Kabupaten Padang Pariaman

Pihak Keluarga Bela Cintia Minta Pelaku Penembakan dan Motifnya Bisa Terungkap

Sejak warga Padang Pariaman Bela Cintia mengalami luka tembak pada 24 Februari 2024, belum ada kejelasan dari peristiwa ini. Paman korban Ali Mukminin

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Ali mukminin (Paman Bela Cintia) korban luka tembak yang masih belum jelas pelaku dan motifnya saat ditemui. 

Menurut pihak kepolisian Polres Pariaman, Peristiwa bermula saat korban pulang sekolah dengan berjalan kaki.

Saat sampai di kawasan Sungai Lawai Korong Balekok Nagari Kuranji Hulu, korban mendengar suara dentuman di atas atap rumah milik warga bernama Samar.

Tiba-tiba, korban merasakan sakit di bagian perut sebelah kiri dan langsung terjatuh. Perutnya mengalami luka dan mengeluarkan darah.

ibu dan paman bela Cintia Korban penembakan menunjukan hasil Rontgen
Ibu dan paman Bela Cintia Korban penembakan menunjukkan hasil rontgen peluru diperut saat menjalani kontrol di RSUD Pariaman.

Baca juga: Pelajar MTs di Padang Pariaman Dapat Luka Tembak Saat Pulang Sekolah, Polisi Dalami Penyebab

Pihak keluarga langsung membawa anak ke lima dari enam bersaudara itu ke Puskesmas Sungai Limau, sebelum akhirnya dilarikan ke RSUD Pariaman.

Di RSUD Pariaman, Bela menjalankan operasi keesokan harinya (Jumat), untuk mengeluarkan peluru yang ada di perutnya.

Ibunya, mengaku operasi tersebut gagal terlaksana, peluru tidak bisa keluar dalam perut anaknya yang sudah menahan rasa sakit sejak hari kejadian.

"Kata dokter, posisinya (peluru) berpindah-pindah. Sehingga tidak bisa dikeluarkan," ujarnya mengingat detail percakapan dokter di pagi yang menegangkan itu.

Setelah gagal melakukan operasi, dokter meminta persetujuan padanya untuk melanjutkan operasi dengan dampak bisa terjadi pendarahan pada Bela.

Persetujuan itu tidak diamini begitu saja oleh Leni, ia meminta juga saran dari dokter bersangkutan, supaya anak gadisnya bisa selamat.

Pilihan dokter pagi itu tidak melanjutkan operasi, luka tembak di bagian kiri perut bela ditutup kembali.

Siswa kelas 3 MTS tersebut harus rela menjalani harinya bersama satu butir peluru hingga hari ini.

Lima hari awal menjalani harinya bersama satu butir peluru, Bela tidak bisa bergerak sedikitpun, hanya menangis.

Semua aktifitas seperti makan, minum dan buang air besar ia lakukan dalam kondisi terlentang.

Setiap hari ia juga harus melawan rasa takut pada jarum suntik, yang puluhan kali bersarang di badannya selama menjalani perawatan.

Saat hari keenam, Bela mendapat lampu hijau dari dokter untuk kembali ke rumah.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved