Kabupaten Padang Pariaman

Terungkap Alasan Zai Mengasingkan Diri, Sakit-Sakitan dan Takut Ganggu Kenyamanan Keluarga

Zai, telah memilih untuk mengasingkan diri dan tinggal di sebuah gubuk plastik sederhana berukuran dua kali dua meter di Padang Pariaman Sumbar.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
Foto: Panji Rahmat/tribunpadang.com
Zainal Arifin, 60 tahun, warga Padang Pariaman yang mengasingkan diri karena sakit. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Zainal Arifin, yang akrab disapa Zai, telah memilih untuk mengasingkan diri dan tinggal di sebuah gubuk plastik sederhana berukuran dua kali dua meter di Padang Pariaman Sumbar.

Keputusan ini diambilnya setelah merasa bahwa kondisi kesehatan yang menurun semakin mengganggu kenyamanan keluarganya. 

Zai, yang berusia 60 tahun, telah mengalami berbagai masalah kesehatan selama beberapa tahun terakhir, termasuk batuk berlebihan.

Bahkan, ia seringkali mengeluarkan darah dan lendir saat buang air besar, yang menyebabkan bau tidak sedap dan mengganggu ketenangan keluarganya.

“Saya itu sakit-sakitan sudah empat tahun terakhir, sehingga sering batuk berlebihan. Jadi mengganggu kenyamanan orang. Makanya saya pilih untuk tinggal menyendiri seperti ini,” ujar Zai dengan mata berlinang saat ditemui TribunPadang.com,  Sabtu (26/4/2025).

Baca juga: Pria di Padang Pariaman Asingkan Diri di Gubuk Plastik Akibat Sakit Parah

Zai menyebut dua orang anaknya tinggal di rumah bersama adik kandungnya yang berjarak lima meter di samping kanan gubuk tersebut. 

Sedangkan anaknya yang satu lagi tinggal di Lubuk Basung bersama keluarganya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Zai mengandalkan hasil mengemis di pasar Lubuk Basung setiap hari, mulai pukul 15.00 hingga pukul 18.00 WIB.

Dengan penghasilan sekitar Rp30 ribu per hari, ia mampu membeli bahan-bahan sederhana seperti plastik bening dan semen untuk memperbaiki gubuknya.

Selain itu, Zai juga kembali mengasah keterampilannya dalam membuat patung kayu, sebuah keterampilan yang ia pelajari saat muda.

Ia berharap dapat menjual patung-patung kayu tersebut untuk menambah pemasukan dan memperbaiki keadaan.

Sementara itu, keluarga Zai, termasuk anak-anak dan keponakannya, sempat melarang Zai untuk hidup terasing, tetapi ia tetap teguh pada pilihannya. 

Kemenakannya, Efinaldi, mengungkapkan bahwa Zai memang memiliki kebiasaan hidup berpindah-pindah sejak muda. Setelah istrinya meninggal, Zai merasa lebih nyaman tinggal sendirian, meski dengan segala keterbatasan.

“Dulu pernah dibangunkan rumah, malah ia bongkar karena ingin pindah ke tempat lain. Tapi kondisi kesehatannya saat ini membuatnya kembali ke lokasi rumah yang pernah ia bongkar tersebut, lalu, tinggal menyendiri,” ujar Efinaldi.

Zai mengaku tidak pernah berobat ke rumah sakit meski penyakitnya semakin parah. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved