur Dapat Rehabilitasi dari Presiden Prabowo: Jangan Ada Kriminalisasi terhadap Guru!

Baca berita selengkapnya:

1. Bunga Bangkai Raksasa Mekar di Agam Menjulang 2,5 Meter, Bau Menyengat Tercium Jarak 50 Meter

BUNGA BANGKAI RAKSASA: Proses pengukuran bunga bangkai raksasa yang mencatatkan rekor dunia tahun 2022 di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Minggu (4/12/2022) lalu. Tour Guide, Heru sebut ketinggian bunga tersebut capai 5 meter.
BUNGA BANGKAI RAKSASA: Proses pengukuran bunga bangkai raksasa yang mencatatkan rekor dunia tahun 2022 di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Minggu (4/12/2022) lalu. Tour Guide, Heru sebut ketinggian bunga tersebut capai 5 meter. (Dok. Heru)

Bunga bangkai (Amorphophallus) raksasa mekar sempurna di Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Fenomena alam langka ini segera menarik perhatian warga dan sudah memasuki hari ketiga mekar sejak Selasa (11/11/2025).

Pantauan Tribunpadang.com, lokasi mekarnya bunga bangkai tersebut berjarak sekitar 18 sampai 19 kilometer dari pusat Kota Bukittinggi.

Baca juga: Ribuan Bibit Bunga Bangkai di Nagari Koto Rantang Agam, Bunga Setinggi 2,5 Meter Mekar Sempurna

Perjalanan menggunakan sepeda motor dari Kota Bukittinggi menuju Jorong Sitingkai sendiri menghabiskan waktu selama 23 menit.

Lalu, dari jalan lintas Bukittinggi-Lasaman, tepatnya di Nagari Koto Rantang, lokasi mekarnya bunga bangkai berkisar 3,5 kilometer.

Sedangkan perjalanan ke sana bisa dilewati menggunakan sepeda motor maupun roda empat.

Dengan perkiraan, menghabiskan waktu selama 30 menit menggunakan sepeda motor untuk sampai di titik lokasi mekarnya bunga langka tersebut.

Baca juga: Bupati Annisa Hadiri Malam Syukuran HUT UNDHARI, Auditorium Dara Jingga Penuh Tawa

Kondisi jalan menuju mekarnya bunga bangkai tersebut tidaklah mulus seperti jalan raya pada umunnya.

Jalan menuju ke sana berkerikil, tanah liat, pasir dan bergelombang.

Tidak hanya itu, jalanan juga mendaki dan menurun. Sementara di sisi kanan dan kiri jalan ditumbuhi semak belukar.

Di sepanjang jalan, Tribunpadang.com menyaksikan pemandangan semak belukar, tebing, ladang petani hingga jurang di sisi kiri dan kanan jalan.

Dengan catatan, dari jalan raya Bukittinggi-Pasaman, Tribunpadang.com menempuh waktu 20 menit menggunakan sepeda motor hingga titik luar lokasi mekarnya bunga bangkai.

Dari titik luar atau masih di jalan setapak, Tribunpadang.com menghabiskan waktu kurang lebih 7 menit lagi menuju sebuah dangau.

Lalu, dari dangau menuju lokasi mekarnya bunga bangai, Tribunpadang.com menghabiskan waktu selama 3 menit dengan berjalan kaki.

Perjalanan Tribunpadang.com ke sana ditemani Tour Guide, Heru Septian.

Dalam pernyataannya, Heru menyebut bunga bangkai tersebut sudah mekar sejak Selasa (11/11/2025) lalu.

Baca juga: Jadwal Acara ANTV Jumat 14 November 2025: Ada Mega Bollywood Kuch Kuch Hota Hai

"Mekarnya sudah sejak 11 November lalu," ujarnya saat memberikan keterangan kepada Tribunpadang.com, Kamis (13/11/2025).

Ia melanjutkan, untuk sekarang, bunga bangkai tersebut sudah mekar selama tiga hari.

"Ini hari ketiga mekarnya. Di hari pertama dan kedua mekar itu tercium bau bangkai dari jarak 50 meter, sekarang sudah tidak ada lagi," sebutnya.

Heru menjelaskan ciri-ciri dari bunga bangkai saat mekar kelopaknya berwarna merah dan mengambang sempurna di hari Selasa (11/11/2025).

Sedangkan dari sisi pucuknya, menjulang ke atas dan berwarna kecoklatan dengan ketinggian 2,5 meter.

"Pas awal mekar, kelopak bunganya berwarna kemerahan, kalau di hari ketiga ini sudah mulai kecoklatan di bagian ujungnya," ungkapnya.

"Sedangkan di bagian spaldix (pucuk), saat mekar berwarna kecoklatan, kalau sekarang sudah mulai menguning di bagian pucuk," sambungnya.

Heru menambahkan, untuk proses penyerbukan bunga bangkai sendiri sudah habis.

"Penyerbukannya itu terjadi pada hari pertama dan kedua, sedangkan hari ketiga ini sudah selesai," katanya.

Sementara itu, pantauan Tribunpadang.com di lapangan, bunga tersebut tidak lagi mengeluarkan bau (bangkai).

Baca juga: Bunga Bangkai di Palupuh Agam Pecahkan Rekor Dunia di Tahun 2022, Tinggi Capai 5 Meter

Namun, saat diarahkan oleh tour guide untuk meniup di bagian dalam bunga, bau bangkai tersebut bisa tercium.

Sedangkan dari sisi kelopak, Tribunpadang.com melihat warnanya merah maroon. Lalu di bagian ujung kelopak, beberapa sudah berwarwa kecoklatan.

Kelopaknya juga terlihat sudah menguncup ke bagian atas.

Lalu di bagian pucuk (spaldix) berwarna kekuningan dan kecoklatan di bagian pangkal, yang mengarah ke bagain kelopak bunga.(*)

2. Penyakit Campak Merebak di Sumbar, Epidemiolog  Soroti Rendahnya Peran Tenaga Kesehatan

Ilustrasi campak -
Ilustrasi campak - (Ilustrasi TribunPadang.com/Fuadi Zikri)

Tingginya angka penyakit campak di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) mendapat sorotan dari epidemilog Universitas Andalas (Unand).

Sorotan ini muncul dari Prof Defriman Djafri, yang menilai masih kurangnya peran dari tenaga kesehatan dari fasilitas kesehatan yang ada dalam menggencarkan upaya imunisasi.

Ia menilai campak merupakan, penyakit yang dapat dicegah penyebaran, sehingga tidak perlu sampai suatu wilayah harus mendapatkan kejadian liar biasa.

Baca juga: HARGA HP Oppo Terbaru Kamis 13 November 2025: Oppo A98 5G, Oppo A76, Oppo A60

“Sejauh ini imunisasi dapat menjadi tameng yang kuat untuk penyakit campak, jadi kalau anak sudah mendapat imunisasi otomatis tidak ada kasus positif campak,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).

Prof Defriman sejatinya sudah memprediksi akan terjadi penurunan tingkat imunisasi ini sejak Covid 19.

Hanya saja, ia menilai persoalan ini masih bisa diatasi oleh nakes dengan melakukan edukasi lebih dan upaya ekstra untuk mengembalikan keyakinan orang tua.

“Harus ada upaya ekstra, soalnya situasinya berbeda. Kalau masih pakai cara lama, tentu sulit untuk meningkatkan angka imunisasi,” ujarnya.

Ia menerangkan penyakit campak yang sejauh ini terjadi, tidak terlepas dari rendahnya angka imunisasi.

Sedangkan pengaruh cuaca bukan menjadi faktor sentral, karena belum ada hasil penelitian yang menunjukkan cuaca menjadi penyebab campak.

“Kalau cuaca ini lebih pada penyakit yang ditularkan oleh hewan seperti malaria dan DBD,” ujarnya.

Selain itu penyebaran kasus campak sebagai kategori penyakit menular peluangnya juga sangat kecil jika calon korban sudah dibekali imunisasi.

Sehingga, ia menilai peningkatan angka kasus campak yang sejalan dengan rendahnya angka imunisasi merupakan hal yang normal.

Malah ia akan lebih konsen jika kasus campak meningkat di tengah angka imunisasi yang tinggi.

“Kalau itu terjadi baru muncul pertanyaan baru, apakah ada jenis campak baru atau sebagainya,” ujar Defriman.

Kasus Campak Melonjak di Padang

KASUS CAMPAK- Penampakan bagian luar dari Puskesmas Ambacang yang berlokasi di Jalan By Pass, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (13/11/2025).
KASUS CAMPAK- Penampakan bagian luar dari Puskesmas Ambacang yang berlokasi di Jalan By Pass, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis (13/11/2025). (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Kota Padang, Sumatera Barat sedang menghadapi ujian serius setelah adanya peningkatan suspek kasus campak hingga penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kelurahan Lubuk Lintah sejak awal November 2025.

Data yang ada lonjakan kasus campak terjadi sejak awal Oktober 2025 hingga pekan kedua November 2025 ini, berdasarkan wawancara TribunPadang.com dengan Kepala Puskesmas Ambacang, Puskesmas Pauh dan Puskesmas Andalas.

Baca juga: Jadwal Kapal KM Sabuk Nusantara 37 November 2025: Hari Ini Singgah di Teluk Bayur

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa peningkatan angka kasus campak sejalan dengan menurunnya angka imunisasi campak sepanjang tahun 2025.

Di Puskesmas Ambacang angka imunisasi campak masih berkisar Angka 40 persen, Puskesmas Pauh 60 persen dan Puskesmas Andalas masih belum mencapai standar angka imunisasi nasional.

Kepala Puskesmas Ambacang Riny Zulfianty, mengatakan, korban positif campak di Lubuk Lintah setelah ditelusuri ternyata memang belum melakukan imunisasi.

“Memang ketiganya belum imunisasi, makanya setelah penetapan KLB kami lakukan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi massal,” ujarnya.

Ia menyebut imunisasi masih menjadi kendala pihaknya untuk mencegah kasus campak, meski telah melakukan berbagai pendekatan.

Riny mengaku sudah melakukan pendekatan baik melalui Posyandu, sekolah bahkan rumah ke rumah.

“Kalau tahap awal tentu kita sosialisasikan, lalu, kita edukasi tapi masih belum bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Ia melihat kendala yang muncul dalam pelaksanaan imunisasi akibat izin dari orang tua anak.

Hal ini bermula dari vaksinasi covid 19 yang menghadirkan narasi negatif akan virus yang disuntikkan dalam tubuh anak.

“Banyak masyarakat menilai imunisasi ini sama dengan vaksinasi. Mereka takut terjadi sesuatu pada anak,” ujarnya.

Rasa takut ini, tidak hanya datang dari ibu, tapi juga ayah.

Sehingga saat pihaknya coba melakukan pendekatan persuasif pada ibu, tapi mereka tetap beralasan dengan mengatakan tidak ada izin dari ayah si anak.

“Kalau izin ayah yang tidak ada tentu kami tidak bisa lagi mensiasati. Soalnya kami tidak bisa menyentuh ayah anak, secara langsung,” ujarnya.

Pernyataan Riny ini, sejalan dengan fenomena di Puskesmas Pauh yang juga mengalami peningkatan angka suspek campak dalam dua bulan ini.

Kepala Puskesmas Pauh Mela Aryanti, mengatakan, angka imunisasi di tempatnya masih rendah karena ketakutan orang tua.

Ia membenarkan bahwa vaksinasi COVID 19 menjadi satu penyebab, namun penyebab lain yang ia sadari adalah konsumsi hoaks di tengah masyarakat.

Baca juga: Rekap Kumamoto Masters 2025: Badai Kekalahan Landa Sederet Wakil Indonesia yang Tersisa   

“Saat ini semua masyarakat terkhusus orang tua muda, selalu bersentuhan dengan media sosial. Informasi yang berseliweran di medsos ini cukup sentral membangun narasi negatif imunisasi,” ujarnya.

Alhasil informasi di media sosial tersebut bercampur dalam kehidupan nyata para orang tua, sehingga mempengaruhi angka imunisasi.

Bahkan ia melihat ada orang tua yang sudah yakin untuk melakukan imunisasi, bisa berubah pikiran dalam perjalanan ke fasilitas kesehatan akibat opini yang muncul dari mulut ke mulut.

“Ini kendala kami sebenarnya. Padahal vaksin covid 19 dan imunisasi campak ini dua hal yang berbeda. Imunisasi campak ini sudah teruji secara medis dan digunakan oleh masyarakat sejak dulu. Berbeda dengan vaksin covid yang pengerjaannya bersifat situasional sehingga masih butuh banyak uji coba,” tuturnya.

3. Buronan Curas di Padang Pariaman Tertangkap di Banten Usai Pamer di TikTok

BURONAN LIVE TIKTOK - Seorang buronan kasus Pencurian dengan Kekerasan (Curas) dari Padang Pariaman, Sumatera Barat, berinisial FRE alias Mamat, harus mengakhiri pelariannya setelah nekat melakukan siaran langsung (live) di aplikasi TikTok. Ia diciduk Tim Gagak Hitam Satreskrim Polres Padang Pariaman di tempat persembunyiannya di Pandeglang, Banten. Penangkapan dramatis ini terjadi pada Rabu (12/11/25) sekitar pukul 16.00 WIB.
BURONAN LIVE TIKTOK - Seorang buronan kasus Pencurian dengan Kekerasan (Curas) dari Padang Pariaman, Sumatera Barat, berinisial FRE alias Mamat, harus mengakhiri pelariannya setelah nekat melakukan siaran langsung (live) di aplikasi TikTok. Ia diciduk Tim Gagak Hitam Satreskrim Polres Padang Pariaman di tempat persembunyiannya di Pandeglang, Banten. Penangkapan dramatis ini terjadi pada Rabu (12/11/25) sekitar pukul 16.00 WIB. (Polres Padang Pariaman)

Jejak digital tak bisa dibohongi, seorang buronan kasus Pencurian dengan Kekerasan (Curas) dari Padang Pariaman, Sumatera Barat, berinisial FRE alias Mamat, harus mengakhiri pelariannya setelah nekat melakukan siaran langsung (live) di aplikasi TikTok.

Ia diciduk Tim Gagak Hitam Satreskrim Polres Padang Pariaman di tempat persembunyiannya di Pandeglang, Banten. Penangkapan dramatis ini terjadi pada Rabu (12/11/25) sekitar pukul 16.00 WIB.

Menurut Kasat Reskrim Polres Padang Pariaman, AKP Nedrawati, keberadaan Mamat terdeteksi oleh petugas di Jalan Raya Ahmad Yani Gang Biomed No 51 Curugsawer, Pandeglang, Provinsi Banten.

Baca juga: Angka Imunisasi Campak Rendah di Padang, Nakes Minta Nikita Willy hingga Raffi Ahmad Ambil Bagian

"Petugas kami dari Tim Gagak Hitam berhasil melacak dan mengamankan pelaku di lokasi persembunyiannya, tepat setelah yang bersangkutan selesai melakukan live di TikTok," jelas AKP Nedrawati, Kamis (13/11/2025).

Mamat diketahui merupakan pelaku Curas yang beraksi pada Jumat (7/11/2025) dini hari di Korong Toboh Sikaduduak, Padang Pariaman.

Dalam aksinya, pelaku berhasil membawa kabur barang berharga milik korban berupa 1 unit iPhone 16 Promax dan dua buah gelang emas dengan total berat 32 emas.

Setelah menerima laporan korban, Satreskrim Polres Padang Pariaman segera melakukan penyelidikan intensif, yang akhirnya mengarah pada identitas dan pelacakan lokasi Mamat hingga ke Pulau Jawa.

Baca juga: Panduan ke Lokasi Bunga Bangkai Mekar di Agam, Siapkan Fisik dan Motor yang Kuat Lewati Jalan Terjal

Pelaku saat ini telah diamankan dan akan segera dibawa kembali ke Mapolres Padang Pariaman untuk menjalani proses hukum.

Ia dijerat dengan Pasal 365 ayat (1) dan ayat (2) KUHPidana tentang Pencurian dengan Kekerasan, dengan ancaman hukuman penjara maksimal sembilan tahun.

"Kasus ini menunjukkan komitmen kami dalam memberantas kejahatan, dan juga menjadi pelajaran bahwa jejak kejahatan sulit disembunyikan di era digital ini," tutup Kasat Reskrim.(*)

4. Sempat Buron, Pelaku Pencurian Cabai Ditangkap Saat Jualan Ikan di Pasar Ibuh Payakumbuh

PENANGKAPAN PELAKU PENCURIAN: Penampakan terduga pelaku pencurian cabai di sebuah kedai di di Pasar Ibuh pada Desember 2023 lalu saat berada di Mapolres Payakumbuh, Kamis (13/11/2025). Kasat Reskrim Polres Payakumbuh, IPTU Andrio sebut terduga pelaku merupakan DPO pencurian cabai.
PENANGKAPAN PELAKU PENCURIAN: Penampakan terduga pelaku pencurian cabai di sebuah kedai di di Pasar Ibuh pada Desember 2023 lalu saat berada di Mapolres Payakumbuh, Kamis (13/11/2025). Kasat Reskrim Polres Payakumbuh, IPTU Andrio sebut terduga pelaku merupakan DPO pencurian cabai. (Polres Payakumbuh)

Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Payakumbuh berhasil mengamankan seorang pria diduga melakukan tindak pidana pencurian, Kamis (13/11/2025) pukul 09:30 WIB.

Terduga pelaku diamankan di Pasar Ibuh, Blok Timur, Kelurahan Koto Kociak Tapak Rajo, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh.

Kasat Reskrim IPTU Andrio Putra Siregar mengatakan bahwa terduga pelaku berinisial R (45), berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar tersebut.

Baca juga: Wakil Taiwan Chou Tien Chen Tersisih Oleh Pebulu Tangkis Bukan Unggulan Asal Thailand

"Pelaku ditangkap oleh pihak berwajib saat berjualan ikan di Komplek Pasar Ibuh Kota Payakumbuh," ungkapnya dalam keterangan tertulis.

Ia melanjutkan, terduga pelaku merupakan salah satu tersangka yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Sat Reskrim Polres Payakumbuh.

R (45) diduga melakukan kasus pencurian cabai yang terjadi di sebuah kedai di Pasar Ibuh pada Desember 2023 lalu.

"Penangkapan ini merupakan pengembangan dari laporan polisi LP/B/344/XII/2023/SPKT/Polres Payakumbuh/Polda Sumbar tanggal 13 Desember 2023, tentang dugaan tindak pidana pencurian sesuai dengan Pasal 363 KUH-Pidana," katanya.

Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini 13-14 November 2025: Waspada Hujan Disertai Petir

IPTU Andrio menyebut, penangkapan terhadap terduga pelaku berawal dari Tim Opsnal Satreskrim Polres Payakumbuh mendapatkan informasi akurat tentang keberadaannya.

Saat ditangkap, R (45) sudah mengakui perbuatannya dan telah menjual barang bukti berupa cabai di Pasar Gadut, Kecamatab Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, barang bukti yang dicuri oleh tersangka telah terjual senilai Rp 800.000,- dan uang hasil penjualan barang bukti curian tersebut telah habis untuk kebutuhan pribadi tersangka," sebutnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved