Citizen Journalism
Opini: Representasi Adat, dan Etika dalam Tuturan Wanita Minangkabau
WANITA atau Perempuan selalu menjadi topik menarik untuk dibicarakan. Sehingga tak heran bila kemudian sosok wanita hingga saat ini masih menjadi kaji
Oleh : Shilva Lioni, Dosen Program Studi Sastra Inggris FIB, Universitas Andalas
WANITA atau Perempuan selalu menjadi topik menarik untuk dibicarakan. Sehingga tak heran bila kemudian sosok wanita hingga saat ini masih menjadi kajian menarik untuk dibahas.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Wanita (perempuan) adalah tiang negara, jika baik para wanitanya maka akan baik pula sebuah negara”. Hal ini senada dengan falsafah masyarakat Minangkabau yang menyebutkan wanita sebagai “limpapeh rumah nan gadang”, yakni simbol dari runtuh bangunnya sebuah kaum.
Dalam masyarakat Minangkabau, wanita memiliki peran sentral dalam kehidupan dimana kehadiran sistem matrilineal memperkukuh posisi dan tempat yang khas bagi wanita di dalam masyarakat.
Dalam keluarga Minangkabau kedudukan wanita dinamakan semarak kerabatnya (sumara’ kampuang) atau hiasan nagari (pamenan nagari) dan persemaian desa yang berpagar (pasamayan nagari nan bapaga).
Sehingga, tak jarang kemudian sangat banyak aturan dan tatakrama menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi wanita Minangkabau demi mempertahankan kemuliaan martabat yang dilimpahkan adat kepadanya.
Wanita Minangkabau dituntut harus menyadari keistimewaan yang diberikan adat kepadanya agar dapat berbuat, bertutur, dan berpikir sesuai dengan kemuliaannya tersebut.
Sebagaimana digambarkan dalam petatah-petitih berikut: “budi baiak baso katuju, muluik manih kucindan murah. Dibagak urang ndak takuik, dikayo urang ndak arok, dicadiak urang ndak ajan, dirancak urang ndak ingin, di budi urang takanai. Sasuai bak bunyi pantun,babelok babilin-bilin, dicapo tumbuahlah padi, dek elok urang tak ingin, dek baso luluahlah hati. Nan kuriak Lundi , nan merah sago, nan baiak budi, nan indah baso”.

Bahasa atau yang disebut baso dalam masyarakat Minangkabau menjadi salah satu faktor penting dan tiga indikator utama yang selalu ditekankan dalam adat Minangkabau. Yakni, kehadiran bahasa yang baik dan indah dapat menggambarkan dan merepresentasikan posisi dan kemuliaan seorang wanita.
Lebih lanjut, dalam tuturan bahasa wanita Minangkabau, secara tidak langsung kita dapat melihat ada hubungan yang erat antara etnisitas, sikap atau etika, dan bahasa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Duranti (1997) yang menyatakan bahwa bahasa mengkategorisasi realitas budaya tertentu, dimana nilai budaya yang dimiliki suatu etnis, dapat ditelusuri melalui berbagai bentuk lingualnya (Oktavianus, 2006).
Dalam bahasa wanita Minangkabau, kecenderungan karakteristik pada penggunaan pagar (hedges) yang ditemukan dan ditampilkan dalam tuturan wanita Minangkabau, tidak terlepas dari kontrol etnisitas dibaliknya, yakni nilai-nilai dan falsafah adat Minangkabau itu sendiri.
Minangkabau sendiri merupakan masyarakat metafora atau masyarakat yang cenderung bertutur tidak langsung. Sebagaimana diungkapkan oleh Errington (dalam Oktavianus 2006:74) yang mengatakan bahwa salah satu ciri-ciri orang Minangkabau adalah tidak berterus terang.
Dengan kata lain, masyarakat Minangkabau cenderung memakai ujaran-ujaran yang mengandung makna implisit, atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan bahasa kias untuk mengungkapkan sesuatu.
Tentu saja hal ini tidak terlepas dari latar belakang budaya Minangkabau itu sendiri dimana tatanan ideal adat Minangkabau telah mengatur sedemikian rupa cara bertutur bahasa, terlebih bagi wanitanya, yang dalam perspektif adat pada suatu ketika akan menjadi Bundo Kanduang, yakni simbol dari runtuh bangunnya sebuah kaum.
MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian |
![]() |
---|
Kuliah Kerja Nyata: Program Mahasiswa di Indonesia Serupa, Bakti Siswa & Magang Industri di Malaysia |
![]() |
---|
Opini Ruang Kota Tanpa Asap: Car Free Day Antara Negara Serumpun Indonesia & Malaysia |
![]() |
---|
Opini Bahasa Melayu: Bila Percuma di Malaysia, Gratis di Indonesia |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.