Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Siap Direlokasi, Korban Banjir di Galuang Sumbar Yakini Lokasi Mereka Tinggal Jalur Gunung Marapi

Tidak hanya sekali banjir lahar dingin sudah kali kedua menghantam rumah delapan warga Galuang, Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat yang habis tak tersi

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Belasan ibuk-ibuk menyiapkan makan siang di dapur umum Nagari Sungai Puar untuk memasok makanan penyintas banjir lahar dingin di jorong Kapalo Koto dan Galuang, Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, Jumat (17/5/2024). 

TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Tidak hanya sekali banjir lahar dingin sudah kali kedua menghantam rumah delapan warga Galuang, Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat yang habis tak tersisa.

Kedelapan warga itu sudah dua kali mendapati banjir lahar dingin menghantam rumah mereka.

Suharni diantaranya, pada banjir pertama sudah panik tidak karuan, meski air banjir lahar dingin pertama (April 2024) hanya setinggi lutut.

"Banjir pertama itu saja kami sudah sangat panik. Apalagi banjir yang kedua, traumanya sangat mendalam," ujarnya.

Ia mengaku bahwa pada banjir kedua, memang sedang tidak berada di rumah.

Baca juga: Trauma, Korban Banjir Lahar Dingin Marapi di Galuang Sungi Puar Sumbar Sepakat untuk Relokasi

Hanya saja, ketika saat pagi datang, kondisi rumahnya sudah rata dengan tanah tidak tersisa satupun.

Melihat itu, tangis tidak bisa ia bendung, terlebih tetangga lainnya juga mengalami hal yang sama.

Tidak hanya kehilangan rumah, tetangga Suharni juga kehilangan orang tercinta mereka.

Sampai sekarang satu tetangganya masih menunggu kabar dari sang suami yang belum kunjung ditemui tim gabungan.

"Bagaimana saya tidak takut, tempat tinggal saya itu sepertinya memang jalur aliran kawah Gunung Marapi," tuturnya.

Baca juga: Kisah Pilu Rafa, Murid SD yang Menulis Puisi Tentang Lingkungan Sebelum Bencana Galodo Sumbar

Berdasarkan pengakuan sejumlah warga, Suharni mendapat informasi pada banjir lahar sebelumnya puluhan tahun silam, lokasi itu memang sudah sering dihantam lahar dingin atau lahar panas gunung Marapi.

Kendati demikian selama tinggal di sana (10 tahun silam), Suharni baru dua kali merasakan banjir lahar dingin ini.

Meski baru dua kali, ia sudah tidak berani lagi untuk tinggal di lokasi yang sama. Trauma mendalam masih menyelubunginya. (*)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved