Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Jatuh Bangun Seswati Naiki Tangga Selamatkan Diri saat Dihantam Banjir Lahar Dingin Agam Sumbar

Seswati, warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumbar mengenang perjuangan hebatnya dihantam banjir bandang lahar dingin yang melanda daerah itu, Sabtu

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rizka Desri Yusfita
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Seswati warga Kapalo Koto, Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat periode berlayar kondisi rumahnya yang rusak berat dihantam banjir lahar dingin, Rabu (17/5/2024) 

Tidak Ada yang Selamat

Seswati masih belum percaya banjir sebesar dan sekuat itu datang tanpa memberi pertanda apapun.

Ia tidak bisa menyelamatkan apapun barang miliknya, termasuk Hp yang seharusnya selalu ada di genggaman Seswati.

"Saya sama sekali tidak menduga, makanya saya masih bisa berbincang di teras dengan tetangga," ujarnya.

Selama tinggal di Kapalo Koto, Seswati mengaku, ini banjir kedua yang ia rasakan setelah April 2024.

Pada saat banjir lahar dingin pertama, air hanya mengaliri aliran sungai, tapi debitnya lebih besar.

Sementara kemarin, air tidak jelas arahnya, melebar kemana-mana, menghantam apapun yang ia lewati.

Ia menilai, banjir serupa ini sebenarnya sejak Gunung Marapi meletus sudah diprediksi warga, karena Kapalo Koto termasuk aliran kawah Gunung Marapi.

"Prediksi ada, tapi waktunya tidak jelas. Makanya tidak ada satupun warga yang mengungsi," katanya.

Anak dan Keponakan Sempat Lihat Anak Ustaz Syaukani Sani Hanyut

Saat keponakan dan anak Seswati hilang beberapa waktu saat banjir lahar dingin, mereka menyelamatkan diri di atas pohon jambu.

Baca juga: Teriakan Debit Air Naik Bangunkan Azimar dan Keluarga saat Banjir Bandang Lahar Dingin Sumbar

Di atas pohon itu, mereka melihat langsung sejumlah material yang melewati rumah mereka.

"Mereka lihat ada kulkas, mesin cuci, kayu, pohon, batu, motor dan lainnya dihanyutkan air," kata Seswati mengingat pengakuan keponakan dan anaknya.

Bahkan mereka juga melihat langsung putri ustaz Syaukani Sani, lewat di bawah mereka.

Kepala anak itu masih berada di atas air, sedangkan tubuh mungilnya tidak mampu menggapai apapun.

Kondisinya terseret dalam sapuan banjir lahar dingin yang besar itu.

"Ia sempat minta tolong dan menangis, tapi anak dan keponakan saya tidak bisa membantu," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Padang
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved