Upaya Balai Teknik Perkeretaapian Jaga Eksistensi Kereta Api di Sumbar: Hidupkan Jalu-Jalur Lama

Inilah pekerjaan rumah dan tantangan yang dihadapi Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas II Padang agar moda transportasi kereta api bisa terus ...

Penulis: Rezi Azwar | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Rezi Azwar
Kegiatan 'Ngobrol bareng media dan mitra kerja terkait pembangunan perkeretaapian di Sumatera Barat' di Stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Selasa (21/11/2023). 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Inilah pekerjaan rumah dan tantangan yang dihadapi Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas II Padang agar moda transportasi kereta api bisa terus eksis di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (21/11/2023).

Hal itu disampaikan BTP dalam kegiatan 'Ngobrol bareng media dan mitra kerja terkait pembangunan perkeretaapian di Sumatera Barat' di Stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

Hadir dalam kegiatan ini dari Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang Supandi, Vice President PT KAI (Persero) Divre II Sumbar Sofyan Hidayah, dan Kepala Dinas Perhubungan Sumbar Dedi Diantolani, dan Ketua Masyarakat Kereta Api Sumatera Barat.

Kegiatan ngobrol bareng ini dibuka secara langsung oleh Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang, Supandi. "Perkeretaapian di Padang masih eksis, semoga ke depan bisa semakin baik lagi," katanya.

Ia mengatakan, Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang dari Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian, merupakan instansi yang membidangi masalah pembangunan prasarana perkeretaapian.

Sedangkan PT KAI Divre II Sumbar adalah operator yang merupakan kegiatan layanan perkeretaapiannya. Sedangkan Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang yang membangun rel, stasiun, jembatan, dan perlintasannya.

"Kami di sini sudah ada sejak tahun 2015, dan sampai saat ini sudah selama delapan tahun dalam membangun perkeretaapian di Sumbar. Kita sudah melakukan beberapa capaian sejak berdirinya Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang," ujar Supandi, saat pembukaan kegiatan.

Baca juga: Memori Jalur "Mak Itam", dan Penguatan Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto

Kata dia, permasalahan yang menjadi isu pertama dalam perkeretaapian yang ada di Sumbar adalah keselamatan di perlintasan sebidang.

Kalau data yang ada di pihaknya, lebih kurang ada 388 perlintasan yang ada di Sumbar mayoritas perlintasan liar yang tidak terdaftar. Kemudian, dilakukan pembangunan bertahap, sehingga pada tahun 2022 sudah berhasil menutup lebih kurang 261 perlintasan.

"Terkait dengan layanan kereta kita sudah ada beberapa kereta dari kereta bandara, menghidupkan kembali kereta dari Pariaman, dan juga Lembah Anai," kata Supandi.

Isu kedua, terkait bagaimana integrasi antar moda. Stasiun yang sudah dibangun, kemudian layanan kereta yang sudah ditentukan oleh PT KAI harus didukung adanya alat layanan antar moda.

"Karena setelah seorang penumpang naik kereta dan turun dari kereta, selanjutnya mereka mau naik apa untuk sampai tujuan. Inilah yang harus kita carikan solusinya bersama-sama," katanya.

Selanjutnya, ada banyaknya jalur non aktif sehingga adanya pencurian rel, bantalan, dan adanya bangunan liar. Adanya jalur non aktif, seyogyanya memanglah haruslah dilakukan penjagaan.

Supandi mengatakan, aset negara ini merupakan tanggung jawab kita semua, khususnya pemerintah pusat maupun daerah. Selanjutnya bagaimana adanya program penghidupan kembali jalur-jalur non aktif.

"Tetapi, kita tidak bisa menutup mata bahwasanya melakukan aktivitas membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Oleh karena itu akan dilakukan secara bertahap, kita dari Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang sudah melakukan langkah perencanaan dan tahapan bagaimana jalur kereta api yang non aktif bisa hidup kembali," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved