Kota Pariaman

Senja Kala Batik Sampan di Dusun Sampan Pariaman

Ibu dua anak itu, mulai belajar batik sampan sejak tahun 2007. Saat itu Dewi masih remaja, ia diajak oleh Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan .

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Fuadi Zikri
TribunPadang.com/Panji Rahmat
Dewi Sartika (36) pembatik sampan di Dusun Sampan sedang mencanting pesanan batik konsumen di rumahnya. 

Hanya saja banyak masyarakat tidak tahu asal usul penamaan batik tersebut. Apakah benar hanya persoalan geografis atau memang ada ciri khasnya.

Baca juga: Perjuangan Dewi Sartika Lestarikan Batik Sampan Khas Kota Pariaman

Pembatik sampan yang tersisa di Dusun Sampan, Dewi Sartika. Mengaku tidak mengetahui banyak sejarah batik ini. Beberapa sejarah batik yang ia tahu berasal dari rasa penasarannya.

Rasa ingin tahu Dewi pada batik sampan di Dusun Sampan, membuatnya mendapat sepenggal cerita sejarah yang terabaikan dari batik itu

Sepengetahuannya batik sampan di Dusun Sampan, sangat eksis pada tahun 1950-1960an. Eksistensi batik itu muncul karena sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mendukung.

Pada sumber daya manusia, banyak masyarakat sampan menyukai pekerjaan yang sangat teliti ini. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat daerah itu inovatif dan kreatif.

Mereka berhasil membuat peralatan batik seadanya, mulai dari tulis hingga batik cap. Semuanya mereka hadirkan untuk membatik.

Dalam proses pengerjaan batik, mereka juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk mewarnai dan mencuci batik.

Bahan dasar warna itu berasal dari buah dan tumbuhan. Sedangkan untuk pencucian, masyarakat memanfaatkan Batang/Sungai Mangoi dengan membuat kolam di pinggirnya.

"Jadi tidak hanya memproduksi, pemasaran batik sampan ini juga dilakukan di Dusun Sampan. Karena di sini dulu ada pasar yang cukup ramai," terang Dewi merangkum cerita dari pendahulunya tentang batik sampan.

Hanya saja waktu Dewi lahir dan tumbuh di Sampan (1990an), hanya berapa pembatik saja tersisa. Pasar, tempat pencucian batik sudah tidak berfungsi.

Seorang pembatik sampan tersohor yang sempat ia tanyai adalah Rusli. Rusli adalah simpul kunci dari sejarah batik sampan. Ia cukup lama bertahan sebagai pembatik. Seluruh perlengkapan batik sampan ia miliki. Hanya saja ilmunya tidak sepenuhnya terserap Dewi.

Seingat Dewi pembeda batik sampan terletak pada motifnya. Motif batik sampan itu ada lima, seperti, sirih gadang, kaluak paku, pucuk rabuang, burung Hong dan carano.

Kelima motif itu cetakannya pernah ditunjukkan Rusli pada Dewi, beberapa kali Dewi juga sempat menggunakan cetakan tersebut.

Sejak Dewi aktif sebagai pembatik, motif baru yang cukup lekat dengan batik sampan adalah motif Tabuik.

Sedangkan lima motif utama masih digunakan, hanya saja ia lebih sering memadukannya dengan motif lain untuk mendapat pembaharuan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved