Citizen Journalism

Opini : Membangun Empati Lewat Bahasa, Memahami dan Merasakan Emosi Orang Lain

Membangun Empati Lewat Bahasa, Takdir tidak melihat warna kulit kita, ia melihat hati dan tindakan kit

Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/Wahyu Bahar
ILUSTRASI: Seorang terpaku melihat kondisi rumah, yang terdampak musibah bencana hingga mengundang empati. 

Bagaimana pesan digital diterima dan diinterpretasikan dipengaruhi oleh kata-kata yang kita pilih, cara penyampaiannya, dan bahkan nada suara. Bayangkan, jika seorang teman mengirimkan pesan tentang masalah pribadinya.

 

Wajahnya tampak cemas, dan matanya berkaca-kaca melihat video call. Bagaimana reaksi kita?

 

Dalam hal ini kita tentu idealnya mencoba untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, alih-alih langsung memberi nasihat atau menilai situasinya.

 

Kita akan beri dia kesempatan untuk menyatakan perasaannya dengan tetap menghormatinya.

 

Penggunaan kata-kata yang kasar, menyalahkan, atau menyebabkan rasa tersinggung senantiasa dihindari.

 

Salah satu wujud empati kita yang menunjukkan bahwa kita benar-benar ingin memahami apa yang mereka katakan dengan menggunakan bahasa yang sopan dan positif, misalnya dengan mengatakan hal-hal seperti Aku mengerti apa yang kamu rasakan atau Aku tahu ini sulit bagi kamu.

 

Tuturan seperti ini menunjukkan bahwa kita memahami dan peduli dengan perasaannya. Kita menerima perasaan mereka meskipun kita tidak sepenuhnya setuju dengan mereka.

 

Memberikan dukungan dan dorongan berupa kata-kata dapat menjadi penguat supaya teman ini dapat melewati masa-masa sulit. Yang perlu diingat bahwa kita seyogyanya menghindari humor yang menyinggung, tetapi gunakan humor yang tepat untuk menenangkan dan meredakan ketegangan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved