IQ Orang Indonesia Rendah, Anggota Komisi IX DPR RI Bahas Stunting dan Jarak Kehamilan Ibu di Agam

Indonesia berada di urutan ke 10 se-Asia Tenggara untuk rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ).

Penulis: Alif Ilham Fajriadi | Editor: Mona Triana
TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi
Suasana sosialisasi advokasi stunting oleh BKKBN Sumbar bersama mitra kerja Komisi IX DPR-RI di Sungai Pua, Kabupaten Agam, Sumbar, Jumat (28/7/2023) 

TRIBUNPADANG.COM, AGAM - Indonesia berada di urutan ke 10 se-Asia Tenggara untuk rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ).

Peringkat rata-rata IQ masyarakat Indonesia tersebut, hanya berada sedikit di atas Timor Leste. Sementara, negara Laos berada di peringkat ke-9.

IQ diartikan juga dengan kemampuan seseorang untuk menalar, memecahkan masalah, belajar, memahami gagasan, berpikir dan merencanakan sesuatu.

Baca juga: Terdakwa Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Bawaslu Iriadi Meninggal Dunia, Jenazah Dibawa ke Solok

Informasi terkait rata-rata IQ masyarakat Indonesia yang tergolong rendah ini, turut disampaikan oleh Anggota Komisi IX DPR-RI Ade Rezki Pratama saat sosialisasi di Nagari Sungai Pua, Kabupaten Agam.

"Coba bayangkan, penduduk Indonesia hanya setingkat lebih tinggi dibanding Timor Leste se-Asia Tenggara, dalam hal IQ," kata Ade, Jumat (28/7/2023).

Ade menyampaikan, IQ rata-rata masyarakat Indonesia saat ini 78,49, peringkatnya ke-10 di Asean. Sedangkan di mata dunia, Indonesia berada di peringkat 130 di antara 195 negara.

Baca juga: BREAKING NEWS: Kecelakaan di Baso Agam, Pengendara dan Sepeda Motornya Masuk Kolong Truk

"Kondisi ini tentu cukup berpengaruh, apalagi Indonesia sedang bersiap untuk menciptakan generasi emas di 2045 mendatang," tutur Ade saat sosialisasi stunting bersama BKKBN di Agam.

Salah satu langkah untuk memperbaiki IQ masyarakat Indonesia yang cenderung rendah ini, menurut Ade, dengan perbaikan pola makan serta pemberian gizi yang cukup.

"Nutrisi yang masuk saat anak masih berada di dalam kandungan hingga balita, semuanya ini sangat berpengaruh. Orang tua wajib paham tentang informasi ini," ungkap Ade.

Sebab, jika janin di kandungan tidak terpenuhi nutrisinya, kata Ade, bisa beresiko kepada stunting dan IQ yang rendah. Hasilnya, Indonesia bisa gagal menciptakan generasi emas di 2045 mendatang.

"BKKBN selaku pihak yang punya kewajiban untuk menekan angka stunting ini, terus bekerja sama dengan Komisi IX selaku mitra kerja. Supaya, sosialisasi dan advokasi bahaya stunting bisa disebarluaskan," tutur Ade, politisi Partai Gerindra itu.

Lebih lanjut, Ade menekankan, pentingnya menjaga jarak kelahiran anak. Supaya, antara anak pertama dan kedua tidak ada yang kekurangan gizi serta nutrisi.

"Kebanyakan kini, para orang tua tak mau mengatur jarak kelahirannya. Beberapa bulan baru melahirkan, sudah hamil lagi. Ini berbahaya, bisa beresiko kepada nutrisi anak yang masih bayi itu," tutur Ade.

Sebaiknya, jika tak bisa mengatur jangka waktu kelahiran, Ade menyarankan pakai alat kontrasepsi atau konsultasi dengan pihak terkait serupa BKKBN.

"Mencegah lebih baik, daripada mengobati. Bayangkan saja, jika anak yang ibu-ibu lahirnya, gizinya tak cukup karena ibu hamil lagi. Ini sama saja dengan membiarkan anak itu terkena stunting," pungkas Ade.

(TribunPadang.com/Alif Ilham Fajriadi)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved