Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi

Terjebak Banjir, Nenek 70 Tahun di Agam Selamat, Zubaidah: Enggak Ada yang Dilakuin selain Doa

Satu di antaranya kisah Zubaidah, nenek 70 tahun yang tinggal di Jalan Bukittinggi-Maninjau, Kecamatan Koto Tuo, Kabupaten Agam.

Editor: Rizka Desri Yusfita
Tribunnews/Reynas Abdila
Nenek Zubaidah berbagi kisah menghadapi arus kuat banjir bandang atau galodo. 

TRIBUNPADANG.COM - Musibah banjir bandang lahar dingin Sumbar menyisakan segudang cerita.

Satu di antaranya kisah Zubaidah, nenek 70 tahun yang tinggal di Jalan Bukittinggi-Maninjau, Kecamatan Koto Tuo, Kabupaten Agam.

Saat galodo menerjang, Zubaidah hanya seorang diri di dalam rumahnya.

Anak, menantu, dan cucunya menetap di Kota Padang, Sumatera Barat.

Tidak ada firasat sama sekali banjir bandang akan turun sebab intensitas hujan nampak normal.

“Nenek mau tidur habis makan itu sekitar pukul 21.30 WIB kemudian dengar suara gemuruh kencang sekali dari depan dan belakang rumah,” ucapnya kepada Tribun Network, Selasa (14/5/2024).

Baca juga: DETIK-DETIK Menegangkan Liviya dan Kawan-Kawan Terbawa Arus Banjir Bandang Sumbar, Akhirnya Selamat!

Zubaidah mencoba menengok apa yang terjadi di luar rumahnya.

Tidak disangka arus galodo setinggi dua meter mengapit rumahnya.

Derasnya air banjir bandang membuat bagian depan rumah dan dapur Zubaidah rusak berat.

Dia mencoba menahan pintu ruang tamunya dengan kursi.

Namun upaya tersebut tidak berarti banyak, bagian dalam rumah dimasuki lumpur setinggi lutut.

Zubaidah menyaksikan setidaknya ada delapan motor yang ikut hanyut terbawa banjir bandang sampai ke sawah di bawah.

Beberapa mobil pun ikut tersapu.

Baca juga: Pilu Pemilik Pemandian Mato Aia Lembah Anai Sumbar, Jerih Payah Puluhan Tahun Hancur Seketika

Mengingat peristiwa yang berlangsung selama satu jam lebih itu membuat Zubaidah menggigil takut rumah roboh hingga kematian menjemputnya.

“Nggak ada lagi yang bisa dilakuin nenek kecuali berdoa sama Allah mau ke siapa lagi minta pertolongan akhir,” ungkapnya.

Menurutnya peristiwa banjir bandang bukan kali pertama tetapi sudah yang ketiga kalinya.

Zubaidah masih ingat tahun 1967 banjir bandang pernah menerjang rumahnya.

Kemudian lima tahun lalu juga terjadi galodo tetapi hanya dibagian jalan tak sampai menghancurkan rumah.

Beruntung tidak ada satupun korban jiwa di warga sekitar rumah Zubaidah.

Hanya material bangunan yang hancur dihantam galodo.

Baca juga: Jadi Korban Banjir Bandang Lahar Dingin Tanah Datar Sumbar, Asep Harap Bantuan Tepat Sasaran

Tidak Ingin Mengungsi

Walaupun kejadian berulang kali rasa cemas itu tidak sampai membuat Zubaidah mau untuk diungsikan.

Baginya, rumah harus tetap dihuni selama belum bangunan belum roboh.

Zubaidah menolak untuk tinggal di rumah anaknya di Padang Kota.

Dia merasa lebih nyaman tinggal di rumahnya meski seorang diri.

Baca juga: Sederet Cerita Pilu Korban Banjir Bandang Lahar Dingin Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat

Warga di Kecamatan Koto Tuo, Kabupaten Agam mulai membersihkan rumahnya secara mandiri.

Sejauh ini warga membutuhkan bantuan air bersih sebab kualitas air menjadi buruk imbas galodo.

Sementara itu, sejumlah alat berat juga sudah mulai didatangkan untuk mengangkat sisa-sisa puing yang terseret banjir bandang dari hulu.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rumah Diapit Arus Galodo, Nenek Zubaidah Menggigil Ingat Kematian,

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved